Chereads / eye for eye / Chapter 3 - Bab 3

Chapter 3 - Bab 3

Wajah Marko begitu garam ketika memasuki ruangan interogasi itu. Dalam ruangan itu pelaku penembakkan dari kedua orang tua Daniel benar-benar diperlakukan dengan sangat kejam.

Brush….

Suara air itu mengguyur kedua pelaku penembakan itu, dan mulai membuka kain yang menutupi kepala mereka.

Bugh….

Bugh….

Suara pukulan Marko tepat di wajah pelaku itu. Dan Marko mulai bertanya.

"Siapa. Yang menyuruh kalian?" Tanya pelan dengan tatapan kosong dan kejam dan Marko memegang kerah baju mereka.

Namun pelaku itu tetap diam bak patung.

Bugh…. Pukulan Marko sekali lagi tepat di wajah mereka secara bergantian.

"Jawab! Anjing" Kali ini Marko mulai menaikkan volume bicaranya dan wajahnya jauh lebih garam sekarang.

Namun pelaku itu tetap mengunci mulut mereka rapat-rapat sekali.

"Jawab. Sialan!" Marko kali ini sudah mulai kehilangan kesabaran.

Kalau kalian tidak ingin membuka mulut kalian terpaksa kalian akan ku tembak. Namun pelaku itu lebih menginginkan seperti itu dari pada terus hidup namun akan tersiksa begitu saja.

Marko bukan mafia kemarin sore yang akan langsung menembak dan membunuh musuhnya. Karena langsung membunuh musuh dengan cepat tanpa penderitaan itu seperti berkah dan nikmat. Namun Marko berbeda ia terlebih dahulu akan bermain-main dengan korbannya, supaya mendapatkan rasa sakit secara perlahan dan merasakan penderitaan detik demi detik sebelum masuk neraka.

Kali ini Marko mengambil pistol revolver yang ada di bilik baju di belakang punggungnya, Marko memperlihatkan pistolnya ke pelaku pembunuhan orang tua bosnya. Ia mulai mengeluarkan beberapa peluru pistolnya dan meninggalkan satu peluru saja di dalam pistolnya.

"Kalian melihat, aku akan menembaki kepala kalian sekarang." Sembari memutarkan peluru itu di dalam pistol revolver itu. Marko mendekatkan pistol itu ke kepala pelaku itu.

"Jika kalian langsung tertembak, itu berkah buat kalian." Marko memainkan pistol itu dan secara bergantian memindahkan pistol itu di kepala para pelaku itu.

Namun jika kalian belum tertembak dan ingin bicara siapa yang menyuruh kalian membunuh orang tua kami, kalian akan terbebas.

Marko mulai melakukan tembakan pertama

Dor…!

Dor…!

Tembakan itu diarahkan secara bergantian ke arah kepala mereka.

Hugh…Hugh….Hugh... Napas pembunuh, sangat kencang dengan raut wajah yang begitu ketakutan.

"Tembakan pertama, selamat!. Kalian masih mau mencoba atau bicara?" Marko santai.

Namun pembunuh itu masih tetap mengunci mulut mereka semakin rapat. Marko memutar tempat peluru revolver itu dan mulai mengarahkan pistol itu ke kepala mereka.

Dor..!

Dor..!

Tembakan itu sekali lagi diarahkan secara bergantian di kepala pembunuh itu. Namun reaksi ketakutan itu tetap sama dan pembunuh itu masih mengunci mulut mereka.

Para pembunuh itu sangat ketakutan, dan memberikan kode satu sama lain untuk membuka mulut. Dipermainkan seperti itu jauh lebih menakutkan daripada kematian rasa takut dan bayangan akan rasa kesakitan setelah ditembak dan mati mungkin akan lebih jauh lebih baik. Namun yang dilakukan dengan satu peluru seperti itu nyawa bagaikan dalam lotre perjudian akankah kalah atau menang. Namun pilihan kali ini hanya kekalahan yang akan mengakibatkan penderitaan yang begitu kejam.

Sebenarnya para pembunuh itu masih mempunyai keluarga yang menunggu mereka ketika mereka berhasil melakukan pembunuhan itu dirumah namun nasib naas yang mereka hadapi. Namun Marko tidak peduli dengan mereka. Sekali lagi Marko memutarkan peluru revolver itu dan mengarahkan ke kepala pembunuh itu.

Dor…!

Dor…! Brect..brect. Suara peluru dan percikan darah itu mengenai pembunuh yang masih hidup itu.

Satu peluru itu tembus dikepala salah satu pembunuh itu. Wajah pembunuh yang satu itu mulai menyungging kan wajah ketakutan yang jauh lebih buruk dari sebelumnya, wajahnya mulai lebih pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

Marko tanpa ampun. Marko memutarkan peluru

Itu sekali lagi.

"Masih mau diam" kata Marko memberikan penawaran.

Dor…!

Kali ini pelaku itu masih selamat. Namun ketakutan itu dalam dirinya sudah tak sanggup membuat mulutnya terkunci rapat seperti sebelum temannya meninggal.

"Ya...ya...aku mau buka suara" pelaku itu membuka suara terbata-bata dan ketakutan.

"Siapa?!" Tanya Marko dengan garam

"A..l..e..x..!" Suaranya terbata-bata.

"Sudah kuduga!". Sembari Memukul pelaku itu.

"Habisi, dia!." Perintah Marko kepada anak buah yang menemani mengintrogasi pelaku itu.

Dor.!

Dor!

Suara tembakan menembus kepala dan tubuh pelaku itu. Setelah beberapa saat ia membuka mulut dibalik dalang pembunuhan orang tua Daniel.

Marko keluar dari ruang interogasi itu dan mulai berjalan melalui lorong-lorong jalan ruangan introgasi itu menuju ruangan kerja Daniel untuk melapor hasil introgasi tadi.

***

Tok…!

Tok…!

Marko mengetuk pintu ruang kerja Daniel

"Masuk, kop!" Seru Daniel

"Siap bos". Marko mulai masuk keruangan kerja Daniel. Dan mulai berjalan kearah kursi, tempat Daniel duduk. Marko mulai duduk tepat di depan Daniel untuk melapor.

"Alex. Bos" Marko mulai melapor.

"Sialan! Alex!" Geram Daniel sambil memukul meja.

Marko hanya tertunduk melihat bosnya begitu marah setelah menyebutkan nama Alex.

"Marko kamu pergi temui Samuel, beri tau dia susun strategi balas dendam ke alex! Perintah Daniel ke Marko

"Siap bos"__Marko

Marko langsung berdiri dan keluar mencari beberapa anak buahnya untuk pergi kerumah Samuel.

Sejak kejadian itu Daniel menyuruh Samuel untuk langsung pulang. Daniel takut setelah pembunuh itu membunuh kedua orang tuanya, pembunuh itu juga akan mengincar Samuel. Karena keadaan tidak kondusif dan kacau karena para tamu undangan ketakutan, Daniel tak ingin mengambil resiko lebih jauh lagi dan menyuruh Samuel untuk segera pulang.

***

Melihat gerbang rumah Samuel yang masih tertutup rapi dengan penjaga yang stand by, para penjaga tak langsung membukakan pintu gerbang itu. Namun ketika Marko menurunkan kaca mobil mewahnya, para penjaga itu langsung membukakan pintu untuk Marko.

"Bagus. Lakukan penjagaan dengan baik, jangan tidur.!" Perintah Marko kepada penjaga itu

Marko langsung masuk ke rumah Samuel. Sesampainya di depan pintu rumah Samuel, Marko menyuruh para penjaga untuk menjaga mobil dan menjaga sekitar jangan sampai ada penyusup yang masuk.

Marko mulai masuk kedalam rumah Samuel.

"Uncle..Marko" sambut anak Samuel.

"Dedi. Mana?" Tanya Marko dengan menyungging senyum

Pengasuh yang melihat kedatangan Marko langsung menuju ke kamar Samuel dan memberitahu kedatangan Marko. Jelang beberapa menit Samuel tiba dan mulai menyapa Marko.

"Marko" sambut Samuel dan menyungging senyum

"Ada perintah dari bos Daniel" Marko menghampiri Samuel yang sedang berjalan ke arahnya. Dan langsung memeluknya.

"Bos, Daniel?" Tanyanya heran

"Iya… ini masalah pelaku pembunuhan orang tua bos Daniel" bisik Marko kedaniel ditengah pelukan itu.

"Oke,kita bahas di ruang meeting"

Mereka mulai berjalan keruangan meeting Samuel. Dalam perjalanan itu

"Lo. Kapan balik. dari Indonesia ko..?" Tanya Samuel.

"Gue balik bareng orang tua bos Daniel, gue yang urus semua keperluan mereka kesini" terang Marko ke Samuel

" Gue kasian lihat bos Daniel. Sam…!" Marko mencoba memberi tahu keadaan bos Daniel. tambahnya

Dan mereka sudah sampai di ruangan meeting Samuel. Samuel mempersilahkan Marko duduk terlebih dahulu dan mengambil beberapa minuman untuk menemani mereka berdiskusi tentang keadaan bos Daniel. Dan Marko akan menyampaikan beberapa pesan dari bos Daniel yang di tujukan ke Samuel.