Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 49 - 49. Awal Perpisahan yang begitu Memilukan Hati

Chapter 49 - 49. Awal Perpisahan yang begitu Memilukan Hati

Situasi di rumah yang menjadi begitu kacau setelah kepergian Ivory, membuat Moniq tidak berhenti menyalahkan Nathan sebagai penyebab kehancuran keluarganya, padahal sejatinya itulah yang diinginkan oleh Nathan karena itu telah menjadi tujuannya sejak awal untuk memasuki kehidupan keluarga Smith. Semakin larut, Moniq semakin tidak tenang karena terus mengkhawatirkan kondisi putrinya di dunia luar tanpa biaya hidup, ponsel, bahkan kartu identitasnya. Pertengkaran Nathan dan Moniq yang sedari tadi tidak bisa dibendung, bahkan Nathan terus melakukan kekerasan fisik terhadap Moniq membuat Jade yang melihatnya menjadi semakin murka. Jade tidak terima melihat perlakuan kasar psikopat tersebut apalagi kali ini selain ia terang – terangan menyakiti Ivory, ia pun telah berani menyakiti Moniq di hadapannya, bahkan orang ini pula yang telah menyebabkan kepergian gadis itu. Merasa begitu geram dan sudah tidak mampu menahan amarahnya, ia pun segera menghajar Nathan tanpa ampun. Perdebatan dan pergumulan sengit diantara mereka pun tidak terelakkan dan kembali terjadi hingga akhirnya sebuah tinju yang dilayangkan oleh Nathan mengenai Moniq dan membuatnya hilang kesadaran ketika ia berusaha untuk melindungi Jade. Tidak tinggal diam, Catherine pun berusaha untuk memisahkan ayahnya dari Jade dan menyuruh mereka untuk berhenti ketika ia melihat Nathan yang masih belum puas kembali memukul Jade karena tidak terima akan sikap putranya.

"Udah pa, cukup! Tolong hentikan! Aku udah gak tahan melihat semua ini, tolong mama dulu. Kasian mama, pa," ujar Catherine memohon.

"Awas kamu anak durhaka, urusan kita belum selesai."

Catherine dan Nathan segera membawa Moniq untuk kembali ke kamar. Melihat keadaan Moniq yang begitu rapuh dan lemah membuat Catherine iba dan meminta kepada Nathan untuk tidak menyiksa ibu tirinya itu lagi.

"Untuk kali ini Catherine mohon sama papa, tolong jangan siksa mama lagi. Dia udah mengorbankan segalanya demi kita, dia juga menyayangiku. Kumohon pa, lupakan semua dendam dalam hati papa, aku ingin kita bisa hidup bahagia layaknya keluarga lain. Aku senang banget sejak mama mau menganggap dan memperlakukanku seperti anaknya sendiri, lagian anak itu udah pergi. Jadi harusnya gak ada lagi yang perlu papa khawatirkan bukan? Papa udah memiliki semuanya. Lalu apa lagi yang mau papa kejar?"

"Oke, demi kamu, papa akan mengusahakannya. Tapi selama anak itu masih hidup, papa gak akan pernah membiarkannya hidup tenang."

"Dia udah pergi dari sini dan gak bisa mengganggu kita lagi kan pa? Jadi untuk apa lagi mengejarnya? Biarkan saja dia pergi ke manapun sesuka hatinya. Yang penting rumah ini udah aman tanpa dia. Aku cuma minta papa lebih fokus sama keluarga kita yang sekarang, untukku, Kak Jade dan mama. Berbaikanlah dengan Kak Jade. Aku gak ingin melihat kalian beradu otot seperti itu lagi. Aku benar – benar berharap kita bisa kembali seperti dulu dan memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, bukan bertengkar setiap hari seperti ini. Tolonglah turunkan sedikit ego papa, demi kebahagiaanku pa, please," ujar Catherine memohon.

Mau tidak mau Nathan terpaksa harus menuruti permintaan putrinya meskipun terasa berat baginya, namun jika itu menyangkut kebahagiaan putri kesayangannya mau tidak mau ia harus berusaha menekan egonya karena ia sudah tidak memiliki pilihan lain, namun sembari ia memikirkan rencana lain untuk tetap menghancurkan keturunan Enrique agar ia tidak memiliki saingan lagi sebagai penguasa tunggal atas seluruh aset keluarga Smith, apalagi sejak ia mengetahui bahwa Enrique ternyata tidak hanya mewariskan asetnya kepada Moniq tetapi juga Ivory. Keserakahan yang tiada berujung membuat Nathan tidak bersedia untuk mundur dari jalan menuju ke jurang penderitaannya.

Kesunyian dan kehampaan yang dirasakan oleh Jade malam itu sungguh membuatnya begitu merindukan gadis mungil yang biasa selalu menemaninya di manapun ia berada. Kini hanyalah tinggal rasa sakit, kepedihan dan penyesalan yang mendalam di dalam hatinya. Barulah ia merasakan sebuah penyesalan karena ia telah menjadi orang paling bodoh di dunia. Ia berpikir andai sedari awal ia tidak menutupi semua rahasia tersebut dari gadis itu, mungkin saat ini gadis itu telah memaafkannya dan masih tetap berada di sampingnya. Untuk mengobati kerinduan dalam hatinya ia memasuki kamar Ivory. Rasanya baru saja kemarin ia bersama dengannya dan menghabiskan waktu menemaninya. Terngiang kembali dalam benaknya pertengkaran hebat yang terjadi diantara mereka hari itu ketika Ivory mengusirnya keluar dari kamar, bahkan rasa sakit itu masih membekas di hatinya. Namun seberapa sakitnya pun ia tetap saja begitu merindukan sosok gadis berambut blonde yang sedang tersenyum begitu manis di dalam foto yang terpajang di dinding berlapiskan wallpaper berwarna pink berkilau itu. Senyum menawan gadis yang selama ini telah memikat hatinya, bahkan seluruh kenangan selama bersama dengannya sedari kecil tak akan pernah mampu ia lupakan. Akankah keajaiban mampu membuat gadis itu kembali lagi kedalam pelukannya?

Ketika melihat seisi ruangan, ia melihat ke arah pintu balkon yang sedang terbuka lebar membuat angin malam dapat menghembuskan hawa dinginnya yang menusuk ke dalam tulang masuk ke dalam kamar tersebut. Jade berpikir pastilah Ivory terakhir kali telah menemui pria itu di sana, hingga seketika membuat darah Jade kembali mendidih seakan ia begitu ingin menghajar pria tersebut karena telah berani secara terang – terangan datang dan menghampiri Ivory bahkan membawanya pergi. Tak kuasa ia membayangkan pria tersebut menyentuh dan menggoda gadis itu di balkon tersebut, hingga membuatnya mengamuk dan menghajar dinding balkon. Entah bagaimana kondisi Ivory sekarang pikirnya. Apakah ia baik – baik saja atau jangan – jangan kesempatan ini justru sedang dimanfaatkan oleh preman tersebut. Rasanya ia tidak mampu membayangkan jikalau terjadi sesuatu pada gadis itu. Seketika ia pun menemukan ponsel Ivory yang tergeletak di atas ranjang yang berlapiskan sprei berwarna nude pink polos. Ternyata gadis itu tidak menguncinya. Dilihatnya layar ponsel Ivory yang menampilkan riwayat panggilan terakhir darinya untuk Robin yang tidak direspon. Apa pria itu sengaja membuatnya khawatir pikirnya. Ia kemudian membaca pesan yang dikirim Ivory.

'Kamu mau cari mati di sini ya? Kuperingatkan lebih baik urungkan niatmu! Aku gak mau semuanya jadi kacau kalo sampe kamu ketauan datang ke sini. Bisa habis aku. Balas segera!"

Tidak ada lagi lanjutan chat setelahnya. Berarti pria tersebut memang sengaja mencari sensasi pikirnya. Ia segera menghubungi nomor Robin melalui ponsel Ivory namun hanya ada respon yang berasal dari operator telepon yang mengatakan bahwa nomor panggilan yang dituju tidak dapat dihubungi dan dimohon untuk kembali memeriksa nomor tujuan.

"Sial! Dia udah lebih duluan bertindak cepat. Pasti dia udah tau kalo ponsel Ivory tertinggal lalu dia segera merencanakan planning selanjutnya untuk memblokir nomor ini. Brengsek! Awas aja kalo sampe aku ketemu kamu lagi! Aku gak akan biarin kamu lolos kali ini!"

Merasa putus asa karena tidak ada petunjuk maupun akses yang bisa membantu Jade untuk menghubungi ataupun mencari keberadaan gadis itu, membuatnya menjadi begitu depresi semalaman. Satu – satunya harapan terakhir baginya ialah ke sekolah tersebut, ia sempat berpikir bahwa mungkin itu adalah satu – satunya cara baginya agar bisa menemui gadis itu lagi. Tanpa berpikir panjang ia segera mengendarai motor kesayangannya untuk menunggu hingga fajar menyingsing agar ia bisa menemui gadis itu. Semalaman ia berusaha untuk tidak terlelap dan berusaha untuk tetap menunggu di dekat lingkungan sekolah. Hingga fajar menyingsing ia masih tetap menunggu namun hingga siangnya ia tetap tidak melihat sosok gadis itu. Bahkan untuk melanjutkan sekolah saja pun ia sudah tidak mau, benar – benar pria tersebut benar – benar telah berhasil meracuni pikiran Ivory pikir Jade. Setelah ia yakin bahwa ia tidak menemukan sosok Ivory di lingkungan sekolah itu, ia pun kembali mencarinya ke beberapa spot yang sering mereka kunjungi namun tetap tidak ada tanda – tanda keberadaan gadis itu hingga membuat Jade semakin uring – uringan dan tidak karuan bahkan tidak mampu berpikir jernih lagi dengan akal sehatnya. Ke mana pria tersebut membawa pergi Ivory. Tiba – tiba ia mengingat bar yang pernah dikunjungi oleh mereka kemarin dan ia mencoba untuk kembali namun ia tetap mendapatkan hasil yang nihil. Pastilah pria tersebut telah menyembunyikan gadis itu di suatu tempat pikir Jade. Ia begitu putus asa tatkala ia tidak mampu menemukan sosok gadis itu lagi di manapun seakan gadis itu telah hilang ditelan bumi. Sepulangnya Jade dengan raut wajah yang begitu depresi membuat Moniq yang telah menunggu di rumah sangat khawatir ditambah lagi ia melihat penampilan Jade yang masih dalam keadaan lusuh dan tidak bersama dengan Ivory, membuatnya sudah mampu menebak bahwa Jade pasti tidak berhasil membawa pulang putrinya.

"Apa kamu udah mencarinya ke mana – mana Jade?" tanya Moniq penasaran, namun Jade hanya mengangguk lemas kepalanya seakan ia sudah tidak mampu menjelaskan apapun lagi.

"Maafkan aku ma, aku bodoh dan lemah. Gak bisa jaga dia dengan baik. Maafkan aku ma…" ujar Jade seraya berlutut dan memohon pengampunan kepada Moniq.

"Kita pikirkan nanti Jade, kamu ke mana aja semalaman? Mama begitu mengkhawatirkanmu karna semalam gak liat kamu di mana – mana lagi. Kamu mencarinya semalaman seharian di luar ya?" tanya Moniq yang kembali dijawab hanya dengan anggukan kepala oleh Jade.

"Jade, kenapa kamu harus segitunya mengorbankan dirimu nak? Mama kasian sekali liat kalian jadi harus begini. Kamu sendiri juga harus menjaga kesehatanmu agar kamu bisa kuat untuk mencarinya. Kamu yang sabar ya, mama juga sangat berharap semoga dia baik – baik aja di luar sana. Mama yakin kita pasti akan segera menemukannya," ujar Moniq seraya memeluk Jade untuk menutup pembicaraan dan menenangkannya. Ia merasa begitu iba terhadap Jade yang telah berjuang dan mengorbankan dirinya begitu banyak demi putrinya namun sepertinya Jade harus mengalami pengalaman patah hati yang sedemikian pelik dimasa mudanya.