Chereads / Big mistage / Chapter 13 - 13

Chapter 13 - 13

"Alinka"

"Dia_" samar Devan, menyaksikan Sean yang tampak sangat kacau selama beberapa hari belakangan,

"Kau,"

"Bukanka sudah kukatakan_"

"Berhenti mencari tau apapun lagi tentangnya" balas Sean enggan, seraya terus memijat kepalanya dengan intens,

"Alinka sepertinya memiliki seorang anak" potong Devan, melabuhkan kata yang sudah sejak lama ingin ia labuhkan namun selalu gagal sebab sikap Sean yang kian meletup kasar jika itu menyangkut Alinka.

"A-nak?" sepenggal kata itu, mengusik Sean.

Iapun berusaha menelisik dalam-dalam, berusaha menghubungkan dirinya dengan hal itu.

"Sebenarnya bocah kecil itu terdaftar atas nama Jona"

"Tapi_"

"Tapi?" potong Sean cepat

"Selama 6 tahun terakhir, bocah itu tinggal bersama Alinka"

"Alih-alih Jona"

"Jadi kufikir_"  samar Devan, menjelaskan

"Apa mungkin?"

"Ini_" tambah Devan seraya menyerahkan secarik foto berukuran sedang kepada Sean.

"Dia_" mata Sean membulat penuh, ketika menyaksikan potret seorang pria kecil dengan cengir polos yang berhasil menampilkan lesung pipitnya yang bertaut ciamik dengan kilatan mata keemasannya yang berbinar.

Sean langsung mengenalinya, dia pria kecil yang pernah ia temui sebelumnya.

"Pria kecil itu_"

"Apa mungkin?" batin Sean berusaha menerka-nerka,

"Bawa aku menemuinya"

Menjadi seorang ayah, bukanlah hal yang pernah Sean fikirkan. Ia baru saja menikah, dengan istri yang tiba-tiba meninggalkannya entah kenapa, membuatnya kian mustahil.

Namun saat ini, takdir seolah memiliki jalannya sendiri dan entah bagaimana Sean menyukai atau bahkan sangat mengharapkannya.

Sean tidak pernah secanggung ini, bila ingin bertememu dengan siapapun. Tapi kali ini berbeda, ada perasaan aneh yang bergejolak dalam dadanya. Ia pun harus bersusah payah turun dari mobil hitam pribadinya dan menunggu didepan sekolah.

"Apa mungkin,"

"Anak itu_" batin Sean terus menerka-nerka curiga

"Disana" terang Devan, seraya menunjuk seorang anak

"I know, kau tunggu disini"

Sean datang tepat waktu, ketika anak-anak mulai berhamburan keluar dari kelas. Bermain dengan riang, pada taman sekolah. 

Dan diantara gerombolan anak, tampak seorang pria kecil, dengan sepasang matanya yang tajam tampak khusyuk mengamati kejauhan, seorang diri dibalik kursi kayu.

"Tidak memiliki teman?" sapa Sean menghampiri,

Pria kecil itu terhentak, mendengar suara Sean yang menggelegar. Pria kecil itupun harus mendongak kuat-kuat untuk bisa menyaksikan wajah pria yang menyapanya.

"Kita pernah bertemu sebelumnya" tambah Sean bersemangat

Tetap abai, Bocah itu tidak menjawab

Merasa diabaikan, Sean duduk disamping bocah itu, lalu menyandarkan tubuhnya pada bangku taman seraya ikut menatap gerombolan anak yang khusyuk diamati oleh pria kecil sebelumya.

"Kita belum berkenalan,

"Namaku Sean, kau?"

"Tim"

"Timmy" balasnya, bersama seutas senyum tipis, enggan menimbulkan lesung dikedua pipinya.

Memperhatikan Tim, Sean berusaha mencari-cari hubungan diantara dirinya dan bocah itu. Dan ia memutuskan, senyum mereka tampak begitu akrab, dingin namun begitu manis, memukau.

Setelah hening beberapa saat, Sean kembali berujar "Kau belum menjawab pertanyaanku,"

"Mereka tidak mau bermain denganku,"

"Kenapa?"

Tim mengangkat bahu,

"Apa kau nakal?"

"Tidak mungkin_"

"Lalu?"

Timmy kecil, berpaling dan menatap Sean dalam,

"Mereka menganggapku aneh,"

"Aneh?"

"Aku bisa menggunakan kedua tanganku untuk menulis dan mereka menganggapnya aneh"

"Kau bisa menulis menggunakan kedua tangan?" telisik Sean, tidak percaya

Tim mengangguk ringan, namun penuh sungguh-sungguh,

Sean seketika menelan seteguk ludah, perasaannya tiba-tiba tidak karuan bersama nafas yang tersengal pelan "Ka-u Ambidextrous_"

Tim kecil berusaha mencerna kata itu, namun tetap tidak berhasil "Am-dextr_"

"Apa itu?"

"Itu adalah sebutan untuk orang-orang yang bisa menggunakan kedua tangannya sekaligus"

"Itu adalah hal yang hebat"

"Benarkah?"

"Yah, tentu saja"

"Aku juga sering melakukannya dan sangat menikmatinya"

"Wah, kau sama denganku"

Mendengar setiap kata dari bocah kecil dihadapannya, membuat Sean hanya bisa meringis tidak karuan. Bingung merangkai kata, menyaksikan setiap kesamaan yang ada diantara mereka.

"Ayahmu_"

"Lebih dari itu semua, mereka sering mengejekku karena tidak memiliki ayah" terang Timmy sendu lewat sorot yang murung.

Ucapan Tim, benar-benar menyayat perasaan Sean, tanpa berfikir lebih jauh, tanpa berniat melakukan tes apapun, Sean begitu yakin, Timmy adalah putranya, yang entah bagaimana coba Alinka sembunyikan darinya.

"Aku mengenal ayahmu"

Mendengar ucapan Sean, bersangsur-angsur Tim berubah ceria dan menatapnya begitu dalam,

"Paman mengenalnya?"

"Tentu"

"Paman tau kapan ayahku pulang?" tanya Timmy berbinar,

"Hemmm, kalau itu aku tidak yakin,"

"Tapi yang pasti, dia akan  segera kembali untuk menemuimu"

Seketika cahaya pada mata Tim padam, tergantikan oleh raut sedih dan jauh lebih muram dari sebelumnya.

"Ayolah, kau hanya perlu menunggu sebentar lagi dan ayahmu akan segera datang menemuimu"

"Benarkan paman?"

"Tentu saja,"

"Timmy_" Teriak seorang wanita, yang akan membawa Tim kembali kedalam kelas

"Dah paman" ujar Tim bersama langkah-langkahnya yang pendek, meninggalkan  Sean seorang diri dan berjingkrak menuju ruang kelas

***

Penasaran endingnya gimana?

Cerita lengkapnya bisa kalian lihat di WATTPAD yah, dengan nama pengguna ayu_tenry dan dengan judul yang sedikit berbeda, OHANA

TERIMAKASIH:)

DAN MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA

.