Chereads / I'm Sorry, Onty / Chapter 13 - Bab 12. Hampir Saja

Chapter 13 - Bab 12. Hampir Saja

Sejenak Cherryl terpaku. Matanya menatap lurus ke netra hitam Galih yang juga menatapnya. Cherryl lagi-lagi terpesona akan ketampanan Galih. Gadis itu tak bisa memalingkan wajahnya dari sang suami.

"Kamu ngapain?" tanya Galih datar.

"A-aku mau bangunin Kakak buat makan siang," jawabnya terbata.

Galih mendengus kesal dan mengempaskan tangan Cherryl yang tadi ia cengkeram. Hati Cherryl mencelos. Sebesar itukah kesalahannya hingga sikap lembut Galih berubah padanya.

"Kak," cicitnya. Cherryl mengangkat kepalanya agar buliran bening itu tak luruh membasahi pipi. Dia sudah bertekad untuk menjadi wanita yang kuat dan tak gampang menangis. Namun apa daya jika sikap Galih selalu membuat hatinya teriris.

"Kakak kenapa berubah sama aku?"

Senyum sinis itu tercipta di sudut bibir Galih.

"Kamu mau tahu kenapa aku berubah? Kamu tak sadar dengan apa yang telah kamu lakukan menghancurkan hatiku?"

Cherryl menggeleng.

"Nggak mungkin. Aku tahu kalau kak Galih nggak mencintai onty Syifa jadi mana mungkin hati Kakak hancur karena tak jadi menikah dengan onty? Kalian hanya menikah karena perjodohan. Onty juga terpaksa menerima Kakak karena tak ada pilihan lain."

"Kamu tak tahu apa-apa tentang hatiku. Aku menyukai mbak Syifa dan kamu telah membuatnya pergi dariku."

Galih beranjak dari ranjangnya dan berdiri mendekati Cherryl yang melangkah mundur menjauhi lelaki yang menunjukkan tampang garang itu. Tak ada raut lembut yang biasa ia perlihatkan saat dulu berbicara dengannya.

Cherryl menggeleng tak percaya. Sikap Galih selama ini biasa-biasa saja. Bahkan, sikapnya pada Cherryl jauh lebih akrab ketimbang dengan Syifa karena mereka memang dekat dari kecil.

"Aku nggak percaya. Kak Galih ngerencanain apa hingga bersikukuh untuk menikah sama onty Syifa? Onty mencintai lelaki lain. Dia tak pernah bisa melupakan pacar pertamanya hingga kalau onty menikah sama kak Galih, Kakak hanya bisa memiliki raganya tanpa hatinya."

"Tahu apa kamu soal cinta sedangkan kamu itu gadis bau kencur."

"Aku mencintai kak Galih udah lama. Dari aku mengenal perasaan seorang perempuan pada laki-laki, yang kuinginkan cuma kak Galih."

"Itu cuma obsesi kamu aja, bukan cinta."

"Kakak salah. Aku tulus mencintai Kakak dan tak ada yang bisa menggoyahkan hatiku sampai sekarang."

"Hemh," Galih tersenyum masam. "Lalu, apa yang kamu lakukan tadi? Berboncengan dengan lelaki lain. Kamu bahkan keluar rumah tanpa seizin aku yang katamu adalah orang yang kamu cintai."

"I-itu aku ... aku tak sempat mengabari Kakak."

"Tak sempat atau memang sengaja tak mengabari? Oh, aku tahu. Pasti kamu inginnya agar sampai rumah kalian berduaan sementara tak ada penghuni rumah yang bisa menegur kamu, iya kan."

Cherryl menggeleng dengan tuduhan Galih yang tak berdasar. Tak mungkin kan kalau Galih cemburu dengan adiknya sendiri.

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Gavin. Semua itu hanya asumsi Kakak aja. Gavin hanya berusaha menolongku, tak lebih."

"Bullshit! Gavin bukan orang yang sembarangan suka menolong orang lain. Dia juga tak gampang dekat dengan perempuan. So, kamu mau mengelak apa lagi?"

Galih semakin melangkah maju hingga Cherryl mundur sampai ke tembok kamar. Tangan Galih mencengkeram rahang Cherryl membuat gadis itu meringis sakit dalam hati.

"Ingat ya, kamu yang memutuskan untuk menjadi istriku. Jadi, jangan pernah mencoba untuk menduakan aku dengan siapa pun, apalagi dengan Gavin."

Cherryl mengangguk dengan raut wajah ketakutan. Gavin meraup bibir kemerahan Cherryl dan melumatnya kasar. Cherryl yang tak siap tak mampu berbuat apa-apa. Bibir Cherryl terpaksa membuka saat Galih menggigit bagian bawahnya. Tarian lidah Galih membuat Cherryl mau tak mau ikut menikmatinya juga. Sebuah sensasi yang baru kali ini ia rasakan. Ciuman pertama yang ia persembahkan pada suami tercinta. Meski tak ada kelembutan sedikit pun dari sikap lelaki itu memperlakukannya.

Cherryl terengah kehabisan napas hingga mendorong pelan dada Galih. Lelaki itu tak mau mengerti malah memperdalam ciumannya. Cherryl mendorong Galih agak keras karena ia tak mempu lagi bernapas.

Dengan rakus, Cherryl menghirup udara di sekitarnya. Ditatapnya Galih dengan sorot tak mengerti. Sementara Galih yang tadi hampir kehilangan keseimbangan karena didorong Cherryl kini bisa berdiri tegak kembali.

Galih meraih tangan Cherryl dan menariknya hingga langkah gadis itu terseret. Begitu kasar Galih mengempaskan tubuh gadis itu ke ranjang. Cherryl menatap takut pada Galih karena lelaki itu melihatnya dengan mata memerah.

Cherryl menggeleng ketakutan. Tak ingin Galih berbuat lebih karena dia tak siap. Seringai muncul di bibir Galih melihat mangsanya ketakutan. Dia melangkah pelan kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Cherryl.

Diamatinya wajah Cherryl yang selama ini tak pernah ia perhatikan. Cantik, tentu saja karena Cherryl keturunan bibit unggul. Damar dan Shelomita sama-sama rupawan hingga memiliki anak yang secantik Cherryl.

Sepasang mata itu membuat Cherryl semakin ketakutan. Galih mendekatkan wajahnya dan kembali mencium Cherryl dengan kasar. Cherryl menggunakan tangannya untuk menahan dada Galih. Ciuman Galih semakin kasar dan berpindah ke arah leher gadis itu. Cherryl terengah menerima pengalaman pertama yang tak disangkanya.

Akankah sekarang waktunya? Batin Cherryl tak mampu menahan debaran dalam dadanya. Jujur, Cherryl belum siap untuk melakukannya meski ia tahu cepat atau lambat Galih akan menuntut haknya.

Tangan Galih kini beralih ke arah tubuh Cherryl bagian depan. Sebisa mungkin gadis itu tetap menjaga kewarasannya. Remasan kencang Galih berikan membuat Cherryl mengerang tertahan. Bukan nikmat yang ia rasakan melainkan sakit hingga ke ulu hati. Jika Galih melakukannya dengan pelan dan penuh kasih sayang, Cherryl tentu rela memberikan semuanya pada lelaki itu. Sayangnya, apa yang Galih lakukan saat ini hanya nafsu berselimut dendam.

"K-kak," rintih Cherryl yang malah seperti desahan di telinga Galih.

"Ja-jangan," Tangan Cherryl masih berupaya untuk mencegah Galih membuka pakaiannya. Cherryl menggigit bibir menahan perasaannya.

Tiga kali ketukan di pintu kamar seolah menjadi penyelamat bagi Cherryl. Galih menatapnya tajam sambil beranjak pergi dari tubuh Cherryl yang masih terengah. Galih merasa kesal karena kegiatannya terganggu. Lelaki itu sama sekali tak berniat untuk mengambil haknya. Dia hanya ingin membuat gadis itu melambung tinggi seolah Galih memujanya. Setelah itu, Galih akan mengempaskannya dari ketinggian. Seakan ada kepuasan tersendiri jika Galih melakukannya. Sayang, belum juga niatnya itu terlaksana, ada saja yang mengganggu.

Cherryl mengembuskan napas lega. Tangan kanannya terarah ke dada kemudian mengusapnya pelan. Satu kancing telah terbuka. Apa jadinya Cherryl jika tak ada yang mengganggu ulah Galih. Mungkin dia yang akan jadi santapan Galih siang itu.

Galih membuka pintu kamar sementara Cherryl merapikan penampilannya. Diliriknya pintu yang terbuka tapi Cherryl tak tahu siapa penyelamatnya saat ini.

"Ada apa, Mbok?" Oh, rupanya mbok Sumi. Cherryl harus berterima kasih pada wanita parujmh baya itu karena kedatangannya telah membuat Cherryl terhindar dari perlakuan Galih.

"Anu Den, mau disiapkan makan siangnya sekarang? Nanti keburu dingin makanannya."

"Siapin aja. Sebentar lagi aku turun."

"Baik, Den."

Mbok Sumi berbalik kemudian menuruni tangga. Cherryl segera berlari kecil menuju kamar mandi sebelum Galih mendekatinya lagi.

Cherryl mengunci pintu kamar mandi, berjaga-jaga agar Galih tak mengikutinya ke sana. Cherryl menyandarkan tubuhnya ke pintu. Embusan napas berulang kali Cherryl lakukan demi menetralkan kembali jantungnya yang berdegup kencang.