Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Seanggun Pelangi Almiraj

🇮🇩Ersa_Lee
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
Synopsis
Sagara adalah seorang CEO perusahaan produk kecantikan. Ia terkenal dengan sifatnya yang arogan. Sudah puluhan sekretaris mengundurkan diri karena sifatnya itu. Anggun adalah seorang gadis kutu buku di masa lalu yang mengubah penampilannya. Anggun bekerja keras di perusahaan Sagara demi melunasi hutang keluarganya. Usut punya usut, Sagara ternyata adalah pria yang pernah menolak Anggun secara kasar saat di sekolah menengah dulu. Demi menolak perjodohan dengan wanita pilihan kedua orang tua, Sagara membantu melunasi hutang keluarga Anggun dengan satu syarat. Disisi lain, Jesica seorang artis yang pernah bekerja sama dengan Sagara, menaruh hati padanya dan berusaha merebut hati Sagara. Apakah Anggun akan menerima syarat yang diajukan oleh Sagara? Apakah Sagara tahu jika Anggun adalah wanita di masa lalunya? Atau Sagara akan memilih Jessica?
VIEW MORE

Chapter 1 - Sekretaris Baru

Seorang gadis berjalan menuju sebuah gedung perkantoran. Gadis itu memasuki lobby perusahaan ternama. Sa Beauty. Sebuah perusahaan produk kecantikan yang sedang naik daun. Perusahaan itu tengah membuka lowongan pekerjaan. Bahkan tersiar kabar juga tengah mencari sekretaris untuk sang CEO. Sekretaris yang kemarin mengundurkan diri, dan hanya bekerja selama dua hari. Bahkan ada yang hanya beberapa jam saja setelah resmi bekerja. Padahal wanita yang melamar menjadi sekretarisnya bukan hanya dari kalangan biasa. Putri seorang pengusaha pun ada yang melamar menjadi sekretarisnya. Tapi, semua tidak ada yang tahan dengan sikap arogan sang CEO. 

Dan hari ini, seorang gadis dengan rambut ikal panjang terurai, mengenakan  kemeja putih dan rok hitam serta sepatu pantofel menuju meja resepsionis kantor Sa Beauty. 

Gadis dengan tubuh tinggi proporsional dan sexy menanyakan dimana ruang kantor HRD. Wajahnya tirus, dengan tulang pipi tinggi,dan hidung mancung. Lesung pipi tertanam di pipi kanannya. Garis rahangnya feminin, mempertegas dagu lancipnya dibawah sepasang bibir mungil berwarna merah berasal dari polesan make up. Matanya bulat dan jernih, dibingkai oleh bulu-bulu lentik yang menaungi keduanya.

Dengan semua yang dimilikinya, mustahil orang bisa berpaling dari paras cantiknya.

"Di lantai 2, Mbak. Sebelah kiri." Seorang resepsionis menunjukan tempat yang gadis itu maksud. Gadis itu mengulas senyum dan mengucapkan terima kasih. Kedua wanita yang berada di meja resepsionis mengagumi kecantikan gadis tersebut.

"Oh! Itu Pak Handoko, kepala bagian HRD." Wanita yang berada di meja resepsionis itu menunjuk seorang pria yang tengah berjalan ke arahnya.

"Pak Handoko, Mbak ini mencari Bapak."

Pria yang bernama Handoko itu memandang gadis itu dari atas sampai ujung kaki. Jari tangannya memegang ujung dagunya seperti memikirkan sesuatu.

"Namamu siapa?" Tanya Handoko.

"Saya Anggun, Pak. Yang kemarin telpon Bapak," ucap gadis yang mengaku bernama Anggun itu.

"Kamu ikut saya sekarang!" Titah Handoko pada Anggun. Meski bingung, Anggun bergegas mengekor  Handoko dibelakang. Di dalam lift, Anggun bersama dengan  beberapa pria yang masuk bersama dengannya. Tatapan  mata penuh nafsu dari para pria yang memandang nya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Meski Anggun sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu, tetap saja dia merasa risih. Ingin rasanya cepat-cepat keluar dari lift.

Ting...

Pintu lift terbuka di lantai 10. Handoko menuntun Anggun menuju sebuah kantor yang bertuliskan "kantor CEO".

Sejenak Anggun merasa heran kenapa dia dibawa ke ruang CEO. Sebab, Anggun mendaftar untuk lowongan office girl. Lalu kenapa dia diantar ke kantor CEO? Pikir Anggun.

 Handoko mengetuk pintu ruang CEO tersebut. Setelah mendapat instruksi, dia memegang handle pintu dan memutarnya.

"Pagi pak," sapa Handoko ketika memasuki ruangan tersebut. Di dalam ruangan yang besar itu, seorang pria berwajah tampan tengah menatap layar komputer dihadapannya. Hidung mancung yang seperti perosotan anak TK, juga dagu yang runcing memberikan kesan yang tegas di wajahnya. Kulitnya putih bersih bak porselen. Sebuah papan nama terbuat dari kaca bertuliskan Sagara Biru Mahardika terpampang di atas meja kerjanya.

"Pagi," suara berat Saga terdengar tanpa menoleh ke asal suara. Dia tetap fokus pada layar komputernya.

"Begini, Pak Saga. Gadis ini adalah sekretaris baru Pak Saga mulai hari ini," ucap Handoko. Anggun yang mendengar kata-kata Handoko terkejut. Matanya melotot. Tak menyangka akan dijadikan sekretaris di perusahaan ini. Saga menoleh, menatap wajah gadis yang tampak sedang bingung. 'Se-sekretaris? Aku?' Batin Anggun

"Sekretaris?" Saga mengulangi ucapan Handoko.

"Be-betul, Pak. Dia ini sekretaris Bapak yang baru." Handoko terlihat gugup. 

"Nama?" Tatapan matanya yang tajam seperti menusuk leher Anggun. Membuatnya susah untuk mengeluarkan kata-kata.

"Sa-saya A-Anggun, Pak," ucap Anggun terbata karena gugup.

Saga memandang kembali gadis itu sejenak, kemudian mengangguk. Lalu kembali fokus menatap komputer di hadapannya. Handoko merasa sedikit lega. Karena dia telah menemukan sekretaris baru untuk Bos nya itu.

 Handoko menunjukan meja kerja Anggun. Meja kerjanya berada di samping kantor CEO. Semua yang akan menuju kantor CEO akan melewati meja Anggun terlebih dahulu. Ruang CEO dapat melihatnya dengan jelas dari meja kerja Anggun.

"Pak, saya kan daftar jadi OG. Kok sekretaris sih?" Bisik Anggun pada Handoko.

"Posisi ini sangat mendesak. Lebih penting dari OG," jawab Handoko.

"Tapi Saya nggak punya pengalaman kerja sekretaris, Pak. Ijazah saya saja cuma SMA." Handoko menatap Anggun. Menatap dalam kepada gadis yang ada di depannya.

"Tidak masalah. Kamu bisa bekerja sambil belajar. Ok. Saya pergi dulu." Handoko meninggalkan Anggun yang masih terpaku dalam kebingungannya. Dia bahkan tidak tahu menahu tugas dasar seorang sekretaris. Lalu bagaimana dia akan bekerja? Dia harus bersyukur atau malah menyesal mendaftar bekerja di kantor ini?? Dia merutuki nasibnya dalam hati. 

Baru saja Anggun akan duduk, Saga keluar dari ruangannya yang membuat Anggun terlonjak kaget dan sangat gugup.

"Bersiap! Kita akan meeting!" Titah Saga pada Anggun.

"Maaf? Meeting?" Anggun bingung dan mengulangi ucapan Bosnya.

Saga menatap Anggun dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Saga mendengus kesal dan pergi dengan langkah panjang. Anggun terdiam membeku di tempatnya. Tidak tahu harus berbuat apa. Karena semua ini adalah hal yang sangat baru bagi Anggun.

"Mau berdiri saja disitu!?" Teriak Saga yang sudah berada didalam lift. Kesadaran Anggun kembali. Dia segera berlari menuju lift menyusul Saga.

***

Saga dan Anggun tengah berada di dalam mobil. Anggun duduk di kursi samping sopir. Hatinya masih berdebar tak menentu. Kata 'meeting' yang diucapkan Saga masih terngiang dalam pikirannya. Keringat dingin keluar dari dahi dan lehernya karena gugup yang berlebihan. 'Aku harus bagaimana?' Pertanyaan itu terus saja bermain di pikiran Anggun.

Mobil telah sampai di sebuah restoran mewah. Sang sopir membukakan pintu untuk Saga. Diikuti Anggun yang juga keluar dari mobil.

 Mereka berdua duduk di sebuah meja yang sudah di booking terlebih dahulu. Sebuah ruangan privat sesuai dengan permintaan tamu yang akan mereka temui.

"Siapkan materinya!" titah Saga pada Anggun.

Anggun melongo mendengar ucapan Saga. "Materi? Materi apa ya, Bos?" 

Mata Saga mendelik, bola matanya seperti akan keluar dari tempatnya. Ekspresi wajahnya seperti menuntut sebuah penjelasan pada Anggun. Tapi  anggun hanya menatapnya dengan tatapan tak bersalah. Saga mengusap wajahnya kasar.

"Auh!!!" 

"Kamu gila? Tidak waras? Bagaimana mungkin kamu tidak menyiapkan materi untuk rapat hari ini?" Cecar Saga.

"Kalau kamu tidak becus kerja untuk apa melamar di perusahaanku! Dasar bodoh! Kamu pikir perusahaanku adalah tempatmu bermain kantor-kantoran? Jika tidak becus bekerja lebih baik kamu enyah dari sini! " Saga meluapkan kekesalannya pada Anggun.

"Sa-saya tidak melamar sebagai sekretaris Bapak. Saya melamar sebagai  Office Girl. Tapi malah diantar ke ruang Bapak dan menjadi seorang sekretaris. Apa itu salah saya? Saya masih bingung dengan penempatan kerja saya, tiba-tiba Anda mengajak saya untuk meeting tanpa memberi aba-aba. Apa itu juga salah saya?" Ucap Anggun dengan berani. Ucapan Anggun membuat Saga terdiam. Tak bisa berkata-kata lagi.

"Dasar Handoko sialan!" Umpat Saga pada Handoko. Saga masih saja mengumpat tanpa mengeluarkan suara. 

"Dasar tidak berguna!" Gumam Saga.

Seorang pelayan memberitahukan bahwa tamu yang sedang ditunggu oleh Saga sudah tiba. Saga mengumpat kembali. Dia memijat pelipisnya yang tiba-tiba merasa pusing. 

Hari ini Saga akan bertemu dengan seorang artis yang sangat terkenal akhir-akhir ini, Jessica. Rencananya, Saga akan mengontrak Jessica untuk iklan produk barunya. Jika hari ini gagal bertemu, Saga takut kontrak iklannya akan batal. Karena sangat sulit membuat janji temu dengan Jessica di tengah jadwalnya yang sangat padat. 

"Dengar, telepon kantor dan cari tahu tentang kontrak  iklan dengan Jesica. Cepat!" Titah Saga pada Anggun. Anggun pamit untuk menelpon kantor seperti yang diperintahkan oleh Saga.

***

Saga tengah memejamkan matanya dan bersandar pada sandaran kursi mobil. Sepertinya dia lelah karena memarahi Anggun sepanjang perjalanan. Anggun menatapnya dari kaca spion depan. Mencuri pandang pria yang baru  setengah hari menjadi Bosnya dan memarahinya habis-habisan.

'Sebenarnya dia tampan juga kalau sedang diam. Tapi kalau sedang marah seperti singa yang kelaparan. Aku tidak bersalah dalam hal ini. Tapi kenapa dia memakiku? Ya Tuhan... ganteng sekali pria menyebalkan ini. Tapi... kalau diperhatikan, sepertinya aku pernah melihat pria ini. Tapi dimana ya???

Tunggu! 

Dia….

Dia adalah….