Jadi di sinilah sekarang aku harus tinggal, pikir Enrique. Tinggal seatap bersama dengan seorang pria eksekutif muda yang baru ia kenal, tangan kanan ayahnya. Banyak pertanyaan yang belum ia dapatkan jawabannya sedang berseliweran dalam pikirannya, sehingga akhirnya ia pun memberanikan diri untuk memulai topik pembicaraan. Karena sudah sangat penasaran, ia pun mulai menanyakan satu hal yang paling membuatnya penasaran sedari tadi. Ini adalah perihal wanita dan kedua pria yang sebelumnya mencarinya dan menyekapnya. Seolah bisa membaca pikiran Enrique, James pun memulai pembicaraan terlebih dahulu tanpa diminta dan ditanya. "Aku tahu kamu pasti begitu penasaran siapa ketiga orang tadi itu kan? Wanita itu adalah Charlotte, adik tiri Tuan Roderick dan keduanya lagi adalah bodyguardnya." Persis seperti dugaan Enrique tadi, pikirnya. "Dia sangat licik dan kamu harus berhati - hati dengannya. Tuan sudah memperkirakan bahwa setelah kematiannya, wanita itu pasti akan mengincar bagian dari miliknya termasuk itu perusahaan, atau warisan apapun yang diwariskan oleh ayah mereka, mendiang kakek kamu. Sebelum meninggal, kakek kamu yang merupakan ayah kandung Tuan mewariskannya sejumlah harta kekayaan termasuk perusahaan Blizz itu. Sementara wanita itu, hanya karena ia seorang wanita, anak tiri pula, kakekmu merasa ia tidak berhak akan itu semua dan ia cuma mendapatkan jatah rumah yang mereka tinggali bersama istri keduanya. Ia merasa itu tidak adil baginya dan ibunya. Sehingga ia berusaha mati - matian untuk mengambil semua yang dimiliki oleh Tuan. Ia begitu serakah dan mau menang sendiri. Sejak kematian ibunya, ia merasa bahwa semua yang terjadi disebabkan oleh ayah tirinya dan Tuan Roderick selaku anak kandung dari kakekmu, maka dari itu ia terus membayar sejumlah orang untuk memata - matai Tuan dan keluarganya hingga sekarang. Entah sudah berapa banyak cara telah ia coba lakukan untuk merebut apa yang dimiliki oleh Tuan, namun belum pernah berhasil hingga akhirnya itu terjadi". "Kejadian apa itu?" "Sebelum aku menjawabnya, aku akan bertanya dulu, apakah kamu tahu surat apa yang kamu tandatangani barusan?" Enrique hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya pertanda bahwa ia memang tidak tahu apa - apa.
Ternyata surat yang ditandatangani oleh Enrique sebelumnya adalah surat wasiat palsu yang telah dipersiapkan oleh Roderick sebagai antisipasi, karena ia tahu betapa liciknya adik tirinya itu, sehingga ia membuat surat tersebut untuk mengalihkan perhatian adiknya. Setelah melakukan beberapa penyelidikan, Roderick baru mengetahui bahwa selama ini, ternyata Charlotte adalah dalang dibalik semua kebangkrutannya termasuk perusahaan Blizz karena ia tidak senang dengan kesuksesannya pada masa itu. Charlotte yang kala itu bekerjasama dengan sejumlah perusahaan yang dikenal oleh Roderick membuat sebuah kesepakatan untuk perencanaan investasi dengan iming - iming keuntungan dari investasi saham yang besar dan menggiurkan agar mereka mampu memonopoli perusahaan milik Roderick dan membuatnya percaya hingga akhirnya ia pun menginvestasikan sejumlah saham kepada perusahaan - perusahaan tersebut dan karena semuanya terlihat begitu meyakinkan, akhirnya Roderick pun masuk perangkap dan disitulah kebangkrutannya pun berawal. Setelah menyelidiki sejumlah perusahaan yang telah menawarkan investasi dan sudah meraup keuntungan dari perusahaannya tersebut, ternyata ia mendapatkan fakta bahwa mereka sudah bermutasi ke negara lain dan meninggalkan Roderick dengan hutang - hutangnya hingga membuatnya pailit. Menyesal pun sudah tidak ada gunanya. James sendiri sangat menyayangkan keputusan Tuannya yang begitu gegabah. Padahal biasanya Tuannya itu selalu meminta pendapatnya terlebih dahulu.
Setelah menjual seluruh aset yang dimilikinya, Roderick membeli sebuah rumah petak kecil dari sedikit hasil penggadaiannya, agar anaknya kelak bisa menempati rumah tersebut dan memulai hidup baru setelah ia atau istrinya tiada. Bahkan rumah tersebut pun sudah diwariskan atas nama Enrique Smith dan James sedang menunggu hingga anak itu bisa siap menerimanya. Selain rumah kecil yang sudah disiapkan oleh Roderick, Enrique juga diberikan sejumlah tabungan dan emas untuk modal awal andai ia mau membuka usaha sendiri nantinya, meskipun tidak banyak jumlahnya dan hanya cukup untuk usaha kecil - kecilan. Rasanya Enrique masih belum bisa percaya bahwa orang tua asuhnya begitu peduli akan masa depannya. Sungguh ia sangat beruntung pernah menjadi bagian dari hidup mereka. Namun mengapa takdir harus berkata lain dan tidak membiarkan dirinya berbahagia bersama dengan mereka lebih lama lagi? Isak tangis nan sendu Enrique pun kembali terdengar memenuhi ruangan tersebut, dan terdengar seperti anak kecil yang sedang kehilangan barang berharganya. Ia tidak pernah sekalipun merasakan perasaan yang sedemikian menyesakkan. James hanya bisa menemani dan mencoba menjadi abang yang baik untuk anak itu. "Jika kamu sudah bisa mengikhlaskan, angkat kepalamu dan mulailah hidup yang baru. Diusia remajamu ini kamu masih bisa memulai segala sesuatunya dari nol. Kamu bisa belajar dari jejak ayahmu. Selama ini aku telah mengabdi kepada ayahmu. Aku kenal baik siapa ayahmu. Andai beliau masih hidup, aku yakin pasti beliau tidak akan suka melihat anak semata wayangnya seperti ini. Jika kamu tidak keberatan, aku akan mewakili beliau untuk menjadi wali barumu. Aku hanya ingin menjalankan wasiat terakhirnya. Jadi mulai sekarang, anggap saja aku seperti abangmu sendiri. Asal kamu tahu, sebelum mengenal ayah dan ibumu, aku juga hanya hidup sendiri loh, itu sebabnya aku memilih pekerjaan ini, menjadi tangan kanan ayahmu. Bagiku beliau itu seperti pahlawan bagiku, beliau pula yang telah membuatku menjadi seperti yang sekarang. Aku itu dulu anak jalanan yang tidak punya siapa - siapa dan tidak punya apa - apa. Kehidupanku berubah setelah bertemu dengan beliau ketika ia melihatku yang sedang berjalan sendirian di tengah kota tanpa tujuan yang jelas dan dalam keadaan kumal. Aku bahkan juga tidak tahu siapa orang tuaku. Sedari kecil, aku sudah jadi anak jalanan dan dibesarkan oleh orang tua yang di jalanan pinggiran itu. Aku itu lebih parah dari kamu loh dulu. Makanya kali ini kumohon, tolong, berikan aku kesempatan untuk membalas kebaikan beliau. Setidaknya dengan membantumu keluar dari masa – masa sulitmu dan itu akan membuatku merasa lega karena aku bisa membayar semua hutang budiku kepada beliau dan juga Nyonya Verline." Setelah berpikir sebentar, akhirnya Enrique menyetujui permintaan James. "Baiklah, Tuan. Tapi aku benar - benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Mohon bimbingannya." "Hei anak muda, bagaimana kalo kamu coba mulai dari mengubah cara bicaramu? Tak sadar ya, kalo dari tadi gaya bicaramu itu agak kaku dan terlalu kikuk atau formal gitu? Satu lagi. Mulai sekarang anggap aku sebagai abangmu saja. Panggil aku abang, kakak, brade, apapun terserah kamu saja yang penting jangan Tuan. Aku terdengar lebih tua dari yang seharusnya karna panggilanmu itu."
Enrique akhirnya bisa kembali tersenyum karena merasa terhibur dengan gurauan pria yang baru dikenalnya seharian tersebut. Menurut Enrique, pria itu benar. Ada orang di luar sana yang masih kurang beruntung darinya, apalagi ia pun sudah terbiasa hidup sendirian. Lantas mengapa baru sekarang ia menjadi cengeng hanya karena kejadian yang baru saja menimpanya akhir - akhir ini. Jika memang ini adalah takdir yang harus ia jalankan maka ia merasa bahwa ini sudah saatnya untuk ia bangkit karena ia pun tidak ingin mengecewakan mendiang kedua orang tuanya maupun pria muda yang terlihat sangat berusaha untuk membantunya hingga kembali dari keterpurukan itu. Nampaknya ia memang bisa dipercaya. Semoga ayah dan ibu tidak kecewa dengan sikapku terhadap orang ini sedari awal yang terkesan buruk, pikirnya. "Kak, aku ingin minta maaf jika sedari awal aku sudah terlalu mencurigaimu yang bukan - bukan dan maaf jika aku udah berlaku kasar terhadapmu." "Hei bro, santai. Sudah biasa bagiku dicurigai orang seperti itu. Sudah malam, mari kita keluar untuk makan malam. Perutmu pasti sudah keroncongan seharian karena kusekap di tempatku ini."
Sambil menikmati indahnya malam di tengah kota yang sangat indah itu, Enrique pun berjalan santai bersama dengan pria tersebut dan saling berbagi cerita dan pengalaman masing – masing serta bercanda tawa satu sama lain. Lambat laun ia menjadi semakin akrab dengan James. Sempat terbersit dalam pikirannya suatu rasa bersalah karena sudah berpikiran yang bukan - bukan terhadap pria yang kini sudah dianggapnya sebagai abangnya tersebut. Meskipun baru kenal, tapi semua ketulusan dan usaha yang dilakukan oleh James membuat Enrique bisa merasakan bahwa ia adalah seorang yang bisa dipercaya dan bersungguh - sungguh dengan semua perkataannya. "Kak James, lalu apa yang akan terjadi setelah aku menandatangani surat wasiat palsu milik Tante Charlotte tadi dan apa yang akan terjadi juga jika aku tidak menandatangani surat wasiat yang asli?" Disela - sela pembicaraan mereka, dalam benak Enrique masih terngiang mengenai surat palsu yang sudah ditandatanganinya tadi. "Tenang saja, kamu bisa lihat sendiri nanti, Tantemu itu pasti akan datang mencarimu lagi setelah ia tahu bahwa surat tersebut palsu karena tidak sah dimata hukum. Jika kamu menandatangani surat yang asli sekarang, ia tidak akan bisa berbuat apa – apa lagi kecuali jika kamu bersedia menyerahkan milik ayahmu kepadanya. Dan jika kamu tidak menandatanganinya sekarang ya, kamu akan menyesal sendiri nantinya. Kamu sudah tahu kan, kalo dia itu wanita yang licik dan bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Ayahmu yang segitu berhati – hatinya saja sudah kena sekali olehnya loh. Gimana? Masih mau nolak permintaan ayahmu? Beliau pasti sedang berduka di sana melihat kebodohan anaknya ini." "Baiklah, sepulangnya ke rumah aku akan menerimanya. Tapi tolong bantu aku untuk menyimpannya dengan sebaik mungkin. Aku percaya padamu." "Aman. Kamu akan berterima kasih padaku nantinya. Lalu apa rencanamu besok? Masih mau bekerja?" "Tentu saja. Aku sudah terikat kontrak kerja jadi aku tidak bisa seenaknya saja meninggalkan pekerjaan paruh waktuku. Lagipula penghasilannya lumayan. Aku bisa menambah modal untuk membuka usaha yang kuinginkan nantinya." "Akhirnya, usahaku tidak sia – sia Tuan. Lihatlah anakmu ini sekarang. Semangatnya tidak kalah darimu dulu." Kembali mereka bercanda riang dan saling mendukung satu sama lain. James pun sudah berjanji kepada dirinya bahwa ia akan melindungi Enrique terlebih setelah ia menandatangani surat asli tersebut. Ia sudah memperkirakan ancaman bahaya yang akan datang menyusul mereka, sehingga setelah menandatangani surat tersebut, James membawa Enrique ke suatu tempat malam itu juga. Ke mana lagi pria ini akan membawanya pergi, pikirnya.