BAB 1
Aku adalah anak dari keluarga yang tidak sempurna, ayah dan ibu ku sudah lama berpisah, saat aku kecil, aku tinggal bersama nenek dan kakek tersayang, mereka adalah orang tua bagiku dan orang tua dari ibuku.
aku tinggal di daerah perkampungan yang jauh sekali dengan kota, daerah itu adalah tempat tinggal nenek dan kakek ku, ibu menitipkan aku pada orang tuanya, saat ibu dan ayahku berpisah.
Ibuku pergi ke kota untuk bekerja dan mencari uang, karena keluarga kami adalah keluarga yang tidak mampu, kakek bekerja hanya sebagai guru seni tari di daerahku.
waktu berlalu dan ibu pulang membawa calon ayah baru, pada saat itu hatiku dilema, ada senang karena akhirnya ibuku sudah tidak kesepian dan tidak harus bersusah payah untuk menghidupi aku seorang diri, namun di sisi lain ada sedih juga karena itu bukanlah ayahku yang sebenarnya namun pada akhirnya aku tetap bahagia menerimanya.
Seiring berjalannya waktu aku sudah mulai tumbuh dewasa dan lulus Sekolah Menegah Pertama (SMP), aku ingin melanjutkan Sekolah Menegah Atas (SMA), namun di kampungku pada saat itu belum ada SMA, jadi aku harus pergi ke kota ikut tinggal bersama ibu dan ayah baruku disana.
Berat rasanya hati ini untuk meninggalkan kakek dan neneku di kampung, mereka sudah seperti orang tuaku, karena dari kecil aku tinggal bersama mereka, tapi jalan hidup dan mimpiku masih panjang dan harus ku jalani dengan mengorbankan perasaan sedih ini, jadi aku memutuskan untuk ikut bersama Ibuku dan ayah tiriku ke kota.
BAB 2
Pertama kali aku melihat kota, tepatnya di Kota Jakarta, mataku seakan tak bisa berkedip melihat keramaian dan keindahan kota ini, aku adalah anak kampung yang tidak pernah melihat keramaian dan keindahan seperti ini, di kampungku tidak ada gedung atau jalan bagus, bahkan listrik juga belum ada, kami hanya menggunakan lampu lentera yang terbuat kaca berbahan minyak tanah dan kain untuk menerangi gelapnya malam ku di rumah, namun di Kota ini seperti tidak ada malam atau siang karena begitu banyaknya cahaya yang menyinari jalan-jalan di sepanjang kota.
Di dalam perjalanan aku hanya bertanya-tanya, bagaimana caranya orang membuat bangunan setinggi itu dan siapa pemiliknya, seberapa hebatkah mereka? aku hanya bisa bertanya dalam hati, tapi Ibu melihatku dan tersenyum mungkin dalam fikirannya "betapa polosnya anakku".
Setelah sampai di rumah, aku terkagum melihat keadaan rumah Ibu dan ayah tiriku, rumahnya tidak mewah namun sangat nyaman dan aku bahagia pada waktu itu.
Waktu liburan berlalu, dan tibalah waktu untuk aku mendaftar sekolah di SMA, awalnya aku takut dan tidak yakin aku bisa sekolah di sini, karena aku hanya anak dari kampung yang tidak mengerti apa-apa bahkan berbahasa Indonesia yang benar pun aku masih belum lancar, namun Ibuku meyakinkan aku bahwa kelak semua akan baik-baik saja, akupun langsung lega dan semangat untuk menjalani kehidupanku yang baru ini.
Di hari pertama sekolah, aku terdiam di samping pagar sekolah, karena aku tidak mengenal siapapun pada saat itu, aku hanya melihat-lihat sekitar dan menunggu dalam keraguan apakah aku ada di tempat yang benar, dalam hati bertanya-tanya harus bagaimana dan kemanakah aku ini, pada saat aku terdiam dan melamun datanglah seorang wanita yang juga sepertinya anak baru, melintas di hadapanku dan tersenyum padaku, sungguh hati terhanyut dan terpaku sejenak seakan tak percaya bahwa ada makhluk seindah itu ada di dunia ini.
Di hari pertama sekolah, ada banyak murid baru yang sudah aku lihat dan perhatikan, namun tak ada keindahan yang sama seperti sosok wanita itu, dia sangat berbeda dia begitu manis dan mempesona, mungkin bisa di katakan itu adalah pertama kalinya aku merasakan getaran yang berbeda pada lawan jenis, seakan jantung ini berdetak kencang saat melihat dan memandangnya.
Hari pertama sekolah ku lalui begitu indah, seakan kebimbangan dan keraguan aku untuk menjalani kehidupan yang baru ini sulit, namun sirna begitu saja, mungkin karena sosok wanita yang tadi pagi aku lihat membuat semuanya mudah dan indah, meskipun kami tidak satu kelas, tapi hati dan fikiran ku seakan bersamanya, aneh memang karena namanya pun aku tak tahu tapi seakan hati ini sudah menyatu.
Hari-hari berlalu dan aku mulai memiliki teman di sekolaku, mungkin tidak banyak tapi setidaknya kami bisa pulang bareng dan jadi teman ngobrol di jalan, mereka begitu suka dengan cara ku berbicara, karena cara bicaraku yang bernada kampung dan kaku, tapi aku tidak pernah mempermasaalahkan itu karena memang seperti itulah aku pada saat itu.
Setiap hari berlalu, aku hanya melihat dari kejauhan sosok wanita yang sempat mengalihkan duniaku, tidak ada keberanian untuk menyapa atau bahkan menanyakan namanya, aku hanya jadi sosok pengagum rahasia di setiap harinya.
Di suatu waktu saat pulang sekolah, salah satu temanku, mengajakku untuk ikut bersamanya belajar ngaji di sebuah Majelis Ta'lim, karena memang ilmuku tentang agama belum terlalu dalam dan sepulang sekolah aku pun tidak memiliki kesibukan apapun, jadi aku memutuskan untuk ikut bersama temanku belajar ngaji di Majelis itu.
Hari pertama mengaji, awalnya segan rasanya untuk pergi karena harus beradaptasi lagi di tempat yang baru dan bertemu orang-orang baru, namun itulah takdir hidup, cinta selalu menemukan jalannya untuk di pertemukan, ternyata sosok wanita idaman itu ada di sana dan dia adalah salah satu murid lama di dalam pengajian itu, saat itu juga hati langsung bahagia dan sangat bersemangat untuk ikut bergabung dalam Majelis ini, seakan semua rasa malas dan segan hilang begitu saja saat melihat indah matanya.