"Katakan pada mereka jika kita akan datang," ucap Kavin sambil beranjak dari tempat duduk.
Kavin mengambil jas yang berbeda, dan melepaskan jas yang saat ini dipakai olehnya. Merapikan pakaian yang dipakai olehnya.
"Kau akan meninggalkanku di sini?" tanya Naura.
"Ya. Kau tahu jalan pulang 'kan? Aku tidak akan mengantarkanmu," seru Kavin sambil melangkah keluar. Naura mengumpat habis-habisan pria itu, karena tidak mengajaknya.
Di dalam mobil, Kavin menghubungi Amm tetapi telpon wanita yang dihubunginya tidak aktif membuatnya mengerutkan kening.
"Java Lee mengundangku untuk makan malam," ucap Kavin meninggalkan pesan suara untuk Amm.
Tidak ada pembicaraan yang terjadi di dalam mobil saat Kavin menuju ke lokasi yang telah diberikan oleh asisten Java-Seon. Beberapa kali, ia hanya melalukan slide di iPad miliknya memeriksa data perusahaan.
Di depan, sang asisten terus menerus melihat dari kaca spion.
"Kau bingung dengan nama yang disinggung wanita itu?" tanya Kavin dijawab anggukan oleh sang asisten.
"Dia adalah Presdir perusahaan kita, dan wanita itu adalah asistennya dari Korea Selatan. Mereka akan tinggal untuk waktu yang tidak ditentukan," jelas Kavin membuat sang asisten lagi-lagi menganggukan kepala. "Kau akan segera bertemu dengannya," tambah Kavin membuat pria itu kembali focus pada kemudi.
Sekitar 10 menit, Kavin telah sampai ke lokasi restoran tempat Java Lee mengajaknya untuk makan malam.
Akira black adalah restoran yang menjadi janji temu mereka. Akira Black, salah satu restaurant bintang 5 yang terletak di Setiabudi, Jakarta Selatan yang menghadirkan makanan khas Jepang yang difusion dengan makanan Korea.
Java Lee memilih restoran yang cocok dilidahnya. Karena Chef Akira sendiri lah dalam mengolah setiap menu di restauran ini membuat Akira Back Restaurant memiliki banyak penggemar walaupun memiliki harga yang mahal.
Kavin segera melangkah masuk, disuguhkan oleh interior yang begitu mewah, tetapi tidak terlalu mencolok. Saat Kavin masuk ke dalam, ia disambut seorang pelayan yang meminta Kavin untuk ikut ke ruangan di mana Java Lee berada.
"Kupikir kau akan menolak undangan makan malamku," seru Java Lee saat melihat Kavin yang baru saja datang.
Kavin melihat beberapa makanan yang sudah dihidangkan di atas meja, bahkan di sana tidak ketinggalan wine yang bisa ditaksir harganya cukup mahal.
"Silahkan duduk." Java Lee mempersilahkan tamunya untuk duduk. Kavin pun segera duduk di kursi yang telah disediakan untuknya. Kedua pria itu saling bertatapan satu sama lain, seakan ada perang di antara mereka.
"Ya. Aku merasa terhomat, seorang Java Lee tiba-tiba mengundangku makan malam, aku sangat tersanjung untuk itu." Kavin tersenyum sambil membuka kancing jas yang dipakai olehnya.
Sangat tepat, ia mengganti jas dipakai olehnya. Untuk pria selevel di hadapannya, ia harus menyamakan dirinya dengan apa yang dipakai oleh pria itu.
Berbeda dengan Java Lee, ia melihat senyum Kavin membuatnya sangat tidak menyukai senyum yang diberikan oleh pria di hadapannya itu, seakan senyum itu tengah mengejek.
"Saya penasaran, apa yang membuat CEO seperti anda mengundangku untuk makan malam," ucap Kavin membuat Java Lee berusaha untuk tidak tersulut emosi dengan perkataan pria di hadapannya yang seakan tidak tahu apa yang telah diperbuatnya.
"Bagaimana jika kau mencicipi makanan yang sudah kusiapkan?" tanya Java Lee membuat Kavin mengambil garpu dan pisau kemudian mencicipi hidangan itu. "Sebenarnya, aku pun penasaran. Bagaimana seseorang bisa membuat harga saham perusahaanku turun 25% hanya dengan satu malam, hanya dengan artikel sampah itu," ucap Java Lee membuat Kavin meletakan garpu dan pisau yang berada di tangannya.
Kavin bisa melihat ketidaksukaan pria di hadapannya. Tatapan yang ia dengar karena rumor yang beredar kini, dilihat olehnya. Aura pria Java Lee, tidak main-main, Kavin bahkan merasa sedikit terintimidasi, apalagi pria di hadapannya berasal dari keluarga chaebol.
"Aaa … Jadi, seorang CEO Yvhan mengundangku ingin tahu, bagaimana aku melakukannya?" tanya Kavin membuat Java Lee menatap tajam ke arahnya.
"Tidak. Aku tidak mengundangmu untuk itu!" ucap Java dingin membuat atmosfer berubah menjadi tegang.
Seon dan asisten Kavin berada di sana, merasa aura permusuhan dari dua orang itu.
"Ah, benar juga. Anda bukan pria seperti itu, apalagi di antara kita tidak ada perkerjaan yang perlu dibicarakan."
"Jangan menyentuh perusahaanku, atau kau akan tahu akibat telah melakukannya." Java Lee menegaskan dengan tatapan tajam ke arah Kavin membuat pria di hadapannya terkekeh kecil.
"Apa yang kulakukan? Aku tidak melakukan apapun pada perusahaanmu. Aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Apa karena artikel itu?" tanya Kavin sambil terkekeh.
Java Lee mencoba untuk menstabilkan emosinya. "Sekali lagi, kau menyentuh perusahaan, aku tidak akan tinggal diam," tegas Java Lee.
Kavin tidak bergeming sama sekali, ia ingin menikmati moment di mana pria di hadapannya memperingatinya.
"Apa kau pikir aku bisa membuat saham perusahaanmu turun karena artikel itu? Menurutmu itu mungkin?" tanya Kavin membuat Java Lee mengerutkan kening. "Kau pikir aku bisa melakukannya?" tanya Kavin sekali lagi.
Pria keturunan Indo-Korea itu terpikirkan tentang apa yang dikatakan oleh Kavin. "Apa dia benar-benar bukan pelakunya?" gumam Java membatin, ia melirik ke arah Seon membuat sang asisten itu mengangkat bahu pertanda tidak tahu.
"Jangan berkelit dan mengatakan kau tidak melakukannya," ucap Java. Ia sangat yakin jika Kavin yang melakukannya dan pria itu tengah mempermainkannya.
Di beberapa moment Kavin sangat menyukai raut wajah yang dilihatnya dari Java Lee.
"Apa yang kau tuduhkan padaku itu benar, tetapi aku hanya memberikan informasi tentang artikel itu, sedangkan yang kau tuduhkan padaku tentang aku membuat harga saham perusahaanmu turun, itu bukan aku. Aku tidak memiliki alasan mengapa aku harus melakukannya, lagi pula, apa untungnya bagiku."
"Jangan pura-pura bodoh. Perusahaanmu dan perusahaanku adalah saingan, jangan pikir aku bodoh. Kau sangat diuntungkan dalam hal ini," ucap Java membuat Kavin terkekeh.
"Bukan aku pelakunya, kau bisa mencari tahunya," ucap Kavin membuat Java Lee begitu geram. "Tapi 'dia' yang melakukannya," tambah Kavin membuat Java Lee menatap tajam ke arah Kavin.
"Apa maksudmu dengan 'dia'?" tanya Java Lee. Ia penasaran dengan kalimat terakhir Kavin tetapi pria di hadapannya hanya tersenyum.
"Terima kasih untuk makan malamnya, Presdir Lee, tapi aku masih punya urusan yang lain," ucap Kavin membuat Java Lee mengepal tangannya, ia sangat tidak suka pria itu membuatnya penasaraan dengan tidak menjawab pertanyaannya.
"Jawab pertanyaanku, apa yang kau maksud dengan 'dia?" tanya Java Lee dengan nada tinggi.
"Kau bisa mencari tahunya sendiri, bukan!" ucap Kavin tersenyum kemudian meninggalkan Java Lee yang dipenuhi oleh amarah.