Chereads / Introvert Girl Is My Boyfriend / Chapter 2 - Awal Sekolah

Chapter 2 - Awal Sekolah

Sinar matahari pagi membuat gadis yang tengah tertidur pulas itu terbangun, Laura Ratisha. Di pagi yang cerah itu, Laura akan masuk ke SMA sebagai peserta didik baru.

Laura bergegas menuju kamar mandi dan melakukan ritual mandinya, 20 menit berlalu Laura sudah selesai mandi dan menggunakan seragam MOS yang diberikan oleh pihak sekolah saat ia mendaftar kemarin.

"Pagi, mom." Sapa Laura saat ia menghampiri mommy nya yang berada di meja makan.

"Pagi sayang. Apakah kamu sudah siap untuk bersekolah hari ini?" Tanya Mommy Laura.

"Hm, aku berharap tidak akan buruk nanti disekolah." Sahut Laura Sambil memakan apel.

"Semoga hari ini menyenangkan dan kau banyak bertemu orang baru. Beradaptasi lah seperti di USA." Ujar Mommy Laura menatap putri semata wayangnya itu.

Hidup Laura pindah-pindah sejak kecil. Ia lahir di Belanda tapi pada umur 5 tahun ia pindah ke Indonesia, dan saat umur 10 tahun ia pindah lagi ke Amerika lalu kembali lagi ke Indonesia pada usia 15 tahun. Itu semua terjadi karena pekerjaan papa nya, banyak perusahaan yang harus papa nya kerjakan secara bersamaan. Tapi, di luar negeri Laura selalu di suruh untuk belajar bahasa Indonesia sesuai kemauan Mommy dan Papi nya.

******

Setelah bersarapan, Laura berangkat ke sekolah dengan diantar oleh supir.

"Nanti saya telpon 20 menit sebelum saya keluar ya pak, harus tepat waktu." Ujar Laura saat sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Oh baik, Non." Sahut supir Laura.

_____

Laura berjalan memasuki gerbang sekolah, banyak siswi-siswi dengan makeup menor nya seakan-akan mereka lupa bahwa ini disekolah.

Laura melihat ke kanan-kiri, tanpa sengaja ia menabrak tubuh seorang pria.

Bruk ... Karena tak melihat, Laura terhuyung kebelakang dan terjatuh.

"Eh, maaf-maaf. Gue gak sengaja, lagi buru-buru." Ujar pria itu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Laura berdiri.

"Gak usah, makasih." Ujar Laura berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan dari sang penabrak, lalu Laura pergi melanjutkan langkahnya.

"who is she?" Gumam pria berpakaian sekolah dan almamater biru Dongker yang melihat kepergian Laura.

______

Kini Laura sudah berada di sebuah ruangan, tempat khusus untuk peserta didik baru yang akan mengikuti kegiatan MOS. Banyak orang membuat Laura merasa tidak nyaman, bahkan di USA Laura tidak pernah bertatap muka dengan orang lain, ia lebih memilih untuk daring melalui seluler dan tetap dirumah.

"Hay! Kamu sendirian?" Tiba-tiba seorang pria duduk di samping Laura, Laura pun menatap pria asing yang berpakaian sama sepertinya. "Kenalin, Bima." Lanjut Bima memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

"Laura." Sahut Laura tanpa membalas uluran tangan Bima, tahu respon Laura Bima pun menurunkan tangannya kembali.

"Em, btw Lo dari sekolah mana?" Tanya Bima mencoba mencairkan suasana.

"USA." Sahut Laura singkat.

"USA? Are you serious? Wow, menakjubkan." Ucap Bima takjub.

Laura menolehkan kepalanya melihat kearah Bima. "Apa yang menakjubkan? Itu biasa saja." Ucap Laura datar.

"Laura, kenapa gak mau gabung sama yang lain?" Tanya Bima lagi.

"I don't like noise."

"Kenapa? Bukan kah di USA pasti lebih berisik dari ini?" Tanya Bima.

"Bisa tidak, diam. Jangan tanya apapun lagi. I don't like." Tekan Laura sambil menatap tajam kearah Bima. Seketika Bima pun terdiam dan mematung.

Tak lama para anggota osis memasuki ruangan dan memulai kegiatannya. Banyak riuh tepuk tangan dan suara-suara para siswa-siswi yang merespon ucapan para anggota osis, tapi tidak dengan Laura. Ia hanya diam menatap lurus tanpa mau membuka suara sedikitpun, entah apa yang Laura pikirkan saat itu.

"Untuk adik yang disebelah sana, kenapa diam saja? Apa kamu sakit?" Tegur seorang kakak osis yang tertuju pada Laura.

Tak ada responan dari Laura, Bima yang duduk disebelah nya langsung menyenggol lengan Laura.

"Apa lagi!" Ujar Laura pelan pada Bima.

"Hey, yang bertanya disini. Kenapa malah melihat ke sebelahnya?" Lagi dan lagi, Kaka pembina itu menegur Laura.

"Em, sorry." Ujar Laura singkat.

Kakak pembina itupun mendekati Laura dan bertanya. "Apa kamu sakit?"

Laura menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Oke, jangan diam saja ya." Ujar Kaka pembina dan berjalan menuju ke depan lagi.

"Makannya, jangan ngelamun aja. Mata kedepan tapi pikiran kemana-mana." Bisik Bima pada Laura.

____

Kegiatan MOS pun usai, kini Laura dan Bima pergi ke kantin. Sebentar Laura sangat risih jika Bima selalu mengikutinya kemanapun ia pergi, tapi mau dilarang bagaimana pun Bima pasti selalu ikut dengan Laura.

"Bisa gak sih, stop ngikutin gue!" Ujar Laura tegas.

"Gak. Aku bakal ngikutin kamu kemana pun selama di sekolah, kamu gak punya temen Laura. Pasti kamu akan merasa kesepian, jadi aku bakal jadi temen kamu sekarang." Sahut bima sambil tersenyum pada Laura. Laura jengah dengan Bima saat ini,.

"Eh, Lau. Kamu udah di USA pernah makan bakso gak?" Tanya Bima gabut dari pada diam aja.

"Konyol! Pertanyaan Lo itu sangat konyol, Bima! Harus gue jawab pertanyaan gak penting Lo itu?" Ucap Laura malas plus sinis.

Bima hanya menyengir kuda mendapatkan jawaban dari Laura. "Ya kalau gak ada kan aku bisa jualan bakso disana, siapa tahu laris kan." Ujar Bima.

Laura menatap bingung pada teman barunya itu. "Lo kekurangan uang sampai Lo harus jualan bakso disana?"

"Ya enggak sih, tapi kalau menghasilkan cuan kan lumayan." Sahut Bima menyengir kuda.

"Freak!" Cibir Laura pada Bima.

20 menit Laura dan Bima masih di kantin, tak lama para pria ber almamater masuk kedalam kantin. Salah satunya si pria yang menabrak Laura tadi, pandangan pria itu terfokus pada Laura yang tengah duduk sambil memainkan ponsel canggihnya.

Arkan Stevano, ketua osis sekaligus primadona sekolah itu menghampiri meja Laura. Sementara kedua temannya itu menatap bingung kearah Arkan.

"Ekhm .. gue boleh duduk disini?" Tanya Arkan dengan coolnya menatap kearah Laura.

Laura dan Bima mendongakkan wajahnya bersamaan. "Sorry, ini meja kita dan kita duluan yang datang. Soo, silakan cari meja lain." Ujar Laura santai.

"Tapi gue maunya duduk disini." Ujar Arkan dan langsung duduk di samping Laura.

Tanpa banyak bicara, Laura langsung berdiri dan pergi meninggalkan area kantin. Banyak wanita yang menyoraki kepergian Laura, padahal itu adalah kesempatan emas jika bisa satu meja dengan Arkan, pikir para gadis-gadis itu.

"Em, maaf ya kak. Saya duluan." Ujar Bima sopan dan langsung menyusul Laura yang entah kemana.

"Interesting!" Gumam Arkan.