"Jangan bohong, Anna. Aku telah melihat video dirimu tengah bercinta dengan seorang pria di hotel. Aku tahu, saat ini, kau masih di hotel bersama pria itu."
Mendengar hal itu, Anna segera melihat tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai pakaian, pikirannya tertuju pada sesuatu membuatnya menyibak selimut. Ada bercak darah di atas ranjang, membuatnya seketika menutup mulutnya.
"T-tidak, aku tidak melakukannya, Deff. A-aku—" Perkataannya terbata-bata.
"Batalkan saja pernikahan kita berdua, aku sangat kecewa padamu, Ann," ucap pria itu.
Dunianya hancur seketika mendengar apa yang dikatakan oleh Deff, begitu mudahnya pria itu membatalkan pernikahan yang telah menjadi impian mereka selama ini.
"T-tidak, jangan lakukan ini padaku, Deff. Kumohon percayalah padaku,"
"Kenapa aku harus percaya padamu, setelah kau mengkhianatiku dan tidur dengan pria lain? Katakan padaku, bagaimana aku bisa percaya padamu?"
Perkataan yang menghujam ulu hatinya, memang benar dirinya bahkan tidak mengenakan sehelai pakaian pun.
"A-aku—" Gadis itu tidak tahu harus mengatakan hal apa. Dia tidak bisa berbohong, sedangkan apa yang terjadi di dalam kamar itu adalah benar-benar terjadi.
"Kau tidak bisa menjawabnya kan?"
Anna terdiam, dia tidak menjawab. "Deff, aku—"
"Kamu ingin mengatakan apa? Kamu tega melakukan hal ini padaku, kamu tengah mengkhianatiku, kamu tidak lebih rendah dari gadis di luar sana menjual tubuhnya."
Degh!
Anna mengepal tangannya dengan erat. Apa yang dikatakan oleh Deffrian, begitu menghujam dasar hatinya. Segala harapannya hilang, saat pria itu mengucapkan perkataan itu. Tidak ada yang dia harapan lagi. Semua keinginannya seketika lenyap di dalam aula pernikahan itu.
Pengkhianatan sahabatnya sendiri, dan kekasih lebih tepatnya mantan kekasihnya tidak mempercayainya.
Anna memilih untuk kembali ke rumah, hari ini begitu lelah untuknya. Begitu banyak masalah datang bertubi-tubi padanya. Baru saja ia sampai dikejutkan dengan begitu banyak barang miliknya tengah berserakan di lantai teras depan rumah. Tanpa pikir panjang, ia memunguti satu persatu pakaian dan memasukan ke dalam koper.
"Siapa yang melakukan?" tanya sambil menggebrak pintu membuat suara gebrakan terdengar begitu kerasnya.
Anna menarik koper dengan pakaian yang begitu kacau, perasaannya tengah kacau membuat dadanya naik turun karena emosi setelah apa yang diterima olehnya beberapa jam entah drama apalagi yang diterima olehnya, hingga barang-barangnya berada di luar.
"Siapa yang menaruh pakaianku di luar?" tanyanya penuh emosi.
Anna melihat ke arah maid yang telah bekerja dengannya menundukan kepala, takut menjawab pertanyaan Anna hingga sebuah suara terdengar.
"Aku … aku yang melakukannya," sebuah suara menyahut, membuat matanya membulat.
"Tante Sonia? Kenapa tante berada di sini?"
Bukan menjawab pertanyaan Anna, wanita paruh baya itu menampar wajah Anna.
"Berani sekali kau menyebut namaku, pelacur? Dan bisa-bisanya kau kembali ke sini. Apa kau tidak tahu malu?"
"Aku bukan pelacur, dan ini rumahku!"
"Rumahmu? Ahahaha …" Sonia terkekeh. "Jangan mimpi, rumah ini dibeli atas nama Deffrian, jadi ini bukan rumahmu. Sebaiknya kamu pergi dari sini, rumah ini akan menjadi rumah Deff dan Clara."
"Anna? Kenapa kau ada di sini?" Sebuah suara terdengar memperlihatkan Clara baru saja turun dari lantai atas.
Anna sejenak melirik ke arah tangan Clara yang tengah menggandeng lengan Deff kemudian menyandarkan kepalanya, tingkah manja wanita itu membuat Anna mual dan jijik.
"Kenapa kalian ada di rumahku?"
"Rumahmu? Mama Sonia menyuruh aku dan kak Deff memakai rumah ini. Jadi sebaiknya kau sendiri yang pergi dari sini, bukan kami,"
"Kau mengusirku?"
"Yah," jawab Clara sambil menganggukan kepalanya.
Anna tidak tahun lagi, dengan segala penghinaan yang dilakukan oleh mereka terhadapanya. Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Ketika dia mengingat suara pria yang menyelamatkannya, hal itu membuatnya sadar jika dia tidak boleh terus dipermainkan.
"Baik, aku akan pergi dari sini. Aku akan pergi dari sini," ucap Anna dengan tegas.
Wanita malang itu berusaha untuk menenangkan hatinya. Senyum kecil dilukis di wajahnya, hatinya membulatkan tekad akan membalas segala yang telah dilakukan padanya, semuanya.
Di dasar hatinya, telah terbit dendam yang begitu kokoh. Ia menghela nafasnya dengan kasar kemudian menatap satu persatu wajah yang telah memperlakukannya dengan tidak adil.
"Apa yang aku tunggu, cepat pergi dari sini," usir Clara.
Seketika Anna terkekeh, begitu miris hidupnya. Sahabat yang telah dianggapnya seperti saudara sendiri, menusuknya dari belakang mengambil segala yang dia miliki.
"Ternyata kau lebih murahan dariku, Clara," ucap Anna mengejek mantan sahabatnya itu. "Bodoh sekali kenapa aku percaya padamu," ucap Anna lagi. "Aku mengerti ternyata selama ini kau menyukai Deff makanya kau menjebakku tidur pria lain."
Clara tidak terima dengan segala tuduhan yang ana berikan padanya membuat wanita itu turun dari tangga dan segera melayangkan tangan untuk menampar Anna sebelum menyentuh pipi Anna tangannya lebih dulu ditangkap kemudian dihempaskan dengan kasar.
"Jangan menyentuh pipiku dengan tangan kotormu itu. Aku tidak sudi pipiku disentuh oleh tangan wanita menjijikan menghalalkan segala cara merebut yang bukan miliknya," ucap Anna dengan tegas.
Kali ini, ia tidak ingin tertindas. Dia harus melawan segala perlakuan yang telah diberikan padanya. Dia harus menjadi lebih kuat, dan tegas.
"Anna … kau—"
"Kau akan marah padaku? Marahlah, apa yang kukatakan adalah benar," ucap Anna.
"Anna, kau tidak berhak mengatakan hal kasar seperti itu pada Clara," bentak Deff.
"Kau juga ingin marah padaku, Deff? Marahlah, atau kau ingin memukulku juga? Silahkan!" Anna tersulut emosi dia benci pada Deff yang tidak bisa melihat kebenaran. "Kalian harus ingat jika semua yang kalian peroleh selama ini berkat diriku, perusahaan kalian berkembang karena siapa? Karena aku Deff, karena aku," ucap Anna dengan lantang.
Kali ini dia mengeluarkan segalanya, tidak peduli lagi dengan apa yang akan dikatakan oleh mereka. dirinya hanya ingin mengeluarkan segalanya.
"Tsk, kalian memperlakukanku seperti sampah," ucap Anna lirik. "Yang menjijikan itu adalah kalian semua, seluruh keluarga kalian," ucap Anna lagi dengan tegas.
Tidak ada yang berani berbicara, apa yang dikatakan oleh Anna adalah benar, segala proyek besar perusahaan dia yang telah menyelesaikannya dengan meraup begitu banyak keuntungan.
"Kalian menginginkan aku pergi bukan? Ya, aku akan pergi dari sini, sebelum itu dengar baik-baik apa yang aku katakan," tatapan Anna berubah, penuh kebencian di dalamnya. "Aku, Reul Anna Amaltea, detik ini bersumpah akan membalas semua yang telah kalian lakukan padaku. Aku akan membalasnya 10 kali lipat penghinaan ini bahkan lebih, penderitaan serta pengkhianatan ini."
Anna melangkahkan kakinya mendekat ke arah Deff.
"Kau …." tunjuk Anna. "Deffrian Arsando, kita adalah musuh. Seluruh keluarga Arsando adalah musuhku. Ingatlah, aku akan kembali lima tahun lagi, dan akan menghancurkan seluruh apa yang kalian miliki, ingat itu baik-baik. Aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, akan kubuat kalian meminta maaf sambil berlutut di kakiku sambil menangis bahkan seperti pengemis."
Perkataan yang dilontarkan oleh Anna membuat mereka semua gugup, begitu pula dengan Clara, apalagi ketika Anna menatap tajam kemudian mendekat ke arahnya. Tubuhnya seketika gemetar.
"Dengan ini baik-baik Clara. Nikmati, apa yang bisa kau nikmati mulai sekarang, ketika aku kembali, akan kupastikan kau tidak akan tidur dengan nyenyak. Aku akan membuatmu menyesal merebut segalanya dariku, akan kupastikan kau akan kehilangannya. Kehilangan segala yang kau miliki saat ini," ucap Anna, matanya menggambarkan keseriusan. "Akan kubuat kau membayar semua yang telah kau lakukan padaku."
Setelah mengatakan itu, Anna berjalan mendekat ke arah Naura—adik Deff.
"Dan kau Naura … kita lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padamu, jika kita bertemu nanti. Hati-hatilah keluar rumah," ucap Anna sambil menarik kopernya keluar rumah.
Gadis itu berdiri di depan pintu rumah.
"Ingatlah baik-baik, aku akan kembali 5 tahun dari sekarang, akan kubuat hidup kalian menderita, selamanya," teriak Anna.