Cherry Flora, gadis berusia 24 tahun yang kerap disapa Cherry. Dia adalah gadis yang memiliki paras yang cantik dengan postur tubuh yang mungil.
Cherry hanya hidup sebatang kara, setelah dia yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ayahnya meninggal ketika Cherry berusia 11 tahun dan Ibunya pun meninggalkannya ketika dia telah berusia 19 tahun.
Sally hampir menyerah dengan hidupnya. Bahkan Cherry seringkali berpikir jika dirinya ingin menyusul kedua orang tuanya. Cherry takut karena dirinya yang hidup sendirian.
Sejak Ia lulus SMA, Cherry memutuskan untuk berhenti melanjutkan pendidikan. Bukan tanpa alasan. Cherry adalah gadis yang cerdas, namun sangat disayangkan karena nasibnya yang kurang beruntung.
Bahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Cherry harus bekerja banting tulang. Pendidikannya yang sangat minim, membuat Cherry kesusahan dalam mendapatkan sebuah pekerjaan. Dan pada akhirnya, salah satu teman Cherry yang bernama Mita, gadis itu merekomendasikannya pada salah satu klub.
Awalnya Cherry menolak karena ia takut untuk bekerja ditempat seperti itu. Namun semakin lama dirinya berkeliaran mencari pekerjaan yang sedikit aman, semakin lama pula dirinya yang menjadi pengangguran.
Bahkan sewaan kontrakannya saja dia mendapat pinjaman dari sahabatnya itu, Mita. Setelah Cherry memikir ulang, Ia pun mulai mengambil keputusan untuk menerima tawaran sahabatnya dan berakhirlah dengan Sally yang bekerja sebagai pelayan di salah satu klub di kota itu.
…
Rumah Cherry | Sore hari,.
Ddrrttt … ddrrttt … ddrrttt
Mita is calling,....
Ponsel berdering begitu kuat, sehingga pada akhirnya hal itu sontak menarik perhatian gadis yang saat ini sedang sibuk mematut penampilannya. Dia adalah Cherry.
Cherry melangkah mendekati meja tempat benda canggih tersebut. Ia melihat satu nama di sana dan gadis itu tersenyum. Cherry meraih ponselnya, mulai menggeser tombol hijau disana dan panggilan pun terhubung.
"Hai, Ta,." Sapa Cherry riang seperti biasanya.
"Dimana,.?" Tanya Mita diseberang sana.
"Masih dikontrakan. Sebentar lagi aku jalan, Ta,." Ujar Cherry.
"Ohh kirain kamu masih tidur,." Celetuk Mita diseberang sana. Cherry mendengus.
"Ckk, kau ini! Aku tidak setiap hari telat bangun, Ta,.!" "Yeah, okay! Okay! Kalau begitu sampai jumpa disana, Cherr,." Ujar Mita.
"Okay. Bye, Ta!"
Tuuttt … tuuttt … tuuttt
Panggilan terputus, Cherry kembali meletakan ponselnya disana. Gadis itu mengulas senyum manis saat mengingat sang sahabatnya.
Yah ... Mita gadis seusia dirinya adalah sahabat satu-satunya Cherry. Selama ini, hanya Mita tempat Cherry berkeluh kesah akan hidupnya. Mita yang senantiasa mendukung dan menyemangatinya. Bahkan Mita sering kali memberikan pinjaman pada saat dia yang belum menemukan pekerjaan.
Selang beberapa menit, Cherry kembali membereskan peralatan make up sederhananya disana. Gadis itu dengan cekatan merapikan tempat tidurnya. Sesekali, Cherry melirik jam kecil diatas meja disana. Dia takut akan terlambat dan akan kembali mendapat teguran dari Bossnya seperti kemarin.
Yah ... Kemarin dirinya sempat terlambat, namun bukan karena telat bangun dan semacamnya. Tapi Cherry kesusahan saat mencari kendaraan umum yang akan bisa mengantar dirinya ke tempat bekerja.
Terdengar aneh bukan? Yah! Memang seperti itulah kenyataannya. Cherry hanyalah gadis miskin dan sangat tidak mungkin jika gadis itu akan sanggup bergaya dengan naik taksi setiap harinya.
...
Sedangkan ditempat lain, Seorang pria yang berusia 34 tahun itu sedang sibuk dengan semua tumpukan berkasnya. Mata elangnya menatap tajam kearah layar laptopnya yang menyalah. Sesekali, Ia membolak balik lembaran kertas disana. Wajah itu begitu sangat serius, seakan Ia tak ingin memecahkan fokusnya sedikit saja.
Liam Sanjaya, pria yang terlihat arogan dengan parasnya yang tampan. Pria dewasa yang bahkan saat ini sudah berusia 34 tahun namun belum ada niatan untuk menikah. Terkadang, Liam sering kali mendapat pertanyaan konyol dari beberapa temannya. Mereka meragukan dirinya. Mereka mengira jika dirinya yang menyimpang karena Liam yang tidak pernah memperlihatkan kepada mereka jika dia memiliki kekasih.
Yah ... Liam memang tidak memiliki kekasih. Namun bukan berarti dirinya menyimpang. Liam pernah menjalin hubungan asmara dengan salah satu gadis yang dulunya sangat dia cintai.
Namun, hubungan keduanya hanya bertahan sampai satu tahun saja dikarenakan gadis tersebut yang memilih menduakannya. Liam terkhianati. Gadis yang pernah dia cintai lebih memilih pria lain yang jauh lebih segalanya dari Liam. Gadis itu meninggalkannya dengan alasan Liam yang hanya seorang asisten.
Dia sungguh gadis yang bodoh karena sudah salah memandang Liam. Pria itu memang seorang asisten, namun Liam adalah pria yang sangat cerdas dan sangat cekatan. Ditengah pekerjaannya yang tidak terlalu banyak, Liam mulai merintis usahanya atas saran dari Tuannya, yang tak lain adalah Bossnya selama ini.
Awal Liam merintis, pria itu sempat gagal. Namun itu adalah hal yang sangat wajar sekali. Karena segala sesuatu memang membutuhkan proses. Liam tidak menyerah. Pria itu kembali mencobanya di bidang lain. Dia benar-benar mempersiapkan segala sesuatu dengan matang sehingga usahanya itu berjalan mulus.
Liam sukses mengembangkan bisnisnya selama empat tahun ini. Pria itu membuka sebuah restaurant dan bahkan saat ini sudah memiliki beberapa anak cabang. Sementara pria paruh baya yang bernama Damian Abraham, Tuannya Liam sempat menyarankan untuk berhenti menjadi tangan kanan pria itu paruh baya itu.
Adam ingin Liam fokus pada usahanya. Namun Liam menolak. Bukan karena masalah penghasilan. Namun Liam sudah bertekad jika dirinya akan tetap bekerja pada Adam apapun yang terjadi dan sampai kapanpun. Mau sesukses apapun dirinya, Liam tidak akan pernah melupakan jasa Adam dalam hidupnya. Dia akan tetap menjadi Liam yang sangat bisa dipercayai oleh Adam.
Dddrrrtttt … Kting!
Bunyi satu notifikasi pada ponselnya sukses menarik perhatian Liam. Pria itu mengulur lengannya yang panjang, menjangkau benda tersebut lalu segera melihat siapa yang baru saja mengirim pesan.
[Romi]
"Jangan lupakan janjimu, dude! Kalau tidak, aku akan segera membakar habis apartemenmu,.!"
Itulah bunyi pesan yang baru saja Liam terima. Setelah membacanya, sejenak, Liam mendengus saat membayangkan jika Romi yang tak lain adalah sahabatnya asti sedang tertawa di seberang sana. Liam kembali mengingat akan janjinya yang malam ini akan ikut merayakan pesta kesuksesan sahabatnya di sebuah klub.
Sebenarnya Liam sangat malas. Namun Romi yang sedikit menyebalkan selalu saja memaksanya. Sehingga Liam tidak punya pilihan lain selain harus mengikuti. Selang beberapa saat kemudian, Liam mulai membereskan semua berkas-berkasnya. Pria itu turut mematikan laptopnya dan segera beranjak dari sana. Liam melangkah keluar dari ruang kerjanya dan melanjutkan langkah kakinya menuju kamar utamanya. Ia akan bersiap-siap sebelum Romi kembali menerornya dengan segala kekonyolan pria itu.
...
Bruuugghhh
"Ooughhh,."
"Maaf! Maaf! Saya tidak sengaja,."
"Tidak apa-apa, Tuan. Saya baik-baik saja,." Gadis itu mengangkat pandangannya, Ia menatap wajah pria di depannya. Gadis itu mengerjap beberapa kali.
'Ya Tuhan, dia tampan sekali'