Mau tidak mau, Bagas terpaksa menemani bosnya untuk makan siang. Mereka makan dengan bubur ayam yang telah dibeli oleh Bagas sebelum dirinya berangkat ke kantor.
"Silahkan bu." Menarik sebuah kursi untuk Vina.
"Duh gas, gam perlu lah kamu seperti ini sama saya. Biasa saja. Jangan terlu formal. Kita bukan sedang berada di kantor." Jawab Vina meminta supaya Bagas tidak tegaang saat bersama dirinya.
Mereka mulai menyantap makanan serta minuman yang sudah ada.
"Kamu betah kerja bersama saya?" Saut Vina membuka obrolan diantara mereka.
Bagas mengangguk sembari menyuapkan sesendok demi sesendok bubur ayam itu. "Saya betah banget bu. Sudah bersyukur sekali bisa kerja untuk ibu saya. Yang penting halal." Jawab bagas.
"Terimakasih banyak ya sudah bantu mami saya. Dan semakin hari mami semakin membaik." Ujar Vina.
Bagas mengangguk sambil tersenyum. Lagi-lagi lesung pipi pada pipinya itu sontak menbuat Vina tidak hentinya menatap kearah Bagas sampai melamun.
"Memang itu yang saya inginkan. Dengan begitu, aku bisa masuk dalam keliarga kalian." Gumam Bagas dalam hati seolah kedua matanya menyudut melirik kearah Vina yang sedang terlihat bahagia karena terdapar perkembangan yang baik pada maminya.
Saat itu pula Bagas melihat seorang pelayan membawa nampan diatasnya beberapa minum panas. Dan Bagas tau, minuman yang dibawa pelayan itu akan tumpah. Seketika Bagas beranjak dari tempat dudiknya, mendekat pada Bina seolah melindungi punggung Vina dengan tubuhnya sendiri.
Pyaaar....
"Auhh, panas." Ujar Bagas mengerang kepanasan. Saat punggunggnya tertumpah minuman panas itu.
Hal tersebut membuyarkan lamunan Vina. "Astaga Bagas!" Ia tersadar jika dirinya terlindungi oleh Bagas dadi tumpahan air panas yang dibaaa pelayan.
"Gimana sih mas, kalau kerja yang benar dong! Tuh lihat, baju teman saya basah kan!" Omel Vina pada pelayan itu.
Pelayan itu menunduk seakan merasa bersalah. "I...iya bu, saya tidak sengaja, saya minta maaf."
Vina begitu marah dengan pelayan tersebut. Hingga ia ingin menuntut untuk bertanggung jawab mengganti pakaian yang dikenakan oleh Bagas dengan baju baru. "Kamu harus tanggung jawab. Rekan saya setelah ini akan berangkat kerja! Bagaimana jadinya jika bajunya basah dengan noda kopi yang kamu bawa!" Bentak Vina tiada hentinya memarahi pelayan tersebut hanya untuk membela Bagas.
Bagas melerai keributan didepannya itu. Setelah ia berhasil mencari perhatian dari Vina. Ia berhasil menjadi pahlawan kesiangan didepan Vina dengan menyelamatkan bosnya itu.
"Sebaiknya mas pergi saja. Maafkan bos saya sudah marah-marah dengan mas." Seru Bagas meminta pelayan itu kembali kedapur.
Melihat hal itu, Vina tidak terima jika pelayan tersebut belum bertanggung jawab atas perbuatannya."loh kok malah disuruh pergo sih!? Dia belum bertanggung jawab atas semua ini loh. Ya, setidaknya bertanggung jawab mengganyi pakaian kamu dengan baru atau baju dia gitu." Oceh Vina
"Sudah bu, saya tau pelayan itu tidak sengaja. Lagi pula saya baik-baik saja kok. Kasihan pelayan itu jika harus mengganti pakaian saya. Noda ini juga bisa hilang dengan dicuci." Ujar Bagas berpura-pura bersikap rendah hati dan manis didepan Vina.
"Ya ampun gas,kenapa hati kamu baik sekali. Sebenarnya hati kamu terbuat dari apa?" Sanjung Vina terhadap Bagas.
Karena sudah merasa terselatkan, Vina menelfon sopir kantornya untuk membawakan pakaian OB yang serupa dari kantor sebagai ganti baju Bagas yang terkena noda kopi.
"Bu Vina, gak perlu repot. Saya bisa langsung ke kantor dan mengganti pakaian saya disana."
"No, no, no! Kamu sudH menyelamatkan saya. Apa jadinya punggung saya tadi, jika tidak kamu lindungi. Pasti sudah merah dan panas. Apalagi kulit aku tipikal sensitif." Jawab Vina.
Tidak lama sopir yang membawakan pakaian ganti tersebut datang, Bagas langsung mengganti pakaiannya dengan seragam OB yang bersih.
"Terimaksih bu."saut Bagas setelah mengganti pakaiannya dan merapikan kembali penampilannya didepan Vina.
Vina pun dibuat terkesima sampai tidak mengesipkan mata oleh penampilan pria didepannya. Dimana lebih rapi, wangi dan rambut klimis dengan minyak rambut yang dikenakannya.
"Kenapa kamu manis sekali sih gas." Gumam Vina lirih.
Meskipun lirih, pendengaran Bagas sempat mendengar akan ucapan itu. "Manis gimana maksud ibu?" Tanya Bagas supaya Vina memeprjelas ucapannya.
"Ah tidak, tidak ada yang manis." Sangkalnya.
"Duh, kenapa aku menjadi dibuat salah tingkah oleh Bagas?" Gumma Vina merasakan hal aneh pada dirinya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Segera mungkin perempuan yang menjabat sebagai bos itu memerintahkan anal buahnya untuk kembali ke kantor sebelum OB itu melihat kesalahan tingakah Vina saat sedang disampomg Bagas.
"Lebih baik kamu segera kekantor, dengan sopir dan segera kamu kerjakan semuanya pekerjaanmu dengan baik. Dan terimakasih untuk hari ini." Seru Vina, berlagak tegas untuk menutupi geroginya didepan Bagas.
Bagas mengangguk, menuruti seruan dari atasan. Saat ini Bagas hanya dapat menuruti segala perintah Vina. Namun keadaan itu akan berbalik saat Bagas berhasil menjadi suami Vina. "Lihat aja nanti!" Gumam Bagas tersenyum palsu pada Vina saat ia hendak berjalan pergi meninggalakan rumah sakit.
Sementara berbeda dengan Vina. Justru wanita berkulit putih itu membalas senyuman Bagas senyum ceria yang sangat jarang ia tunjukkan pada karyawan yang lain.
****
Vina kembali ke kamar ruang rawat maminya. "Vin, dari mana saja kamu nak?" Tanya mami Atika menoleh pada wanita yang datang ke ruangannya
Vina memberikan senyum ceria didepan maminya. "Aku dari kantin mi,sarapan sama si Bagas." Jawab Vina
"Ih, kenapa kamu senyum-senyum begitu? Tidak biasanya setelah ketemu sama seorang cowok, malah senyum-senyum begitu."
"Ah tidak mi. Vina hanya...." Anak semata wayang Atika itu mendadak tidak melanjutkan ucapannya. Sontak membuat sang mami dibuat penasaran.
"Kamu kenapa Vin? Kamu sesang jatuh cinta?" Tanya Atika seketika nyeplos yang membuat mata Vina membeliak kaget.
"Siapa juga yang jatuh cinta mi. Mami ada-ada aja." Jawab Vina
Klunting....
Terdengar notif pesan masuk diponsel Vina.
Di bukanya pesan tersebut. Kembali ia dibuatnya tersenyum seakan teesipu malu namun dicampur bahagia ketika membaca pesan tersebut.
Pesan yang dikirim oleh Bagas padanya merupakan pesan singkat berisikan ucapan terimakasih padanya. Begitu membuat batu es pada diri wanita itu dapat meleleh.
"Vina, pesan dari siapa nak? Mami penasaran. Siapa yang membuat anak mami senyum terus dari tadi?" Tanya Atika membuyarkan tatapan Vina yang sedang memandang sebuah foto seorang lelaki.
Vina tidak menjawab, ia asik chatingan dengan Bagas sehingga tidak menghiraukan maminya.
Ditempat lain, Bagas sama halnya dengan Vina. Ia tersenyum-senyim di pantry seorang diri sambil menatao layar ponselnya.
"Tidak seperti yang dikatakan oleh orang lain di kantor. Tidak terlalu susah untuk Bagaskara menaklukan hati dingin seoramg Vina. Hanya butuh kesederhanaan, kebaikan. Walaupum itu semua palsu ku lakukan, aku tidak peduli. Yang terpenting aku bisa nikahi dia!"
Disela kesibukan bekerja, ia selalu menyempatakn diri untuk menanyakan kabar tentang mami Atika sebagai awal perhatian pada keluarga Vina.