"Keluarga Leonida Kalidda mencurigai kematian sang aktris karena dibunuh dan bukan kecelakaan. Benarkah apa dicurigai oleh pihak keluarga? Kita simak kronologi kematian sang aktris berikut ini."
Suara host dari televisi menggema di dapur sebuah rumah mewah milik Arfin Hikam, seorang presenter hot di stasiun televisi Sindobiar. Para asisten rumah tangga, sopir, dan pegawai lainnya berkumpul di belakang. Misteri kematian Leonida masih hangat jadi perbincangan publik.
Apalagi statement Bu Vierna, juga sang manager yang cukup kontroversial membuat publik geram. Tidak ingin ketinggalan berita tentang idolanya. Qaynatt, terus menyimak televisi dan ponselnya setiap ada kesempatan.
"Kasihan ya si Nida, masih muda mah, cantik, eh meninggal di puncak karir yang lagi gemilang," komentar Ceu Iroh, kepala asisten rumah tangga.
"Iya, pacarnya sampai shock nggak mau ngomong loh," sahut Pipit teman Ceu Iroh.
"Ada yang patah hati banget tuh Ceu Iroh, Pit. Idolanya meninggal dunia, dari kemarin wajahnya murung terus," sindir Pak Mul, sopir pribadi Arfin Hikam, melirik Qaynatt yang hanya diam menatap layar televisi dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Apaan sih Pak Mul! Aku nggak apa-apa, lebay deh," sahut Qaynatt, menyeka air mata dengan ujung syal yang selalu membalut lehernya.
"Oh iya, si Qaqay kan, ngefans banget sama Leonida. Sabar ya Qay, idola kamu meninggal," sahut Pipit menyebut nama panggilan Qaynatt.
"Ya, makasih Mbak Pit. Doakan saja beliau husnul khotimah," jawab Qaynatt, air matanya meluncur membasahi pipi. Qaynatt memang sangat mengidolakan Leonida, itu sebabnya kematian sang aktris menjadi duka mendalam baginya.
Terlebih lagi dalam mimpinya, Qaynatt didatangi oleh Leonida yang meminta tolong. Sudah tiga hari Qaynatt tidak bisa tidur karena terus diganggu oleh sosok Leonida yang mendatanginya di dalam mimpi. Keadaan Leonida sangat memilukan setiap kali menemuinya.
Jika Leonida datang ke dalam mimpinya, Qaynatt ingin segera bangun, karena tidak sanggup melihat kondisi sang aktris yang memilukan. Walaupun ia sangat mengidolakan Leonida, tapi sosok dan aura kesedihan yang Leonida bawa, sangat mempengaruhi perasaannya.
"Qaaqaaay, ooy Qaqay where are you." Arfin Hikam memanggil Qaynatt.
"Iyes Pak, I'm here," sahut Qaynatt buru-buru menghampiri majikannya.
"Ah, si gerak cepat langsung datang. Tolong ya sayang, siapkan baju untuk acara hari ini," kata Arfin Hikam, pria itu selalu bicara dengan ramah. Kadang, nada bicaranya nyerocos seperti perempuan bawel.
"Baju untuk di Sindobiar, Pak?"
"Leres alias betul pisan. Cari yang hitam, karena temanya berduka cita. Hari ini, kita akan mewawancarai orang penting." Arfin Hikam tersenyum lebar.
"O yah? Siapa kalau boleh tahu?"
"David, David Athalla, pacarnya Leonida itu. Dia kan, belum bicara ke media manapun. Nah, aku beruntung bisa wawancara perdana sama dia," jelas Arfin Hikam.
"Oh iya," sahut Qaynatt singkat, hatinya mendadak kesal.
"Ya sudah, jam sembilan kita berangkat ya."
"Iya, Pak."
Arfin Hikam berbalik meninggalkan Qaynatt. Mendengar nama David Athalla, amarah dalam dada Qaynatt berdentam hebat. Aktor sekaligus model tersebut sangat dibenci oleh Qaynatt, jangankan melihat wajahnya langsung, mendengar namanya disebut saja Qaynatt emosi.
"David, dasar kadal buntung lo! Jangan sampai gua ketemu lo di studio!" gumam Qaynatt bicara sendirian.
*
Sesampainya di studio Sindobiar, Qaynatt langsung membantu Arfin Hikam bersiap. Seperti asisten artis lainnya, Qaynatt bertugas mendampingi Arfin Hikam di manapun berada. Memberikan air minum, membawa koper baju dan make up, juga tetek bengek keperluan sang artis.
Pekerjaan sebagai asisten Arfin Hikam sudah dilakoninya selama hampir satu setengah tahun. Kadang karena kesibukan sang majikan, Qaynatt juga ikut repot dan kurang tidur. Apalagi saat Arfin Hikam menjadi pembawa acara audisi dangdut yang selalu memakan waktu berjam-jam.
Saat tengah menunggu Arfin Hikam berganti pakaian. Qaynatt terkejut melihat David Athalla dan asistennya masuk ke ruang make up. Tidak biasanya seorang bintang tamu, masuk ke dalam ruang make up host inti.
"Maaf, anda siapa ya? Kenapa masuk ke ruangan ini?" sapa Qaynatt bicara dengan sopan.
"Kamu tidak mengenaliku? Aku David Athalla, aktor dan model terkenal," jawab David, nada bicaranya terdengar angkuh.
"Saya tahu, Mas. Tapi ini ruang make up host inti. Sedangkan untuk bintang tamu, ada ruangan lain," jelas Qaynatt.
"Suka-suka saya mau masuk ke mana. Siapa kamu berani ngatur!" seru David. "Vika, cepat bantu aku bersiap," ucapnya pada sang asisten.
Qaynatt menghela napas panjang, ia menyesak telah menegur pria itu. Sikap David membuatnya semakin ilfeel, Qaynatt mundir menjauhi David. Ia duduk berjongkok di dekat pintu kamar ganti Arfin Hikam. Tidak lama kemudian, majikannya itu keluar dari kamar ganti.
"Ada apa, Qay? Sepertinya tadi ada keributan?" tanya Arfin Hikam sambil membetulkan pakaiannya.
"Itu orang nggak tahu attitude, Pak." Qaynatt menunjuk ke arah David dengan dagunya, ia berdiri di depan Arfin.
Arfin menoleh ke arah David, hatinya senang melihat bintang tamunya ada di sana. Arfin melirik lagi pada Qaynatt dan menegurnya. "Hush! Jangan asal ngomong kamu. Dia bintang tamu kita!" seru Arfin.
"Tapi tidak sopan, sudah tahu bukan ruang bintang tamu. Main nyelonong masuk aja," gerutu Qaynatt.
"Maaf, ada yang sedang bergosip? Kalau keberatan, sini bicara langsung." David menyela obrolan mereka.
"Hallo David, tidak ada yang keberatan kok. Lah, kenapa kamu masuk ke ruangan Host recehan ini sih?" Arfin menghampiri David hendak memeluk pria itu. Tapi David menolaknya dengan halus.
"Ruang bintang tamu sesak. Jadi aku pindah ke sini, tidak apa-apa kan, Mas Arfin?"
"Oh, tidak apa-apa kok. Aku senang malahan," jawab Arfin duduk di sebelah David.
"Oke, terima kasih sudah berbagi."
"Untung majikanku baik," gerutu Qaynatt sambil merapikan koper.
Mata David mendelik tajam, menatap gadis tomboy dengan syal yang melingkar di lehernya. David kesal melihat wajah Qaynatt yang masam dan tidak meliriknya sedikitpun. Padahal diluar sana, para wanita sangat ingin disapa olehnya. Bahkan sekadar diberikan senyum saja, para wanita itu langsung klepek-klepek.
"Apa anda punya masalah dengan saya Mbak?" tanya David ketus.
"Tidak, cuma saya gak suka sama orang minus attitude," jawab Qaynatt.
"Attitude, attitude terus yang anda sebut! Jika majikan anda saja tidak masalah, kenapa anda yang tidak suka, hah!" bentak David kesal.
"David ganteng maafkan asistenku ya. Dia memang suka begitu," kata Arfin menenangkan David. Matanya melotot pada Qaynatt.
"Suruh dia minta maaf! Babu rendahan saja sok bicara attitude."
"Qaqay, ayo minta maaf sama Mas David," titah Arfin, matanya bergerak-gerak memohon pada Qaynatt.
Qaynatt diam tidak langsung menjawab. Pergolakan batinnya berperang hebat. Ia tidak mau minta maaf karena posisinya benar. Tapi di sisi lain, sang majikan memintanya melakukan itu. Arfin terus memberikan kode padanya untuk mengalah pada David.
"Aku tidak mau minta maaf sama dia, Pak Arfin, karena aku tidak salah," jawab Qaynatt setelah cukup lama diam.
"Oke gadis sombong," sahut Arfin menyeringai penuh arti.