Syifa tidak ingin mengulangi kesalahan lagi, ia perlahan masuk ke dalam selimut dan menyingkirkan guling yang selama hampir tiga bulan ini selalu ada diantara mereka berdua.
Kemudian Syifa mengambil lengan suaminya dan meletakkannya di atas kepalanya agar ia bisa lebih mudah dekat dengan Zayn. Ia meletakkan lengannya diatas dada Zayn sambil sesekali terpejam. Ia merasakan begitu hangat dekat suaminya. Meski ia merasa dirinya gemetar saat ini namun lambat laun menjadi hilang dan ia mulai merasakan getaran halus melebihi rasa perhatian saja.
Syifa bergumam sendiri dengan lirih dan nada yang berat.
"Kak, maafkan sikapku selama hampir tiga bulan ini. Meski kita tinggal berdua tapi tetap saja aku memperlakukanmu hanya sebatasnya saja, tidak seperti seorang istri pada suami yang penuh akan cinta dan kasih sayang. Bahkan dirimu tak pernah memaksaku untuk membuka diri. Kak Zayn sangat sabar dan hangat padaku. Maaf aku selalu membutmu khawatir bahkan sedih kak. Sejujurnya Syifa malu mengatakan langsung pada kakak, kalau sejak pelukan pertama kali tadi hingga sekarang Syifa gemetaran namun untuk pertama kalinya, gemetaran Syifa bisa hilang saat dekat Kak Zayn yang penuh dengan kehangatan jiwanya. Kak Zayn tentu tahu Syifa tak pernah mengenal arti cinta dari sosok lelaki selain papa dan adik. Maafin aku kak dan terimakasih. Ahmad Zayn Ibrahim, aku mencintaimu. Cinta pertama dalam hidupku dan In syaa Allah sampai ke surga Allah. Aamiin"
"Aku juga sangat mencintaimu, Asyifa Nur Pasha"
Syifa terkejut ketika mendengar suara Zayn, ia bangkit duduk dan melihatnya yang sudah membuka mata dan tersenyum. Ia menunduk malu karena ia tau pipinya pasti memerah saat malu.
Zayn lalu menanyakan apakah boleh ia memeluk Syifa, namun Syifa menjawabnya dengan tidur meletakkan kepalanya diatas lengan Zayn dan meletakkan lengan didada Zayn. Zayn tersenyum kemudian mencium kepala Syifa.
Syifa masih penasaran mengapa tiap kali ia bertingkah sesuatu Zayn hanya membalas tersenyum dan seperlunya saja. Ia memberanikan dirinya untuk bertanya dan betapa kagetnya ia saat mengetahui bahwa Zayn begitu karena ia ingin sang istrilah yang jujur mengatakan apa yang dirasakan, dia tidak ingin menekan ataupun menuntutnya.
Syifa lalu mendongakkan kepalanya dan menyebut nama Zayn hingga membuat dirinya menengok pula. Kedua wajah mereka sangat dekat dan saling menatap.
"Kak Zayn, Syifa cinta sama kakak. Syifa sayang banget dan ngga mau kehilangan kakak. Karena kakak, Syifa mengenal hakikat akan cinta yang sebenarnya. "
"Syifa, Kak Zayn pun begitu sejak kita mengikat tali persucian ini."
"Hhmhm, kita mulai...kita..bisa memulainya dari awal kan? Seperti seseorang suami dan istrinya sebenarnya yang baru menikah"
"Hhmm begitu ya, baiklah kalau begitu kamu jadi milikku sepenuhnya dan jangan menutup diri lagi dari ku. Aku tidak akan menahan diri lagi hahha."
Syifa tersenyum sembari Zayn mengelus rambutnya, sesekali Zayn mencium kepala Syifa hingga dirinya larut dalam tidur yang indah.
Kini Syifa telah menjalani hari harinya jauh lebih bahagia dibanding sebelumnya, Zayn telah diwisuda dan fokus pada dirinya dan juga bisnisnya. Sementara Syifa kuliah dengan jadwal sangat padat, karena ia ingin selesai kuliah tiga tahun saja.
Tepat saat hari sidang Syifa yang lancar, Syifa diantar kerumah sakit oleh Zayn karena merasa pusing dan tidak enak badan. Betapa bahagianya mereka mendapat kabar bahwa Syifa tengah mengandung buah hati mereka. Ini sebuah anugrah dari Allah bukti akan hakikat cinta. Syifa sangat bersyukur ia mendapat cinta pertama dari sosok Zayn yang begitu sempurna sebagai suaminya. Tak ada yang lebih baik dari menysukuri nikmat serta takdir yg telah Allah tentukan.