Setelah memanggil kedua pria tersebut masuk, Enrique hanya bisa tercengang sekali lagi melihat gadis cantik yang kini tengah berbaring lemah tersebut. Sungguh cantik, bagaikan putri tidur seperti yang diceritakan dalam dongeng - dongeng kerajaan mengenai seorang gadis cantik yang terpaksa harus tertidur untuk waktu yang lama karena tangannya mengenai jarum beracun akibat ulah ibu tirinya dan sedang menunggu kedatangan seorang pangeran dari kerajaan seberang yang mencintainya pada pandangan pertama lalu memberikannya sebuah ciuman agar ia bisa terbangun dari tidurnya. Bedanya, putri ini sedang memandangnya terkesima dan tidak sedang dalam keadaan tidur juga tidak memerlukan ciuman untuk membangunkannya seperti yang dikisahkan dalam dongeng tersebut. James yang melihat tingkah laku adiknya itu langsung berdehem sebentar untuk menyadarkan adiknya itu dari lamunan. "Ah..iya, ngomong – ngomong, hai, maaf, apakah kondisimu baik - baik saja? Tidak ada luka yang parah kan? Ahh...maaf..anu, gara - gara aku tadi kamu jadi terluka dan gara - gara aku kamu jadi berada di sini dan...maafkan aku." James hanya tergolak mendengar semua ucapan Enrique yang sedari tadi terbata - bata dan terlihat sedang salah tingkah di hadapan gadis cantik sebaya dirinya itu. Moniq sendiri pun hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil melihat sikap lucu pria tampan yang kini berdiri dihadapannya. Akan tetapi ia tidak mau menunjukkan rasa malunya karena terus dipandang seperti itu. Segera ia mengalihkan rasa canggung itu dengan memulai pembicaraan. "Aku tidak apa - apa kok, kamu juga baik - baik saja kan?" "Ahh iya, aku..aku baik - baik saja. Benar - benar maafin aku ya, aku benar - benar tidak tahu kalo kamu akan jadi seperti ini karnaku. Umm..maaf apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa kamu mau menyelamatkanku tadi?" Sekali lagi James hanya bisa menahan tawa mendengar ucapan adiknya yang masih sangat polos itu namun ia terlihat berusaha keras untuk menahannya agar tidak tertawa karena itu akan membuat Enrique terlihat lebih memalukan lagi. Biarlah adiknya mengeksplorasi dirinya sendiri untuk bisa lebih terbuka dan mau berbaur dengan teman lawan jenis sesekali. Lagipula ia pun akan segera menjadi orang dewasa, jadi sudah saatnya ia belajar untuk menjadi seorang pria tangguh yang mandiri. "Karena aku suka membantu orang yang sedang dalam kesusahan atau kesulitan. Lagipula, kamu itu kan temanku. Teman satu sekolah maksudku. Kamu lupa, kalo kita pernah berpapasan sekali di sekolah dulu ketika aku bersama dengan teman - temanku? Namun setelah itu kamu sudah tidak terlihat lagi." "Ahh ada ya? Aku sudah lupa. Maaf, aku mungkin terlalu fokus dengan pikiranku saat itu sehingga tidak melihatmu secara langsung. Aku tidak kelihatan lagi waktu itu karena aku sempat putus sekolah dan beberapa bulan ini aku baru mendapatkan beasiswa sehingga aku bisa kembali melanjutkan pendidikanku yang belum selesai kemarin." "Oh ya? Tapi kok aku gak pernah liat kamu lagi di sekolah akhir – akhir ini?" "Ya, aku memilih kelas siang sampai sore jadi aku bisa bekerja di pagi hari. Umm..kalo boleh tau nama kamu siapa? Aku Enrique", ujarnya dengan berani serta mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan gadis dihadapannya itu." Moniq pun mengulurkan tangan kanannya yang sedang tidak dalam keadaan terluka. "Aku Monique. Oh iya, maafin papaku karna agak kasar sama kamu tadi ya," ujar Moniq seraya melirik ke arah ayahnya yang sedang dalam keadaan kesal namun kikuk karena tidak berani menentang putrinya lalu ia pun berusaha untuk menurunkan gengsi dan meminta maaf kepada kedua pria tersebut serta berterima kasih karena berkat mereka, putrinya bisa mendapatkan pertolongan pertama tadi. "Baik Pak, tidak masalah sama sekali. Oh iya, kenalin ini abang saya, James." "Salam kenal Pak, Moniq. Mohon maaf juga karena kami berdua jadi merepotkan kalian sampai putri bapak jadi terluka seperti ini. Bagaimana kalo saya saja yang mengganti rugi semua biaya pengobatannya Pak?" "Ahh tidak perlu anak muda, kalian sudah membantu putriku tadi saja saya sudah sangat berterima kasih. Jadi tak perlu repot - repot ya. Kami benar - benar menghargai niat baik kalian. Sekali lagi terima kasih." "Sungguh kami benar - benar tidak tahu harus berkata apa lagi pak. Kalau begitu saya dan adik saya pamit pulang dulu ya pak, semoga putri bapak segera sembuh juga. Biar Moniq bisa beristirahat dulu, apalagi hari sudah larut begini. Tidak baik jika kami masih di sini mengganggu ketenangan pasien." Sembari tertawa kecil Hubert hanya bisa mengiyakan ucapan James. "Baiklah nak James, kalo begitu kalian hati - hati ya. Untuk Enrique seminggu ini kamu boleh cuti dulu dan beristirahat di rumah. Nanti gajimu tetap akan saya perhitungkan sesuai biasanya. Saya rencananya akan menutup restoran dulu selama sepekan kedepan hingga keadaan menjadi lebih baik sembari menunggu putri kesayanganku ini sembuh dulu." "Ah baik pak, terima kasih banyak ya. Kalo begitu saya juga mohon pamit dulu, bye Moniq. Cepat sembuh ya." "Terima kasih, kalian juga hati - hati ya."
Terlihat Enrique masih melambaikan tangan kepada Moniq sambil berjalan keluar dengan begitu pelan dan sesekali masih memalingkan wajahnya melihat Moniq seolah tidak ingin kehilangan pandangannya dari gadis itu hingga akhirnya mata mereka bertemu untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka keluar dari arah pintu. Ada suatu perasaan sedih yang menjalar di dalam hati Enrique. Sebuah perasaan yang ia tidak ketahui apa dan membuatnya seolah ingin sekali lagi melihat sosok gadis itu dan tidak ingin kehilangan bayangan akan dirinya. Ingin kembali lagi namun lengannya ditahan oleh James. "Eitttt...mau ke mana bro?" "Ummm...", hanya itu yang bisa diucapkan oleh Enrique karena ia sendiri pun tidak yakin apa yang menyebabkannnya menjadi linglung seperti itu. "Aku tau kamu lagi mikirin apa. Ada yang lagi..." "Pulang yuk Kak, jangan bercanda lagi." James hanya bisa mengiyakan permintaan anak majikannya yang kini sudah bagaikan adiknya sendiri itu sambil tersenyum kecil menertawakan tingkahnya yang lucu sedari tadi. Sepanjang perjalanan Enrique hanya terdiam dan tidak mengerti akan perasaan yang sedang berkecamuk dan seolah meronta di dalam hatinya. Hingga tiba - tiba ia mengeluarkan pertanyaan yang cukup mengagetkan James. "Apakah Kak James pernah punya perasaan yang tidak karuan gitu terhadap seseorang? Perasaan yang aku tidak mengerti bagaimana harus menjelaskannya?" James yang tersentak kaget mendengar pertanyaan adiknya tersebut lalu mendadak mengerem dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan sembari tertawa terbahak - bahak. "Kak James, apanya sih yang lucu? Dari tadi kamu menertawakanku terus. Apa ada yang salah denganku?" James lalu mengambil tangan kanan Enrique lalu mengarahkannya ke dada kiri Enrique sendiri. "Coba kamu rasakan detak jantungmu sendiri. Normal, lambat, atau cepat?" Setelah memegang dada kiri atasnya sendiri, Enrique hanya bisa berkata, "cepat." "Nah, itu berarti kamu sudah mengalami masa puber. Kamu itu sedang menyukai atau jatuh cinta sama seseorang. Nih ya, ketika kamu menyukai seseorang kamu tidak akan pernah bisa berhenti memikirkannya, dia akan terus ada dalam benakmu dan ketika ia sudah memenuhi pikiranmu, kamu tidak akan bisa mengontrol pikiran dan hatimu lagi karena kamu akan merasakan sesuatu yang akan memenuhi rongga dadamu, kamu akan terus merasa penasaran dan ingin tahu apa yang sedang dilakukannya, apa saja yang berhubungan dengan dirinya akan terus membuatmu penasaran dan lambat laun ketika kamu semakin dekat dan semakin lama bertemu dengannya, semakin kamu akan merasakan degup kencang pada detak jantungmu, dan itu berarti benih - benih cinta sudah bersemi dalam hatimu. Sudah mengerti sekarang?" "Masa sih semengerikan itu Kak?" "Kok mengerikan? Itu hal yang indah loh, gini aja deh, untuk saat ini aku tidak akan bicara secara panjang lebar dulu sama kamu tentang apa itu cinta atau suka. Biar kamu sendiri yang rasakan dan alami nantinya. Saat itu kamu akan mengerti bagaimana membedakannya." James pun menghentikan penjelasannya dan mulai kembali menyetir lalu memfokuskan pandangannya ke badan jalan agar mereka bisa segera sampai ke rumahnya. Baginya, kejadian hari ini sudah membuatnya cukup lelah. Ia ingin segera beristirahat. Namun ia masih memandangi Enrique yang masih melamun dan mengkhayal. Pasti sedang memikirkan kata - katanya barusan dan gadis tadi, pikirnya. Ia kembali tersenyum kecil membiarkan adiknya tersebut dengan segala pikirannya yang sedang melayang dan tidak ingin mengganggu adiknya yang sedang mengalami masa pubertas. Yang ia harus fokuskan kini ialah keselamatan Enrique dan dirinya. Ia berpikir untuk mencari tahu tentang dalang dibalik kejadian yang menimpa mereka tadi. Namun kecurigaannya bertambah kuat ketika ia mengingat bahwa hanya Enrique yang menjadi sasaran utamanya. Ia berpikir untuk mulai menyusun rencana karena saat ini, James hanya mencurigai seseorang yang tidaklah lain, adalah siluman rubah tersebut. Ia mencurigai bahwa sosok yang dilihatnya tadi pastilah mata – mata atau anak buah yang dibayarnya. Sepertinya siluman rubah tersebut sudah mengetahui keberadaan James dan juga perkembangan Enrique yang sekarang. Ia sengaja menargetkan Enrique agar ia bisa memancing James keluar lalu ia akan memaksa James untuk menuruti segala kemauannya. James merasa ia perlu lebih berhati - hati lagi untuk menjaga Enrique dari wanita berhati iblis seperti itu.