Chereads / Maula putri qirani / Chapter 2 - Penyesalan

Chapter 2 - Penyesalan

Untuk kali pertama Nico menampar pipi Malika dengan sangat keras di depan anaknya,hingga anaknya yang masih berusia 4 tahun itu menangis histeris melihat ibunya di tampar oleh ayahnya,

Cekcok dalam rumah tangga mereka memang sering terjadi bulan-bulan ini,itu sebabnya tak biasa lagi bagi Malika menghadapi kemarahan suaminya itu,namun untuk kali ini Malika seakan bernasib buruk,

Sebuah tamparan yang belum pernah dia rasakan dari seorang pria kini mendarat di pipinya,

Berurai air mata Malika menyadari kenyataan suami yang dia cintai berani menamparnya,apalagi dihadapan anaknya yang notabene masih kecil namun sudah sedikit mengerti di usianya,

Zidan yang melihat keributan orangtuanya terus menangis,

Nico pun malah memarahi Zidan,

"Diam kau anak nakal,aku sudah bosan mendengar semua tangisanmu"

Mendengar suaminya memarahi anaknya dengan kata-kata kasar,Malika bangkit dan menggendong anaknya,dia coba mendiamkan tangisan anaknya,

Saat Zidan sedikit lebih diam,Malika berdiri menatap Nico dengan tajam,

"Aku tidak menyangka kau bisa Setega ini kepadaku,kau berubah sekarang,kau bukan lagi Nico yang dulu aku kenal aku sangat menyesal menikah denganmu"

Ucap Malika pergi meninggalkan Nico tanpa membawa apapun,Malika hanya menggendong Zidan,harta yang paling berharga bagi dirinya selepas ibunya tiada,

"Oh baiklah kau akan pergi,besok akan aku kirim surat perceraian kita"

Teriak Nico dengan melempar gelas yang ada di dekatnya,

Mendengar semua itu Malika semakin tak kuasa menahan air matanya,

Tak terpikir oleh Malika untuk bercerai dari Nico meskipun keadaan rumah tangga nya sedang tidak baik-baik saja,namun mendengar Nico akan mengirimkan surat perceraian untuknya membuat hatinya patah,remuk tak berbentuk,

"Mengapa semua ini terjadi padaku,"

Ucap hati Malika sepanjang jalan meratapi nasib rumah tangganya yang berada di ujung tanduk kehancuran,

"Zidan tidak usah dengar apa yang ayah katakan yah,ayah hanya sedang bercanda dengan ibu saja"

Ucap Malika pada Zidan agar dia tidak membenci ayahnya,

Zidan yang masih polos hanya tersenyum pada ibunya dengan menganggukkan kepalanya tanpa menjawab ucapan Malika,

Dia pun sampai di rumah lamanya,rumah ibu nya yang penuh dengan kenangan,selepas ibunya tiada rumah itu dibiarkan kosong,Malika sangat rindu dengan ibunya,

"Andai dulu aku menuruti semua perkataan ibu"

Semua penyesalan Malika kini dia rasakan karena tidak mendengarkan semua nasihat ibunya untuk memutuskan Nico,

Namun apa daya cinta telah membutakan mata hati Malika,hingga dia tidak mau menuruti permintaan ibunya,banyak juga sahabat dan teman kerjanya menilai Nico tidak pantas untuk Malika,mereka selalu menasihati Malika untuk tidak menikah dengannya,

"Kamu ini pintar Malika,kau bisa dapatkan yang lebih baik dari Nico,"

Ucap Tiara sahabatnya sebelum Malika menikahi Nico,

Sebenarnya Malika dan Nico sama-sama saling mencintai,bahkan cinta Nico lebih besar dari Malika,apapun akan dia lakukan untuk Maika,bahkan dia tidak suka jika ada pria lain mendekati Malika,

Awal kehidupan pernikahan mereka sangat baik-baik saja,mereka selalu tampil romantis menanti kehadiran si buah hati yang memang tercipta sebelum pernikahan mereka terlaksana,

Dan semua itulah yang menyebabkan ibunya Malika jatuh sakit mendengar kehamilan diluar pernikahan Malika,

Seakan di lempar kotoran,anak yang selalu dia banggakan,dia didik dengan penuh kasih sayang dan didikan terbaik,kini dia membalasnya dengan noda yang membuat ibunya tidak berani memperlihatkan wajahnya keluar,

Sebelum pernikahan itu terjadi Bu Arum masih belum menyetujui hubungan Nico dan Malika,namun mengingat bayi yang sudah ada di perut Malika,Bu Arum pun terpaksa merestui pernikahan Malika,

Dengan syarat setelah menikah Malika bukanlah anaknya lagi,

Bu Arum tidak ingin Malika menemuinya lagi dan memanggilnya ibu,

Malika sangat sedih dan menyesal akan semua perbuatannya yang sangat salah,Nico pun membawa Malika ke Jakarta karena Nico bekerja disana saat ini,

Malika terpaksa meninggalkan ibu,sahabat dan pekerjaannya di Bandung demi bersama Nico,

Suami tidak berguna yang bisanya hanya memanfaatkan kerja keras Malika demi bersenang-senang dengan wanita malam,

Suami pemarah yang terus memaki dan menyiksa batin Malika,

"Ibu sangat kecewa Malika"

Ucap Bu Arum ketika melihat Malika pergi bersama Nico,

Setelah beberapa tahun setelah kelahiran anak pertama mereka yang bernama Zidan,

Prahara rumah tangga mereka mulai muncul,Nico yang pemarah dan tidak sabar selalu memarahi Malika karena dia sibuk mengurus anaknya daripada dirinya,

"Kau ini bagaimana sih,aku baru pulang kerja,siapin minum ke makan ke,aku capek pulang kerja"

Nico marah pada Malika yang saat itu memang sedang mengurus Zidan sepulang dia kerja dari kantornya,

"Maaf mas,aku juga baru pulang,Zidan baru aku jemput dari yayasan ini pun aku baru mengganti popoknya,aku belum sempat masak,kau beli diluar saja ya"

Jawab Malika tak menyadari jika semua perkataannya akan membuat Nico murka,

"Apa,kau berani sekali memerintah ku sekarang ya,mentang-mentang gaji kamu lebih besar dari aku,kau mulai tidak menghormati aku sebagai suami kamu"

Amarah Nico mulai memuncak,

"Bukan itu maksudku mas,yasudah aku pergi dulu beli makan,"

Sambil menggendong Zidan yang masih bayi,Malika pun mengalah dan pergi mencari makan untuk suaminya,

Dalam hati Malika ada sedikit penyesalan akan perubahan sikap Nico padanya,memang dulu Malika tahu jika Nico orang yang tempramen,namun dia tidak menyangka akan sejauh ini sikapnya padanya,

Kini Nico yang dia kenal emosional,jarang pulang,sekalinya pulang malam Nico hanya meminta uang pada Malika,dengan alasan untuk tambahan biaya adiknya sekolah di Bandung,

Malika berpikir mengapa suaminya berubah seperti ini,dan perubahannya Malika rasakan memang setelah Zidan lahir ke dunia,

Prahara rumah tangga mereka memang terjadi setelah kelahiran Zidan,anaknya sendiri,

Nico yang sangat mencintai Malika kini merasa cintanya telah terbagi dengan anaknya,karena dari sejak pacaran dulu Nico tidak ingin ada yang mendekati Malika,termasuk teman-temannya sendiri,

Ditambah dengan pekerjaan Malika yang kini merangkap sebagai asisten bosnya membuat Nico semakin cemburu buta,Malika sangat dekat dengan bosnya, itu sebabnya Nico selalu memarahinya,

Sempat Nico menyuruh Malika untuk berhenti bekerja,namun dia menolak dengan alasan gajinya sebagai buruh bengkel tidak bisa mencukupi biaya sehari-hari mereka,Belum lagi jatah untuk mertuanya yang selau meminta uang pada Nico dengan alasan biaya sekolah adiknya,

Itu semua membuat Malika semakin tidak menuruti keinginan Nico untuk berhenti bekerja,

Di samping itu Nico merasa Malika memang ada benarnya,jika dia sampai berhenti bekerja,siapa yang akan memberi ibunya uang untuk biaya sekolah adik-adiknya Nico,terlebih ibunya Nico sangat cerewet jika Nico sampai telat memberinya uang,

Uang yang Nico berikan pada Malika hanya cukup untuk makan sehari-hari saja,tidak termasuk biaya perlengkapan anak dan lain-lain,terkadang Nico tidak memberinya uang samasekali meskipun Maika tahu dia sudah gajian,entah kemana uang hasil dia bekerja selama ini,Malika pun tidak ingin menuntut selagi dia masih mampu,

Untuk kali pertama kesabaran Malika sedang diuji dimana Malika mendapati suaminya itu sedang berjalan berdua bersama wanita lain di depan matanya,

Saat itu Malika dan teman kantornya istirahat di sebuah restoran,dia melihat Nico memegang tangan seorang wanita,tentu saja Malika sangat marah dan langsung melabrak wanita itu,

"Byurr.."

Malika menyembur wanita itu dengan segelas air yang ada dihadapannya,

Nico sangat terkejut dengan kedatangan Malika yang memergokinya bersama perempuan lain,

"Dasar wanita kurang ajar,berani sekali kamu jalan dengan suami orang hah"

Ucap Malika memaki wanita yang bersama Nico,

Wanita itu pun pergi meninggalkan Nico di restoran itu karena malu,

"Heh kau mau kemana,"

Teriak Malika memanggil wanita itu,

"Cukup Malika cukup,"

Nico menghentikan Malika dengan kasar di depan umum,

"Kau ini,dia hanya temanku Malika,kau sudah salah sangka,"

Nico membela diri menutupi kesalahannya dengan menyalahkan Malika,

Hingga membuat Malika merasa bersalah,

"Tapi mas,kau dan dia tadi berpegangan tangan,itu sebabnya aku marah"

Ucap Malika,

"Kau salah paham,gara-gara kamu,usahaku rugi,dia adalah kolega bos ku,itu sebabnya aku menemani dia,tapi kau sudah mengacaukan semuanya,hah"

Nico sangat marah sekali kepada Malika,diapun pergi meninggalkan Malika sendiri,

Malika pun menangis karena Nico yang dia kenal dulu penyayang dan sangat mencintainya,kini berubah jauh dari Nico yang dia kenal dulu,

Apa salahnya hingga dia bisa berubah seperti ini,pikir Malika,

Tiara pun datang dan coba menenangkan Malika,

"Sudah ka,jangan menangis,mungkin Nico memang sedang dalam urusan penting bersama wanita itu,kau segeralah meminta maaf padanya,"

Nasihat Tiara selalu membuat Malika lebih tenang,