Chereads / Should I Marry Our CEO?? / Chapter 5 - Chapter -004-

Chapter 5 - Chapter -004-

Tap tap tap tap

Suara heels menggema di loby kantor perusahaan teknologi yang berada di kota Jakarta. Membuat beberapa karyawan yang berada di sana mengulaskan senyum kecil mereka sambil menyapa perempuan yang saat ini sedang berjalan menyusuri loby dengan seulas senyum kecil tercetak diwajahnya dan beberapa kali diirnya pun juga menganggukkan kepala membalas sapaan yang di berikan oleh beberapa karyawan kepada dirinya.

"Selamat pagi mba Zoya."

"Pagi Zoy."

"Wihh mba Zoya keliatan makin cantik aja!"

"Pagi Zoooyaa!"

Ya perempuan dengan sepatu heels yang berjalan di lobby dengan menerima sapaan dari para karyawan adalah Zoya.

Zoya yang mendengar dirinya selalu di sapa pu mengulaskan senyum kecil diwajahnya meski dirinya sudah berada di dalam lift sedang menunggu pintu lift itu tertutup.

Ting!

Saat pintu lift sudah tertutup, dengan cepat senyuman yang tadi terulas diwajah Zoya menghilang begitu saja entah kemana dan kini hanya meninggalkan ekspresi datar tercetak jelas diwajah perempuan berusia duapuluh delapan tahun ini.

"Hah, memaksakan tersenyum disaat suasana hati sedang tidak enak memang sulit sekali." Gumam Zoya sambil menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya pada dinding lift.

Ting!

Zoya yang mendengar denting pintu lift pun langsung kembali menegakan tubuhnya, apalagi saat dirinya melihat sosok Ken yang berjalan masuk kedalam lift membuat dirinya kini mengulaskan kembali senyuman kecil di wajahnya yang tadi luntur.

"Selamat pagi pak." Ucap Zoya sedikit menundukan kepalanya memberi salam pada Ken.

Ken yang mendengar perkataan Zoya pun menganggukan kepalanya pelan saat sudah berada di dalam lift bersama dengan Leo sekretarisnya.

Suasana hening terjadi sesaat di dalam lift dengan keadaan pintu lift yang masih terbuka.

Zoya yang merasa sedikit tidak enak dengan suasana hening yang terjadi pun memilih untuk membuka suaranya kembali.

"Ehm, maaf pak. Apa bapak ingin langsung menuju keruangan bapak atau ingin berhenti di lantai lain dulu? Biar saya yang akan tekankan tombolnya." Ucap Zoya mencoba untuk terlihat tetap tenang dan tidak gugup.

Sedangkan itu Ken dan Leo yang mendengar pertanyaan Zoya terdiam bingung di tempat mereka. Dan membuat Leo memilih untuk membuka suara terlebih dulu bertanya kepada perempuan itu.

"Zoya, bukan kah kau dari lantai atas ingin kelantai bawah? Maka dari itu kami tetap membiarkan pintu lift ini terbuka agar kau dapat keluar terlebih dulu." Ujar Leo yang membuat Zoya terdiam heran sesaat di tempatnya sebelum akhirnya membuka suara untuk membalas perkataan pria itu.

"Tidak pak, justru saya baru ingin pergi keruangan saya. Maka dari itu saya bertanya untuk menekankan tombol lift." Jawab Zoya membuat Ken dan Leo kembali terdiam di tempat.

Ken yang melihat Leo baru saja akan kembali membuka suara lagi pun langsung membuka suaranya telebih dulu memotong perkataan sekretarisnya itu untuk menjawab apa yang di tanyakan oleh Zoya tadi kepada dirinya.

"Saya akan pergi langsung ke ruangan saya. Tolong tekan tombol lantai ruangan saya." Ucap Ken yang di balas dengan anggukan kepala oleh Zoya dan langsung mengulurkan sebelah tangannya untuk menekan tombol lantai dimana ruangan Ken berada.

Sedangkan itu di belakang Zoya, dimana Ken dan Leo tengah berdiri bersebelahan, Ken langsung menggerakan sikunya untuk menyenggol lengan Leo sambil melayangkan tatapan tajam kepada sang sekretaris.

Leo yang merasa heran mengapa dirinya di berikan tatapan tajam oleh Ken pun terdiam heran. Karena dirinya merasa sama sekali tidak bersalah bertanya hal seperti itu pada Zoya.

Mengingat saat dirinya dan Ken tadi baru saja sampai di depan lift dengan keadaan pintu yang masih tertutup, lalu saat pintu lift sudah terbuka menampakan sosok Zoya yang tengah berdiri seorang diri didalam lift itu membuat dirinya berspekulasi jika Zoya baru saja turun dari lantai atas menuju lantai lobby ini.

Namun saat mendengar apa yang di katakan oleh Zoya dan melihat tatapan tajam yang di layangkan oleh Ken kepadanya, membuat Leo mengerti, mungkin tadi Zoya lupa untuk menekan tombol lift menuju lantainya dan sedangkan itu Ken berpura pura tidak tahu agar Zoya tidak merasa malu bukan?

"Ekhm.." Dengan pelan Leo berdeham saat sudah menyadari apa kesalahannya tadi dan kini memilih untuk tetap diam di tempatnya saat lift pun mulai berjalan naik.

Ting!

Suara dentingan pintu lift kembali terdengar dan tidak lama kemudian pintu lift pun terbuka tepat dilantai dimana ruangan Zoya dan para staff keuangan lainnya berada.

Zoya pun melangkahkan kakinya keluar dari dalam lift, lalu membalikan tubuhnya kearah Ken dan Leo, menundukan sedikit kepalanya untuk kembali memberikan salam kepada Ken.

"Kalau begitu saya pergi duluan Pak Ken dan Pak Leo. Selamat pagi." Ucap Zoya yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Ken dan Leo.

Saat pintu lift sudah tertutup kembali, Zoya langsung memekik kesal dalam hati sambil membentur-benturkan kepalanya pelan kedinding pintu lift.

"Aaaa! Malu banget aku ketangkep basah dari tadi belum pilih tombol lantai lift sampai dikira aku memang dari atas punya keperluan di loby. Ishh, dasar!" Gerutu Zoya memaki dirinya sendiri karena sangat merasa malu dengan kesalahan yang dirinya lakukan tadi.

Sudah begitu mengapa yang harus mengetahui kebodohan dirinya adalah CEO dan sang sekretarisnya lagi?? Membuat dirinya jadi semakin merasa malu jika harus bertemu dengan mereka berdua lagi nanti.

Zoya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri saat ini, mensugestikan dirinya jika Ken dan Leo pasti akan dengan segera melupakan hal memalukan yang sudah dirinya lakukan tadi. Dan kini dengan santainya Zoya melangkahkan kakinya berjalan masuk kedalam ruangan staff keuangan dengan seolah seolah baru saja tidak terjadi hal yang memalukan, meski sebenarnya di dalam lubuk hatinya paling dalam Zoya masih sangat menyayangkan apa yang sudah dirinya lakukan tadi.

Sedangkan itu ditempat Ken dan Leo saat ini yang sudah berjalan keluar dari dalam lift, Ken dengan cepat langsung mengulurkan sebelah tangannya untuk memukul tengkuk leher Leo, membuat sang sekretarisnya itu kini meringis karena tiba-tiba saja tengkuknya di pukul oleh Ken.

Buagh!

"Aish, ada apa pak? Kenapa tengkuk leher saya di pukul?" Tanya Leo sambil meringis mengusap tengkuk lehernya yang baru saja di pukul oleh Ken.

"Kau ini sama sekali tidak bisa membaca situasi tadi!" Jawab Ken dengan nada sinis dan ekspresi datar tercetak diwajahnya.

Leo yang merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Ken kepadanya pun balas membuka suara.

"Saya sama sekali tidak salah pak, lagi pula bapak juga pasti berpikiran yang sama bukan dengan saya jika Zoya pasti turun dari lantai atas untuk ada keperluan di lantai bawah. Maka dari itu tadi bapak juga memilih untuk diam ditempat saja." Ujar Leo yang mengundang Ken melayangkan tatapan tajam kepada dirinya.

"Tentu saja tidak. Karena saya sudah melihat sosok Zoya yang baru saja memasuki pintu lift pada saat kita baru memasuki pintu lobby." Sahut Ken yang merasa tidak terima jika dirinya disamakan memiliki pemikiran seperti sekretarisnya ini.

Leo yang mendengar jawaban panjang lebar dari Ken pun membuka bibirnya penuh drama, dirinya sama sekali tidak menduga jika ken akan membalas perkataannya dengan cukup panjang. Karena yang dirinya bayangkan adalah Ken hanya akan menjawab 'ya' atau 'tidak'. Tanpa di barengi dengan penjelasan yang begitu terperinci.

Ken yang melihat Leo hanya terdiam saja di tempatnya dengan bibir yang terbuka berdecak pelan.

"Sekarang kau siapkan semua dokumen yang perlu saya tandatangani. Karena setelah jam makan siang kita akan ada meeting penting!"

Leo yang mendengar perkataan Ken pun langsung kembali tersadar keduania dan merespon apa yang baru saja dikatakan oleh sang bos.

"Baik pak akan saya siapkan!"