Plak!
Sebuah tangan melayang mengenai sebuah pipi seorang gadis memakai pakaian dress berwarna putih, diiringi dengan sebuah umpatan.
"Jangan ganggu anakku lagi, dasar wanita murahan. Kau tidak pantas menjadi menantu keluarga kami," hina Sonia.
Rambut gadis itu terlihat acak-acakan, pipinya merah akibat dari tamparan dari Sonia, wajahnya terlihat merah padam karena emosi yang begitu menggebu di dalam dadanya.
Gadis yang baru saja mendapatkan tamparan itu hanya bisa mengusap wajahnya. Apa yang lebih memalukan dari penghinaan yang baru saja ia dapatkan? Di depan begitu banyak orang ia diperlakukan tidak sepantasnya.
Semua mata tertuju padanya. Apalagi, suara Sonia begitu menggema memenuhi ruangan yang ukurannya begitu luas, membuat se isi ruangan itu bisa mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh wanita paruh baya itu.
Beberapa bisik-bisik pun terdengar membuat Anna melihat sekeliling. Ia sangat jelas bisa merasakan jika semua mata tertuju padanya, memandang penuh dengan kehinaan bahkan tak ada satupun ingin membela.
"Untuk apa kau datang ke sini? Ingin mempermalukan kami, setelah apa yang kau lakukan?" tanya Sonia memasang wajah menjijikan ketika melihat Anna.
"Deff, kau tidak percaya padaku?" Anna bertanya dengan nada serak menatap ke arah pria yang dipanggilnya Deff.
Wajah sendu itu dengan binary mata mengisyaratkan jika ia butuh bantuan tentang segala tuduhan yang diberikan padanya.
"Deff. A-aku tidak melakukannya. Sungguh, kumohon percayalah padaku." Ia memohon, harapan ada pada pria yang dicintainya.
Rauel Anna Amalthea gadis berparas cantik, berbulu mata lentik, rambut sepinggang, menerima tamparan dari wanita di hadapannya, pakaian tampak begitu kacau serta tatapan orang-orang memandang rendah terhadapnya.
"Tidak ada yang percaya dengan gadis yang tidur dengan pria lain, padahal akan menikah," ucap Sonia memojokan Anna.
Sejak dulu, Sonia mencari cela agar bisa menghina Anna habis-habisan. Ia tidak pernah menyukai hubungan anaknya-Deff bersama Anna. Kini, ketika menemukan kesalahan gadis itu membuatnya bahagia mendapatkan kesempatan untuk menghina Anna.
Anna hanya bisa mengepalkan tangannya, tidak terima dengan apa yang ia dapatkan.
Dirinya memanglah anak yang kabur dari panti asuhan, setelah menerima penyiksaan, memilih hidup mandiri dengan bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan bersekolah.
"Tidak," ucap Deff dingin.
Anna tersentak kaget. Deff yang ia kenal berubah dingin. Bahkan ekspresi yang pria itu tunjukan muak dan jijik. Hatinya terasa sakit, ketika pertama kali melihat ekspresi Deff padanya.
"Kau tidur dengan pria lain, terus aku harus percaya gitu? Akhirnya mataku terbuka, kupukir kau gadis baik-baik ternyata sama saja dengan gadis di luaran sana menjual tubuhnya," ucap Deff begitu menghantam ulu hati Anna.
"A—"
Perkataannya tercekat ketika ingin mengatakan sesuatu. Di satu sisi memang Deff tidak akan percaya mengingat jika dirinya memang benar tidur dengan pria lain. Ia sendiri bahkan tidak percaya, bagaimana bisa ia tidak menjaga diri dan memberikan sesuatu yang harusnya ia berikan pada suaminya.
"Atau, ini bukan yang pertama kau tidur dengan pria? Mungkin kau telah menjual tubuhmu pada lelaki hidung belang," ucap Deff.
"Aku tidak pernah menjual tubuhku," bantah Anna.
"Kau menyangkal bagaimana lagi Anna setelah semuanya telah terbukti? Dan kau mengatakan tidak melakukannya? Huh?! Dasar pelacur," ucap Deff menaikan nada bicaranya.
Hati Anna berdegup kencang, tidak pernah ia menyangka perkataan kasar keluar dari mulut pria yang dicintainya itu. Hatinya terasa diremat begitu sakit.
Degh!
Hatinya berdegup kencang, dia tidak pernah menyangka akan keluar perkataan menyakitkan dari kekasihnya. Pria telah dipercayainya selama ini. Tidak, Deff bukan lagi kekasihnya. Melainkan mantan kekasihnya.
"Deff, coba dengarkan dulu apa yang ingin dia katakan pada kita." Seorang wanita ikut bergabung dalam pembicaraan mereka.
"Diam Clara, jangan ikut campur," bentak Deff membuat gadis itu terdiam.
Anna melirik ke arah suara yang dikenalnya, matanya merekam seorang gadis tengah memakai gaun pengantin, ia sangat mengenal gaun itu karena dia sendirilah yang memilihnya. Tetapi tanpa bersalah wanita itu memakainya, seketika membuat emosi.
"A-aku minta maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Aku tidak bermaksud mengantikanmu, Anna," ucap Clara.
Melihat tatapan dari Anna tertuju padanya, membuatnya seketika meminta maaf. Entah bagaimana Anna merasa nada bicara gadis itu, tengah menghinanya, apalagi senyuman yang terbit dari bibir Clara, ditambah tangan gadis itu menggenggam lengan Deffrian dengan erat.
"K-kau menikah dengan Clara?" tanya Anna terbata-bata menatap sahabatnya itu.
Bukan jawaban yang didapatkan dari Clara tetapi sebuah pembuktian dengan menggandeng tangan Deff. Gadis itu memang mengejek Anna yang tengah menatap kesal pada dirinya.
Hatinya terasa begitu sakit, kini dia dikelilingi oleh orang-orang yang menghina dirinya. Kini, dirinya menyadari apa yang sebenarnya tengah terjadi. Dia dikhianati, seseorang membuatnya mabuk dan terbangun tanpa pakaian di atas ranjang.
"Apa yang kau tunggu, pergi dari sini, tidak ada yang menginginkan gadis murahan sepertimu ada di sini. Jangan mengganggu suasana pesta pernikahan anakku."
Anna kembali menatap pada pria yang telah lama memadu kasih, tidak ada respon dari pria itu, hanya ada kebencian di matanya. Clara tersenyum, membuat Anna begitu geram, menaiki pelaminan dan menampar Clara.
Plak!
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menamparku?" tanya Clara mengusap pipi yang baru saja ditampar oleh Anna.
Grep!
"Kau yang melakukan ini padaku?" tanya Anna sambil menjambak rambut Clara. "Kau yang merencanakannya, benar kan? Kau yang membuatku mabuk dan tidur bersama pria itu? Katakan, kau yang melakukannya 'kan?" tanya Anna sambil menjambak rambut Clara.
Gadis itu begitu geram, ia tidak percaya mengapa Clara begitu tega melakukan hal itu padanya. Sahabat yang begitu ia percayai, sekarang menusuknya dari belakang. Sahabat yang dianggapnya sebagai saudara sendiri, begitu tega padanya.
Ia tidak ingin melepaskan Clara begitu saja. Tangannya terus menerus menarik rambut gadis itu.
"Aa … aa … Anna lepaskan. Sakit. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku tidak mengerti maksudmu," bantah Clara.
"Wanita pelacur, apa yang kau lakukan pada menantuku?"
Sonia begitu geram dengan apa yang dilakukan Anna pada Clara. Emosi Anna tengah memuncak, dia ingin memberikan Clara pelajaran.
"Deff, apa yang kau lakukan. Lakukan sesuatu," tegur Sonia. Hal itu membuat Deff menarik tangan Anna dan menghempaskannya begitu saja, alhasil membuat Anna terjatuh ke lantai.
"Stop Anna, jangan menuduh orang yang tidak bersalah. Sebaiknya kau pergi dari sini," ucap pria itu dengan emosi.
Anna terdiam. Tidak bisa membela diri lagi. Dia mulai sadar, percuma melakukan pembelaan, tidak ada yang akan mempercayai dirinya.
Seorang pria beranjak dari tempat duduknya.
"Apa kita menghadiri acara pernikahan, atau pertunjukan?" tanyanya, membuat semua orang melihat ke arahnya.
Sonia turun dengan cepat.
"Maaf atas keributan ini, kami tidak tahu akan mendapatkan gangguan seperti ini."
Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada. Jas mahal tengah melekat di tubuhnya. Matanya menatap ke arah pelaminan, sejak tadi dia merasa terganggu dengan drama yang tengah berada di depannya.
"Silahkan duduk lagi, kami akan menghilangkan penganggunya," ucap Sonia.
Wanita paruh baya itu terlihat tengah mencegah pria itu untuk pergi dari acara pernikahan putranya, pria itu pria berpengaruh baginya.
"Baiklah," seru pria itu kemudian kembali duduk.
"Apa yang kalian tunggu, usir gadis ini," titah Sonia.
"Akhirnya kau tidak menjadi bagian dari keluarga kami, gadis miskin," bisik Naura ketika melihat Anna yang tengah diseret oleh dua orang pengawal.
"Sialan kau Naura. Aku yakin kalian berdua yang merencanakannya." Anna memberontak.