Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 62 - Kepulangan Moniq (2)

Chapter 62 - Kepulangan Moniq (2)

Sudah lama sekali rasanya Ivory menunggu hari dimana ia akhirnya bisa berkumpul kembali dengan ibunya meskipun tidak sesuai yang diharapkannya karena keadaan Moniq yang saat ini tidaklah begitu baik setelah ia kehilangan memorinya. Meskipun pikiran tak mampu berbicara, namun hati tidak dapat dibohongi. Ketika mereka baru saja tiba, Moniq seakan merasakan suatu getaran tatkala ia memasuki rumah tapak yang berukuran kecil dan minimalis itu. Seketika, samar – samar sebuah kilau cahaya muncul dan membentuk sebuah rekaman yang memutar kembali potret dirinya bersama dengan seorang pria seusianya dikala mereka masih muda, lalu seorang pria yang usianya diperkirakan sekitar 10 tahunan lebih tua darinya membawa dirinya beserta dengan pemuda itu mengunjungi rumah tersebut. Sekilas rekaman tersebut disambung dengan ingatan lainnya yang kembali menampilkan dirinya dengan pemuda seusianya yang menggendong balita perempuan sedang membantu lelaki itu untuk memindahkan beberapa barang. Gelak tawa mereka dalam ingatannya itu terasa begitu menciptakan suasana damai dan dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada taranya. Kendati demikian, Ivory sedikit demi sedikit mulai menceritakan dari awal kehidupan keluarga mereka bagaikan seorang ibu yang sedang menceritakan kisah sebuah dongeng kepada anaknya. Usaha Ivory seakan perlahan membuahkan hasil hingga mampu membuat Moniq terlihat sedikit demi sedikit mulai berekspresi haru dan bahagia.

"Terima kasih nak, kamu udah mau berusaha membantuku untuk mengembalikan ingatanku. Kalo boleh tau papa itu orangnya seperti apa? Apakah papamu dulu begitu menyayangi kita?"

"Tentu saja ma. Gak ada seorang pun di dunia yang bisa menandingi kesempurnaan papa yang begitu menyayangi dan melindungi keluarga kita. Papa begitu mencintai mama, sampai – sampai mama baru jatuh sakit aja pun papa sampai terkadang gak bisa fokus kerja," ujar Ivory sembari tertawa lucu membuat Moniq juga merasakan kelucuan yang didengarnya dari cerita putrinya.

"Hahaha…papa kamu lucu ya, itu berarti aku adalah orang yang paling beruntung dong bisa memiliki seorang suami yang begitu menyayangiku. Lalu, kenapa sampai sekarang aku belum melihat papamu nak? Apa papamu udah gak sayang samaku? Aku ingin bertemu dengannya."

"Maaf ma, tapi papa udah lama meninggal karna sebuah kecelakaan yang menghantam papa dan…" kata kecelakaan yang dilontarkan oleh Ivory seakan membangkitkan kembali ingatan Moniq, dalam bayangannya ia sekilas melihat seorang pria yang dihantam oleh sebuah truk container besar namun samar – samar yang membuatnya kembali merasakan sakit dibagian kepalanya. Ingatan tersebut berputar dengan begitu cepat dalam pikirannya hingga membuat Moniq merasakan sakit yang luar biasa seakan sebuah pisau telah menyayat dan mencabik – cabik kepalanya. Ivory yang melihat keadaan tersebut sempat merasa bersalah karena sepertinya pilihannya untuk tinggal kembali sementara di rumah kekasihnya itu justru membuat kondisi Moniq menjadi semakin menyakitkan namun disisi lain sepertinya itu adalah pilihan yang tepat untuk saat ini, karena setidaknya tempat tersebut bisa menjadi sebuah alat yang mampu merangsang fungsi ingatan dalam kepala Moniq. Gadis itu segera menghentikan ceritanya ketika melihat reaksi Moniq yang begitu histeris, membuat kedua pria tersebut pun begitu terperanjat dan segera kembali untuk mengecek keadaan.

"Ivy, apa yang terjadi pada mama Moniq?"

"Entahlah, sepertinya sedikit demi sedikit bayangan masa lalu dalam ingatan mama muncul lalu membuatnya kesakitan seperti ini. Tadi masih gak begitu, tapi ketika mendengar ceritaku, mama jadi histeris begini."

"Ini obat resep yang kutebus tadi, segeralah berikan ini padanya. Mungkin ini akan membuatnya merasa lebih baik," ujar Robin seraya menyodorkan sebungkus obat – obatan yang telah diresepkan ketika ia mengurus administrasi. Dan benar saja, selang beberapa saat, Moniq sudah terlihat lebih tenang dan segera tertidur, membuat Ivory merasa sedikit lega. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ia membiarkan Moniq terus menerus menderita hal yang sama, terutama setelah ia mengalami siksaan panjang yang telah dilakukan bertubi – tubi oleh Nathan.

Setelah keadaan mulai stabil, Robin segera mengumumkan kepada Jade mengenai sharing kamar namun pria tersebut menolak dan lebih memilih untuk beristirahat pada sofa yang tersedia membuat Robin mendengus kesal akan sikap dingin Jade. Bagi seorang Jade, jauh didalam lubuk hatinya ia merasa begitu keberatan karena harus menumpang di rumah pria yang seakan telah menjadi musuh terbesarnya itu, namun demi gadis itu dan ibu tirinya, ia terpaksa harus sedikit mengalah dan menurunkan egonya. Padahal ingin sekali rasanya ia berusaha untuk memiliki rumah sendiri agar ia bisa mengajak gadis itu dan ibu tirinya untuk tinggal bersamanya. Tiba – tiba ia teringat akan satu hal yang telah hampir dilupakannya.

"Ngomong – ngomong gimana soal kredit pinjaman itu? Apakah kamu masih mau melakukan survey terhadapku? Nih kamu bisa lihat sendiri kan kalo aku sekarang udah gak punya apa – apa bahkan sampai harus menumpang di rumahmu segala," celetuk Jade.

"Memangnya kamu masih membutuhkan pinjaman itu untuk apa?"

"Ya seenggaknya aku masih bisa memakainya untuk menyewa rumah atau membantu biaya terapi Ibu Moniq. Apa lagi yang mau kamu tanyakan?"

"Ivory udah bertekad untuk memotong gajinya guna membiayai pengobatan terapi ibunya, jadi kamu gak usah repot – repot lagi untuk ngurusin ibunya. Dia gak membutuhkan bantuanmu. Kamu cukup bekerja dengan sebaik mungkin untuk segera meluluskan kuliahmu atau untuk biaya hidupmu sendiri, jadi nantinya kamu gak usah harus merepotkanku lagi bukan?" ujar Robin tersenyum sinis kepada Jade, namun ia merasa apa yang dikatakan oleh Robin benar adanya bahwa ia memang harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

Sejak mereka kembali dari rumah baru James dan Cynthia, Ivory belum sempat membuka kotak yang diberikan oleh James yang dititipkannya melalui wanita itu. Merasa penasaran, Ivory segera membuka kotak tersebut ketika Moniq sudah kembali tertidur. Betapa terperanjatnya ia dengan apa yang dilihatnya. Ia menemukan sebuah kunci dan sebuah surat yang berisikan mengenai petunjuk lain dari James, ternyata kotak tersebut hendak diberikan oleh pamannya kepada Moniq. Pastilah pamannya belum mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi pikirnya. Mungkin Cynthia pun terpaksa mengatakan bahwa kotak tersebut dititipkan padanya karena wanita itu pun baru mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Teruntuk adik iparku Moniq,

Hei, kalian gimana kabarnya? Masih ingat sama kakak iparmu ini gak? Mon, aku mau minta maaf perihal kematian adik kesayanganku Enrique, bahkan selama ini aku belum bisa menemui kalian. Psikopat itu gak membiarkanku untuk menemui kalian bahkan menyembunyikanku di suatu tempat yang begitu gelap yang kuduga merupakan rumahnya terdahulu. Setelah menghilang aku sempat kembali, tapi lagi - lagi aku belum bisa menemuimu dan putrimu, karna aku gak mau melibatkanmu lagi. Aku merasa bersalah atas kematian Enrique. Aku gak tau kalo orang itu begitu licik. Dia gak hanya membunuh Enrique tapi juga mencelakakanku agar dia bisa menguasaiku untuk menuruti segala kemauannya lalu membuatku gak bisa lari lagi darinya. Tapi ada satu hal penting yang harus kusampaikan padamu. Aku ingin kamu menyimpan kunci ini. Ini adalah kunci serap yang berhasil kurebut dari psikopat itu. Andai suatu hari terjadi sesuatu, maka kunci ini adalah jawabannya, dan Jade putra bungsu orang tersebut yang akan menjadi penuntun kalian untuk menuju tempat tersebut. Aku juga mau meminta maaf padamu karena telah membuat orang itu merampas semuanya dari rumah kalian setelah mendapatkan akses yang begitu terpaksa kuberikan padanya karna aku diancam olehnya bahwa dia akan membunuh kalian sekeluarga jika aku gak menuruti permintaannya. Makanya aku terpaksa memberikan semua akses itu karna aku gak punya pilihan lain. Siapa sangka, dia malah membuatku menjadi cacat sekarang. Tapi hal yang paling menyakitkanku bukan keadaanku sekarang, melainkan kematian adikku sendiri. Andai keadaanku gak seperti sekarang ini, udah pasti kuhabisi orang itu atau membuatnya bernasib sama dengan ibunya dulu. Aku berharap suatu hari nanti kita bisa segera berkumpul kembali sehingga aku bisa menceritakan apa yang kualami selama ini lebih detail. Lalu keponakanku itu pasti sekarang udah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik karna warisan ketampanan dan kecantikan ibunya bukan? Oh ya, aku pun ingin mengabarimu sebuah kabar baik bahwa aku udah memenuhi permintaanmu dan Enrique dulu. Sekarang aku udah menikah dan lucunya apa kamu tau? Dia itu adalah cinta pertamaku dan kami pun bertemu pada saat kuliah dulu, persis dengan ceritamu dan Enrique, hanya saja hubungan kami gak berjalan lancar seperti kalian. Itulah salah satu alasan kenapa selama ini aku gak pernah mau menjalin hubungan dengan siapapun karna aku masih belum bisa melupakannya. Tapi sekarang aku begitu bersyukur karna keadaanku saat ini seakan telah menakdirkanku untuk bertemu lagi dengannya dan akhirnya hidup bahagia bersamanya sekarang. Aku sengaja menitipkan kotak ini padanya karna aku ingin membuat kejutan padamu ketika kamu bertemu dengannya nanti. Apalagi dengan keadaanku saat ini, aku belum bisa menemuimu atau keponakan kesayanganku itu, tapi suatu hari nanti kita pasti akan bertemu lagi. Untuk saat ini, orang itu sedang berkeliaran di mana – mana jadi jagalah diri kalian baik – baik di sana. Tolong sampaikan salamku juga pada Jade dan keponakanku tersayang itu ya. Jade itu anak yang baik dan bisa dipercaya. Aku juga berpikiran sama dengan kalian untuk menjodohkan mereka tapi aku sungguh gak berdaya lagi sekarang dan sungguh merindukan kalian di sini. Semoga aku bisa segera bertemu lagi dengan kalian ya. Jaga diri baik - baik.

Salam hangat, James."

Selesai membaca surat tersebut, Ivory tidak menyadari bahwa tetesan air mata telah menggenangi wajah kecilnya hingga wajahnya terasa tidak mampu menampungnya lagi. Bagaimana tidak, ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan pamannya nanti saat ia mengetahui bahwa orang yang sebenarnya ditujukan untuk menerima surat ini sedang mengalami hilang ingatan dan keadaan sudah banyak berubah karena perbuatan psikopat itu. Ivory yang sedang melamun karena mencemaskan keadaan pamannya seketika dikagetkan oleh suara ketukan pintu yang datang dari luar. Ia segera menyeka air matanya dan membukakan pintu. Terlihat Jade sedang berdiri di luar yang ingin menanyakan perihal keadaan ibu tirinya dan tanpa sengaja ia melihat sebuah kunci yang sedang berada dalam genggaman tangan gadis itu.