Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Terjerat cinta presdir Arrogant

Moeza_pretty
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.6k
Views
Synopsis
"Bicaralah! sudah berapa lama kamu mengikutiku? Siapa yang mengirimmu kemari?" Suara rendah dan marah dari orang asing memasuki telinganya dan Rea langsung merasa bingung. "Siapa ini? Apa yang dia bicarakan? tentang siapa?" Kepalanya yang masih terasa pusing dan udara terasa menipis di pernapasannya. Dunia terasa diselimuti abu-abu. Secara naluriah, Rea mengulurkan tangannya untuk melepaskan tangan dari sekitar lehernya. "Uh, le…le… lepaskan aku... !” "Bicaralah! Beraninya kamu! Beraninya kamu merencanakan melawanku?" Dia mendengar suara marah itu lagi dan Alicia merasa seolah dia mencium bau kematian. Dia tidak bisa berbicara, dan dia hanya bisa terus menggelengkan kepalanya. Saat ini ia mengira dia akan dicekik sampai mati, tekanan di lehernya tiba-tiba berhenti dan tubuhnya bergoyang. Dia memukul dadanya dan jatuh ke lantai dengan lemah. "Ahem,,.... uhuk....uhuk....” Ia terbatuk-batuk. Sebelum dia bisa kembali ke akal sehatnya, secara tiba-tiba tangan seseorang meraih rahangnya. Wajahnya yang mempesona. Seketika memenuhi pandangannya, dan sepasang mata biru tua bersinar dengan cahaya dingin yang aneh serta menakutkan. Dia telah melihat banyak orang asing, tetapi ini adalah pertama kalinya dia melihat sepasang mata yang begitu istimewa!
VIEW MORE

Chapter 1 - Terjebak bersama pria asing.

Malam di kota itu sunyi dan gelap.

plank..!!!

Wajah Rea Blanchard terasa panas membara. Saat ia membuka matanya, dia mendapati dirinya dengan posisi canggung sembari berjongkok di lantai di samping tempat

tidur.

Lengan nya yang indah ditutupi tanda merah ke unguan di bawah selimut tipis yang menutupi tubuhnya yang telanjang!

"Apa? apa yang terjadi?!" ia berbicara dengan keadaan linglung.

Dia dengan cepat mencengkram selimut dan mencoba menutupi dirinya. Tiba-tiba dia melihat sepasang kaki yang kokoh tengah berdiri di depan matanya. Detik berikutnya dia

tidak bisa bernapas. Seseorang mencoba mencekiknya.

"Bicaralah! sudah berapa lama kamu mengikutiku? Siapa yang mengirimmu kemari?"

Suara rendah dan marah dari orang asing memasuki telinganya dan Rea langsung merasa bingung.

"Siapa ini? Apa yang dia bicarakan? tentang siapa?"

Kepalanya yang masih terasa pusing dan udara terasa menipis di pernapasannya. Dunia terasa diselimuti abu-abu. Secara naluriah, Rea mengulurkan tangannya untuk

melepaskan tangan dari sekitar lehernya.

"Uh, le…le… lepaskan aku... !"

"Bicaralah! Beraninya kamu! Beraninya kamu merencanakan melawanku?"

Dia mendengar suara marah itu lagi dan Rea merasa seolah dia mencium bau kematian.

Dia tidak bisa berbicara, dan dia hanya bisa terus menggelengkan kepalanya. Saat ini ia mengira dia akan dicekik sampai mati, tekanan di lehernya tiba-tiba berhenti

dan tubuhnya bergoyang. Dia memukul dadanya dan jatuh ke lantai dengan lemah.

"Ahem.... Uhuk..Uhuk..." Ia terbatuk-batuk.

Sebelum dia bisa kembali ke akal sehatnya, secara tiba-tiba tangan seseorang meraih rahangnya. Wajahnya yang mempesona. Seketika memenuhi pandangannya, dan sepasang

mata biru tua bersinar dengan cahaya dingin yang aneh serta menakutkan.

Dia telah melihat banyak orang asing, tetapi ini adalah pertama kalinya dia melihat sepasang mata yang begitu istimewa!

Melihat perubahan di matanya, pria itu tiba-tiba menjadi sedikit muram.

"Jangan berani-beraninya berpikir bahwa jika kamu ada hubungan denganku, itu tidak akan mengubah apa pun! Jika kamu berani mengatakan satu kata pun! tentang hari ini.

Aku akan membunuhmu!"

Tiba-tiba dia melepaskan cengkraman nya lalu kemudian dia berbalik dan berjalan ke kamar mandi. Rea jatuh ke lantai lagi dan hal terakhir yang dia dengar adalah

suara air mengalir.

Dia masih merasakan pusing. Menghadapi ruangan aneh ini, dia merasa benar-benar lemas.

Sebelum dia bisa mengumpulkan pikirannya.

"Dentang!"

Dia mendengar suara cermin pecah.

Tubuhnya menggigil, ia mendongak dan melihat pria itu keluar dari kamar mandi dengan terbungkus handuk. Dia mengambil pakaian berserakan. Dia bisa melihat bahwa kuku-

kuku jarinya berlumuran darah.

Sebelum dia pergi, pria itu menatapnya dengan tatapan jahat selama beberapa waktu.

"Ingat apa yang telah ku katakan padamu!"

Dia membanting pintu begitu keras sehingga lantai bergetar. Rasa dingin mulai naik ke punggungnya, melihat ke arah tempat tidurnya yang berantakan.

Dia merasa tidak nyaman. Selain itu, udaranya sangat kental dengan bau yang tidak jelas sehingga dia tidak bisa mengabaikannya!

Boom!

Warna di wajahnya kini telah pudar dan terlihat sangat pucat. Dia dengan cepat mengambil pakaiannya dan secara acak mulai memeriksa tubuhnya dengan tangan gemetar.

"Ada apa? Bukankah aku di sini untuk menghadiri... pesta ulang tahun Paman Crouch?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Pikirannya masih kacau, saat langkah kaki lain mendekat!

"Oh tidak!"

Kali ini, saat pintu didorong terbuka dan kilatan cahaya bergerak memasuki ruangan.

"Aaah..!"

Rea menjerit dan secara naluriah menarik selimut untuk menutupi wajahnya.

"Hei, apakah itu seorang wanita muda? Apakah ini ruangan pesta pribadi untuk anak muda kaya yang manja?"

"Siapa dia? Buang-buang waktu!"

Saat suara itu menghilang dan dia tidak bisa lagi mendengar langkah kaki, Rea menjulurkan kepalanya keluar di bawah selimut. Dia melihat sosok abu-abu tinggi yang

familiar muncul di depan matanya tanpa peringatan.

Wajahnya memucat saat melihat siapa yang ada di depan matanya yaitu Jeremy Pitcher, dia telah kembali?

Sebelum Rea bisa pulih dari keterkejutannya, dia melihat ada sahabatnya bernama Lindsay Crouch yang berjalan masuk dengan satu tangan mengait di lengan Jeremy.

Rea terkejut!

Matanya tiba-tiba melebar sedikit, menatap mereka dengan tak percaya. Pada saat yang sama, Lindsay melihat sekeliling ruangan dan tatapannya sengaja berhenti pada yang kusut dan berantakan yakni sebuah tempat tidur, selama beberapa detik.

Tidak ada noda darah di seprai putih! ini sangat mengejutkan! Jadi ini bukan pertama kalinya dia tidur dengan seorang pria? Jika dia tahu tentang ini sebelumnya, dia tidak akan memikirkannya lagi!

Ada kegembiraan yang tak bisa dijelaskan di wajah Lindsay, tapi dia berpura-pura merasa kasihan pada Rea.

"Rea, hari ini ayahku sedang berulang tahun. Tidak bisakah kamu menahan diri? Kenapa kamu harus melakukan hal menjijikan ini? apa ini? Aku telah menyia-nyiakan satu tahun untuk mencurahkan isi hatiku untukmu dan Jeremy tidak bisa berhenti memikirkanmu."

Kedengarannya seperti Lindsay menyiratkan bahwa itu bukan pertama kalinya Rea berperilaku seperti ini! Jeremy berbicara dengan tidak sabar.

"Tidak perlu mendongeng pada jalang munafik seperti dia!"

"Jeremy, jangan katakan itu! Akulah yang tidak bisa tidak jatuh cinta padamu. Dan aku merasa sangat bersalah!" Lindsay yang terus berusaha bermuka manis didepan Jeremy.

"Kamu terlalu baik!" ucap Jeremy.

Melihat mereka berdua bergema satu demi satu, Rea merasa sangat bingung.

"Munafik? Jalang?" gumamnya.

"Sialan! Dia bilang dia mencintaiku tapi dialah yang meninggalkanku di pesta pernikahan, menghancurkan keluargaku. Dan sampai sekarang, dia bahkan belum memberikan penjelasan. Adapun Lindsay, dia pura-pura peduli tentangnya dan bahkan lebih marah dariku untuk melecehkanku di depan Jeremy si pria bajingan ini, di belakangku dia bertingkah seperti ini. Siapa yang lebih munafik? Siapa yang lebih b*tch di sini?" gumam Rea dalam hati.

Dia tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu datang dari seorang pria yang dia cintai dan ia tunggu selama tiga tahun.

Dia merasa seolah-olah semua mimpi dan harapannya telah sirna. Dia bangkit dan berkata sambil mencibir.

"Yah, sepertinya kita bisa melihat satu sama lain dan sepakat untuk memahami siapa yang ada di sini."

Mendorong keduanya untuk pergi, Rea mengambil pakaiannya dari lantai dan pergi ke kamar mandi. Dia tidak ingat bagaimana dia pulang. Ketika dia menutup pintu, dia tidak bisa menahan tangis.

Di Klub Malam Starlite…..

Frederick Clements baru saja berjalan ke pintu kamar pribadi di club itu. Saat itu dia tanpa sengaja menabrak Carson Vives. Dia langsung menarik lengannya. Carson menatapnya dengan tatapan menyidik.

"Frederick, matamu, matamu berubah warna!" seru carson.

"Apakah dia kehilangan kejantanannya?" gumam Carson dalam hati.

Carson melihat sekeliling dengan tidak percaya. Dia terkejut, tetapi Frederick tetap diam dengan wajah muram.

"Frederick, siapa gadis yang sangat menawan ini sehingga dia berhasil menarik perhatianmu?"

Setelah memastikan bahwa warna matanya telah berubah dari "hitam" yang familiar menjadi "biru tua" Carson tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Jika dia tidak melihatnya dengan matanya sendiri, dia tidak akan percaya! Dua saudara laki-laki dari keluarga Clements yang sama-sama muda, tampan dan menjanjikan, tetapi mereka sangat berbeda dari sikap mereka terhadap seorang wanita.

Yang satu benar-benar playboy, dan yang satu lagi lebih suka mengabaikan wanita. Tidak heran semua orang menjuluki Trevor Clements, sang playboy, orang pertama yang mengungkapkan gen keluarga khusus mereka, berbeda dengan Frederick yang membenci wanita..

"Bahkan kamu tutup mulut, tidak ada yang akan menganggapmu bisu!" Dia menyentuh di bagian area sakit Frederick.

Frederick masih bisa merasakan sedikit rasa sakit di matanya, yang mengingatkannya pada apa yang baru saja terjadi.

Itu semua menimbulkan gelombang kemarahan baru dalam dirinya dan dia dengan cepat berjalan melewati Carson menuju ke kamar pribadi.

Keesokan harinya ketika Rea bangun, ia masih agak bingung, dia menyadari bahwa dia masih memegang kotak brokat biru di tangannya. Di dalamnya ada sepasang anting-anting berlian berbentuk kupu-kupu. Mereka bersinar terang di bawah cahaya.

Anting-anting ini adalah tanda cinta yang Jeremy berikan saat ia melamar dirinya beberapa tahun. Tiba-tiba hatinya terasa sakit kala mengingat itu. Dia memasukkan tangannya ke dalam laci dan tiba-tiba merasa mual dan kemudian berlari ke kamar mandi.

"Ugh." Rea mulai muntah-muntah.