Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

You are the Reason (Valerie & Artha)

Kaor1
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views

Table of contents

Latest Update1
Part 12 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1

Artha mencium kening Valerie. 2 gadis muda itu saling bertatapan satu sama lain di atas sebuh ranjang. Mereka tampak lega dengan apa yang mereka lakukan barusan. Keduanya hanya memakai selimut untuk melindungi tubuh mereka yang tanpa busana.

"Berjanjilah untuk selalu ada buat aku." Kata Artha dan tersenyum kepada Valerie

"Berjanjilah kamu akan terus mencintaiku." Sambung Valerie dan membalas senyuman Artha.

Seketika suasana menjadi pecah karena tertawa mereka berdua. Mereka saling berpelukan satu sama lain.

"I love you Artha" Ucap Valerie memeluk erat Artha.

"I love you more Valerie" Balas Artha.

Tiba-tiba kehangatan mereka berdua, dikagetkan oleh sebuah panggilan masuk di ponsel Valerie.

Valerie melepaskan pelukannya dari Artha, dan membalikan badannya untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja di samping tempat tidurnya. Valerie mengangkat panggilan tersebut yang ternyata itu adalah panggilan telfon dari Papanya.

"Halo pa!"

"Hai sayang, kamu jam berapa pulang kuliahnya? kamu ngak lupa kan malam ini kita bakalan makan malam sama teman papa!"

"Iya pa, sebentar lagi aku pulang kok! Tinggal satu kelas lagi!"

"Ya udah papa tunggu kamu dirumah! Jangan sampe telat! Ngak enak sama teman papa!"

"Iya pa, tenang aja, sekarang juga masih siang! Aku ngak akan pulang telat kok!"

"Okey sayang, papa tutup telfonnya dulu ya! Bye sayang!"

"Bye pa." Kata Valerie dan menaruh ponselnya di meja kembali.

Valerie melirik kearah Artha yang ternyata dia juga menatap kearah Valerie sedari tadi. "Kenapa kamu menatap aku seperti itu!" Keluh Valerie.

"Karna kamu cantik!" Jawab Artha terus menatap Valerie.

Velerie tersenyum geli. Dia kembali membalikan badannya menghadap Artha dan memberi tamparan kecil di pipi kiri Artha

"Kenapa....?" Keluh Artha

Valerie menempelkan kedua tanggannya di pipi kiri dan kanan Artha. "Kamu Juga cantik!" Jawab Valerie dan mencium bibir Artha singkat.

"Mmmhh, tapi kita udah ngak ada kelas loh. Kenapa kamu bilang masih ada kelas?" Tanya Artha.

"Mmmh, soalnya aku mau minum kopi dulu sama kamu!" Kata Valerie sembari melepaskan kedua tangannya dari pipi Artha.

"Oh okey" jawab Artha.

"Ya udah, sekarang cepatan siap-siap, soalnya aku mau pulang cepat!"

Setelah mereka selesai bersiap-siap, mereka juga membereskan semua barang-barang mereka yang ada di kamar tersebut. Sebenarnya kamar tersebut berada di sebuah bagunan bertingkat 2 milik Artha. Artha sendiri menyebut bagunan itu sebagai studionya. Disitulah Artha menghabiskan waktunya menjalani aktifitas yang tidak bisa iya lakukan dirumahnya. Termasuk kebersamaannya bersama Valerie.

Dan di studio tersebut, banyak terlihat foto-foto mesrahnya bersama Valerie.

*****

Artha duduk di sebuah taman sambil menunggu Valerie. Tak lama nampak Valerie datang menghampiri Artha. Terlihat dia membawa 2 gelas kopi dan Valerie menyodorkan satu gelas kopi kepada Artha. "Nih" dibarengi senyum manisnya.

"Makasih sayang!" Kata Artha dan meraih kopi yang ada di tangan Valerie.

Valerie pun duduk disamping Artha. Mereka tampat tertawa gembira sambil menikmati kopi siang itu. Senyum bahagia nampak di wajah mereka berdua.

Setelah menghabiskan kopinya, meraka memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi taman. Artha mencoba mengandeng tangan Valerie. Tapi Valerie menepis tangan Artha.

"Kalau ada yang lihat gimana!" Keluh Valerie.

"Sekarang masih siang sayang, ngak ada orang di taman!" Jawab Artha.

"Walaupun sepi, pasti ada beberapa orang juga disini. Aku ngak mau mereka bilang kita aneh!"

"Aneh apanya! Kita ini pasangan kekasih loh!" Keluh Artha dan memperlihatkan bibir manyunnya.

"Kamu ingat ya tha, ngak ada yang boleh tahu hubungan kita sekarang. Aku belum siap itu terjadi." Kata Valerie dengan raut muka yang serius.

"Iya, aku ngerti. Tenang aja ngak bakalan ada yang tahu!" Kata Artha masih cemberut.

"Ihh, mukanya kok gitu sih. Dari awal kan kita udah sepakat buat merahasiakan hubungan kita!" Keluh Valerie sedikit manja.

"Iya aku udah tau, lagian apa yang salah dengan muka aku!" jawab Artha dan memberikan senyuman mautnya.

Valerie nampak terdiam melihat senyuman itu. Dan iya pun ikut tersenyum tipis.

"Kamu sabar ya, suatu hari nanti aku akan bilang pada dunia bahwa Artha Tjia hanya milik Valerie Lau." Kata Valerie berapi-api sembari membentangkan kedua tangannya dan menatap langit.

"Aku akan menunggu hari itu datang." Kata Artha sembari tersenyum.

Setelah lama ditaman, Valerie memutuskan untuk pulang. Karena Valerie harus ikut papanya nanti malam.

Setelah sampai dirumah, Valerie melihat jam yang ada ditanggannya. Sekarang waktu telah menunjukan pukul 03.15 sore.

"Ah masih lama, sebaiknya aku tidur sebentar deh." Valerie bicara sendiri.

Valerie berjalan menaiki satu persatu anak tangga yang ada dirumahnya. Setelah sampai di kamanya, Valerie meletakkan tasnya di atas meja belajarnya. Dan segera dia menghepaskan badannya ke atas kasur yang nampak begitu empuk.

Valerie memang nampak begitu kelelahan. Dia tampak tidur begitu nyenyaknya.

*****

"Valerie..Valerie....sayang apa kamu udah pulang?"

Terdegar teriakan seorang laki-laki paruh baya di rumah Valerie. Yang mana beliau adalah David Lau papanya Valerie. David Lau memiliki tubuh yang tinggi dan tampak gagah. Beliua berusia sekitar 43 tahun. David Lau menaikki anak tangga satu per satu. Dan sampailah di depan kamar Valerie. David Lau mengetuk pintu kamar Valerie. Tapi tidak ada tanggapan dari Valerie. David Lau pun membuka pintu kamar Valerie dan melihat anaknya tertidur pulas.

"Sayang, kamu kok tidur sih. Kita kan ada janji makan malam sekarang!" Keluh David Lau dan mendekati anaknya yang sedang tertidur.

Tapi sepertinya tidak ada respon oleh Valerie. Karena Valerie tidur begitu nyenyak.

"Sayang, hei kamu bangun ya!" Kata David sembari menepuk-nepuk halus pipi Valerie.

Valerie kaget dan membuka matanya pelan. "Hei pa, papa udah pulang?" Katanya sembari mengucek-ngucek kedua matanya.

"Papa baru saja pulang. Tapi kamu kok tidur sih. Kita kan ada janji makan malam hari ini."

"Iya pa, emang sekarang jam berapa sih?"

"Udah jam 5 sore sayang!"

Rasanya baru sebentar Valerie tidur, tapi sekarang waktu udah menunjukan pukul 5 sore saja.

"Ya ampun pa, sakarang masih jam 5, masih 2 jam lagi!" Keluh Valerie.

"Tapi kamu kan harus mandi dan dandan dulu. Ya udah cepat buruan bangun. Kita harus pergi lebih awal nanti kita bisa terjebak macet lagi."

"Iya pa."Jawab Valerie masih terlihat ngantuk."

"Oh ya, jangan lupa kamu harus dandan secantik mungkin."

"Iya" jawab Valerie singkat.

"Ya udah, papa juga mau siap-siap dulu." Kata papanya dan melangkah menuju keluar.

"Wait...wait pa, papa ngak berniat jodohin aku kan. Apa bisnis papa lagi bermasalah?" Teriak Valerie histeris yang membuat langkah papanya terhenti.

"Apa sih kamu. Bisnis papa baik-baik aja. Lagian bukan tipe papa buat jual anak hanya untuk bisnis. Jangan ngaco, sekarang cepat siap-siap." Kata David Lau dan meninggalkan Valerie.

Makan Malam

David Lau dan Valerie telah berada di sebuah restoran mewah. Mereka tapak rapi dengan pakaian masing-masing. David Lau memakai setelan jas lengkap dan Valerie memakai gaun bewarna cream yang indah.

Tak lama, datang seorang wanita paruh baya berusia sekitar 40 tahun dengan gaun merah yang indah. Beliau adalah Sinta seorang bisnis Women.

"Maaf saya sedikit telat, apa kalian udah lama menungggu..?" Tanya Sinta merasa sedikit tidak enak.

"Ngak...ngak.. kamu ngak telat kok, cuma kita aja yang datang kecepatan. Iya kan sayang!" Kata David sembari berdiri dari duduknya dan melirik kepada Valerie.

Valerie menatap bingung papanya. Sedangkan Sinta hanya tersenyum tipis.

"Oh ya, kenalin ini putri tunggal saya, namanya Valerie Lau dan Valerie ini tante Sinta teman bisnis papa."

Valerie berdiri dari duduknya dan menyodorkan tangannya untuk menyalami tante Sinta. Tante Sinta pun menjabat tangan Valerie.

"Hai tante, kenalin aku Valerie putri dari papa David."

"Hai Valerie, saya Sinta rakan bisnis papa kamu."

Dan mereka pun saling melepas jabatan tangan mereka. Dan David mempersilakan semuanya untuk duduk dan memilih makanan di buku menu restoran.

Makan malam tersebut nampak begitu hangat. Mereka nampa seperti satu keluarga kecil yang bahagia. Tidak terlihat sedikitpun rasa canggung diantara mereka.