Chereads / NEOPHYTE / Chapter 1 - Pertemuan

NEOPHYTE

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉviannnp
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pertemuan

Seorang anak remaja sedang menaiki sepedanya dengan terburu-buru menuju ke sekolah, jam sudah menunjukkan pukul 07:20 pagi. Di mana tersisa waktu 10 menit untuk dia sampai ke sekolah dengan tepat waktu, untung saja hari ini jalanan tidak terlalu macet.

"Bagus Jeven, sampai hari ini belum ada nama kamu di buku keterlambatan siswa" ucap pak satpam saat ia berhasil sampai ke sekolah dengan sisa waktu 4 menit.

Dapat dilihat dengan jelas bahwa anak remaja yang bernama Jeven itu sedang kelelahan, dia membalas ucapan pak satpam dengan senyum dan keringat yang bercucuran.

"Ini air minum" tawar seorang anak perempuan yang baru juga tiba di sekolah.

Tidak langsung menerima tawaran itu, Jeven lagi mengamati dengan baik siapa anak ini. Ia tidak pernah melihat anak ini sebelumnya, wajahnya terlihat begitu asing untuk Jeven.

"Dia anak baru di sini Jeven, anak kelas 11 IPA 1" kata pak satpam yang seolah mengerti akan apa yang sedang di pikirkan Jeven.

"Terimakasih" ujar Jeven setelah menerima air minumnya.

Tidak ada balasan dari anak perempuan itu, melainkan hanya senyuman yang dia berikan sambil mengangguk mengiyakan.

"Killa" ujar anak itu sambil mengulurkan tangannya mengajak Jeven berkenalan.

"Jeven, kelas 11 IPS 2" balas Jeven dengan menjabat tangan Killa.

โ‚โ‚โ‚

"Baik anak-anak, karena sebentar akan ada rapat guru. Jadi ibu akan memberikan kalian tugas dan akan ibu periksa pada pertemuan pekan depan" ucap Bu Iyen guru ekonomi kelas 11.

"BAIKK BUU!!" Jawab mereka serentak

"Silakan buka bab sistem ekonomi, pelajari dulu lalu kalian bisa mencari tahu apa aja sistem ekonomi yang ada di sekitar kalian. Seperti di kantin sekolah, minimarket, pasar, dan tempat-tempat lain. Paham?!" jelas Bu Iyen

"PAHAM BUU!!" Jawab mereka serentak

"Sebelum saya tutup, apa ada pertanyaan?" tanya Bu Iyen, dan seketika seisi kelas menggelengkan kepala mereka.

"Baiklah, kalau begitu ibu pergi dulu" setelah mengatakan itu, Ibu Iyen pergi meninggalkan kelas 11 IPS 2 dan tidak lama kemudian dapat di lihat bahwa seluruh kelas telah di tinggalkan oleh guru pengajar mereka.

Ini menjadi kesempatan untuk anak-anak pergi bermain, pacaran, makan, dan bahkan ada yang tidur di kelas. Berbeda dengan siswa lainnya, Jeven hanya duduk termangu menatap keluar jendela kelas, entah apa yang sedang ia lihat disana, yang jelas Jeven sedang memikirkan alur cerita indah di kepalanya itu.

"Ga bosan Ven?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Jeven

Tanpa melihat kearahnya, Jeven membalas pertanyaan itu dengan mengangkat kedua bahunya, pertanda dia tidak tahu apakah dia bosan atau tidak. Jeven mengenali orang yang duduk di sampingnya sekarang hanya dengan mendengar suaranya saja, namanya Bimantara, anak IPS 3. Jeven dan Bima sudah bersahabat lama, makanya itu kenapa Jeven sangat mudah mengenali Bima hanya lewat suara saja.

"Tapi gua yang bosan Ven" keluh Bima karena sedaritadi dia ikut melihat kearah yang di pandang Jeven.

"Gua nggak Bim" balas Jeven santai.

Ini menjadi salah satu ciri khas persahabatan mereka berdua, Bima yang mudah bosan dengan semua yang di lakukan Jeven, begitu juga sebaliknya. Mereka hanya memiliki dua hobi yang sama, yaitu tidur. Setelah itu semuanya berbeda, Jeven suka bermusik dan Bima yang suka berolahraga. Sangat sulit untuk mendeskripsikan persahabatan mereka, bisa di bilang mereka seperti simbiosis mutualisme: Saling menguntungkan satu sama lain.

"Aelah Ven, ayo ke kantin. Temenin gua ngeliat bidadari baru" ajak Bima dan mendapat tatapan heran dari Jeven.

"Kenapa? Ada anak baru tuh di jurusan IPA, kalo ga salah dengar sih gitu" lanjut Bima menjelaskan maksudnya siapa itu 'bidadari baru'

"Ayo ke kantin" tanpa merespon ucapan Bima, Jeven berdiri dan langsung meninggalkan Bima di tempatnya.

"Jeven kenapa dah?" tanya Bima heran pada dirinya sendiri, selama mereka bersahabat, hanya kali ini Jeven terlihat aneh.

Benar dugaan mereka berdua, kantin sekarang seperti semut yang sedang mengerumuni gula, sangat ramai bahkan ini tidak seperti biasanya.

"Ayo Bim jajan di luar aja" ujar Jeven lalu berbalik arah untuk keluar kantin.

Sebelum Jeven keluar dari area kantin, Bima menarik tangannya lalu menunjuk kearah tempat yang dimana menjadi pusat ramainya kantin sekolah mereka.

Jeven melihat kearah itu, dan tidak menemukan apa yang sedang mereka kerumuni. Karena terlalu banyak pria disana, dan itu membuatnya lelah dan malas disaat yang bersamaan.

"Ven, gua rasa para buaya sedang ngerumunin bidadari baru itu deh" celetuk Bima tiba-tiba.

"Mungkin aja, udahlah gua jadi laper beneran nih" ujar Jeven lalu berjongkok di samping Bima.

"Yaudah deh, mungkin belum takdir gua ketemu bidadari baru sekarang" gumam Bima pada dirinya sendiri lalu melihat Jeven yang sedang berjongkok.

"Lu kek anak anjing kelaparan kalo gitu Ven" ujar Bima sambil terkikik sendiri.

"Malesin lu Bim, ayo jajan di luar" balas Jeven lalu pergi sendiri meninggalkan Bima disana.

โ‚โ‚โ‚

Jam baru saja menunjukkan pukul 10:40 tetapi mereka sudah di pulangkan oleh kepala sekolah karena rapat yang akan berlangsung lama.

Dari semua siswa yang pulang, ada beberapa yang masih menetap di sekolah. Entah karena bosan di rumah, atau masih ingin berlama-lama disekolah. Salah satunya adalah Jeven, dia memilih untuk membagikan cerita yang daritadi ada di pikirannya kedalam sebuah binder yang selalu dia bawa kemana-mana. Bima sudah pulang daritadi karena akan bermain basket, dan Jeven sudah biasa meluangkan waktunya untuk menceritakan kembali cerita yang ada di pikirannya kedalam binder kesayangannya. Kalian tahu? Bisa di bilang ini menjadi hobi Jeven akhir-akhir ini.

Disaat Jeven sedang menikmati heningnya taman sekolah, ada seorang wanita yang menghampiri Jeven. Tanpa ia sadari, wanita itu sudah berdiri disamping tempat duduknya.

"Hai.... Jeven" wanita itu menyapanya dan membuat fokusnya hilang seketika.

Jeven langsung menoleh ke sumber suara, dan mendapati gadis tadi pagi yang memberinya air minum sedang berdiri di sana.

"O..oh hai juga Killa" balas Jeven sambil tersenyum kikuk.

"Kau sendirian saja disini? Maksud ku, jika iya apa aku bisa"

"Tentu, kau bisa duduk di sini. Kau tahu ini tempat umum bukan" Killa tersenyum simpul saat Jeven memotong ucapannya seperti itu, ini pertama kali baginya bertemu laki-laki yang cepat tanggap seperti Jeven.

Jeven bergeser sedikit memberikan tempat untuk Killa duduk di sampingnya, ini adalah first time Jeven duduk berdua dengan perempuan. Selama ini Jeven hanya memiliki sedikit interaksi dengan wanita, HEYYY bukan berarti Jeven tidak normal. Dia hanya gugup jika harus berinteraksi langsung dengan lawan jenisnya, apalagi yang seumuran dengannya.

Bima sering membantunya untuk dekat dengan lawan jenis, tetapi selalu saja berakhir tidak baik. Jeven sangat buruk jika soal percintaan, dia selalu berpegang teguh dengan motto yang dia buat sendiri. Kalian tahu apa motto itu? "Aku di lahirkan untuk belajar dan bekerja, bukan untuk percintaan yang bodoh" terdengar lucu bukan? Kesannya seperti seorang pria yang gila kerja.

"Apa kau sering menghabiskan waktumu disini sendiri?" Tanya Killa saat merasa keadaan kembali hening dan cukup canggung untuk keduanya.

"Tidak terlalu sering, hanya jika punya waktu luang saja" jawab Jeven lalu memainkan pulpennya seperti orang bodoh.

Killa mengangguk mengerti dengan jawaban Jeven, dia tersenyum geli saat melihat tingkah Jeven. Terlihat jelas bahwa Jeven akan menjadi orang bodoh jika berhadapan dengan wanita.

"Ah iya, kita belum berkenalan dengan jelas" ujar Killa lagi, lalu menatap Jeven sambil menyunggingkan senyumnya.

"Iya kau benar, siapa yang akan memulai perkenalannya?" balas Jeven dan diakhiri dengan pertanyaan bodoh, hingga membuat Killa tertawa kecil mendengarnya.

"Maksud ku...."

"Aku mengerti maksudmu, hanya saja pertanyaan mu terdengar lucu untuk ku" tidak ingin membuat laki-laki itu semakin nervous, Killa segera memotong ucapannya dan sedikit menjelaskan kenapa dia tertawa.

Jeven hanya bisa tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali, kalian tahu? Ini sangat canggung bagi Jeven, dia bertanya-tanya di dalam hati 'kenapa Killa bisa berada disampingnya sekarang?' jika saja Killa tidak menghampirinya mungkin dia sekarang sudah menghabiskan beberapa lembar binder dengan cerita fantasy-nya sendiri.

"Jadi Jeven?" Killa kembali bersuara dengan sedikit menggantungkan pertanyaan nya, dan itu membuat Jeven tersadar dari lamunannya dan menatap Killa.

"Nama ku Syakilla Lazuardi, kau tahu? Menjadi anak baru di kelas orang-orang pintar itu tidak mudah" lanjut Killa memperkenalkan nama lengkapnya.

Jeven mengangguk mengerti dengan ucapan Killa, dia juga berpikir begitu. Kelas IPA 1 dan 2 memang terkenal dengan orang-orangnya yang ambis, begitulah kelas orang pintar bukan?

"Jevendra Radja, terkadang menjadi anak IPS membuatku harus berfikir keras" ujar Jeven memperkenalkan dirinya dan membalas ucapan terakhir Killa.

"Anak IPS terkesan kreatif" celetuk Killa dan membuat Jeven mengerutkan keningnya.

"Kakak laki-laki ku dulu juga anak IPS, dia dan teman-temannya sangat kreatif" lanjut Killa seolah mengerti dia telah membuat anak disampingnya berpikir heran.

"Ah begitu... anak IPA juga tidak kalah kreatifnya" balas Jeven, entah apa yang sedang di pikirkan oleh keduanya. Saling memuji jurusan satu sama lain? Entahlah, ini adalah topik yang aneh.

Lumayan lama mereka berdiam diri disana, hingga akhirnya klakson mobil dari luar pagar sekolah menghilangkan keheningan antara keduanya.

"Aku pulang duluan ya Jeven" ujar Killa saat tahu bahwa mobil itu adalah milik ayahnya.

"Iyaa.. hati-hati di jalan Killa" balas Jeven dan hanya di balas lambaian tangan oleh Killa.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 12:40, bisa di bilang selama 2 jam Killa dan Jeven menghabiskan waktu dengan berdiam diri dan sedikit pembicaraan yang tidak berbobot.

โ‚โ‚โ‚

"Jeven darimana saja? Bima sudah daritadi pulang sekolah" tanya ibunya saat dia baru saja pulang ke rumah.

"Dari sekolah bu, Jeven sengaja tadi lagi duduk di taman sekolah" jawab Jeven lalu menaruh sepedanya di samping motor kesayangan bapaknya.

"Jeven tidak ingin ikut basket dengan Bima nak?" kini giliran mamanya Bima yang bertanya.

"Tidak maa, Jeven tidak punya bakat di basket" ujar Jeven, lalu masuk ke dalam rumahnya.

"Selalu saja jawabannya begitu" ucap ibu Jeven dengan nada pasrah, dan hanya di tanggapi kekehan oleh mama Bima.

Sekarang Jeven sudah duduk di kamarnya, lebih tepatnya di meja belajar kesayangannya. Dia kembali membuka binder favoritnya itu dan mulai menulis cerita fantasy-nya lagi, tidak seperti di sekolah tadi. Tangan jeven sekarang terhenti seperti tidak ada ide yang mengalir, di kepalanya sekarang hanya terdapat satu nama 'Syakilla Lazuardi' entah mengapa dia memikirkan anak itu.

"Ayolahhh, biarkan aku berpikirrr" ujar Jeven pada dirinya sendiri, dan memukul kepalanya. Berharap 'Killa' bisa hilang dari pikirannya.

Jeven akhirnya pasrah dengan 'Killa' yang masih berada di pikirannya, dia membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Huffttt... Syakilla Lazuardi, orang baru yang sedang mencoba masuk kedalam hidup ku" gumamnya pelan.

Jeven kembali mengingat pertemuannya dengan Killa hari ini, dua kali mereka bertemu di sekolah. Tapi kenapa saat pertemuan yang kedua Jeven merasa sangat canggung? Apa karena pagi tadi ada pak satpam? Yang benar saja, alasan seperti apa itu.

"Ku harap kau tidak berhasil masuk kedalam hidup ku, Neophyte" ucapnya sebelum memutuskan untuk tidur, dengan 'Syakilla Lazuardi' yang sedang bermain-main di dalam pikirannya sekarang. Ini baru permulaan bukan?