Chereads / Reborn As Femme Fattale Daughter / Chapter 3 - Ingatan Yang Kacau

Chapter 3 - Ingatan Yang Kacau

Beberapa hari kemudian, kondisi Wang Bao Yu mulai membaik. Panasnya sudah turun dan dia sudah bisa turun dari tempat tidurnya.

Selama itu, wanita cantik yang rupanya ibu kandung Mu Bao Yu, merawatnya dengan telaten dan penuh kasih sayang. Bahkan para pelayan hanya sekadar membantunya.

Wang Bao Yu baru menyadari dia tidak memiliki pelayan pribadi seperti halnya yang menjadi kebiasaan para nona muda dari kalangan tertentu yang selalu memiliki setidaknya seorang pelayan pribadi. Ada beberapa pelayan yang melayaninya tetapi selalu berganti-ganti.

Pagi hari di musim gugur yang dingin, angin bertiup lebih kencang. Daun-daun merah kecoklatan perlahan luruh ke tanah tertiup angin. Memenuhi tanah dengan warna merah kecoklatan yang menciptakan harmoni sangat indah di taman paviliun yang dipenuhi dengan pepohonan dan bunga.

Wang Bao Yu, yang sepertinya harus mulai membiasakan diri dengan nama dan juga situasinya yang sekarang, berdiri di depan jendela kamarnya. Dia menatap ke arah halaman yang luas dengan hampa.

"Xiaojie, Anda harus mengenakan mantel. Udara terlalu dingin hari ini." Tegur seorang pelayan yang baru saja memasuki kamarnya dan membawakan sarapan untuknya.

Gadis yang sepertinya lebih tua satu atau dua tahun darinya itu mengambil mantel yang tergantung di sudut lemari dan membantu mengenakannya.

"Terima kasih. Siapa namamu?" Wang Bao Yu menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Xiaojie jangan bercanda! Anda membuat saya takut." Gadis pelayan itu mengerutkan kening.

"Sakit panas kemarin sepertinya membuat kepalaku sedikit bermasalah. Ada beberapa hal yang aku lupa namun ada beberapa hal yang bahkan tidak bisa kulupakan. Bahkan aku lupa tahun berapa sekarang ini." Bao Yu menatap keluar jendela, menerawang jauh.

Dia tidak sepenuhnya berbohong atau pun berpura-pura karena raga yang kini dimilikinya bukanlah raganya, termasuk ingatannya. Ada sebagian ingatan dari Mu Bao Yu yang sepertinya ikut terbawa dalam ingatannya. Namun, semua itu bercampur aduk dan buram semata.

"Ah, Xiaojie! Perlukah saya panggilkan tabib?" Gadis itu kini menatapnya dengan cemas.

Bao Yu menggeleng lemah. Dia tahu saat ini bukan tabib atau obat-obatan yang dia butuhkan. Tapi seseorang atau sesuatu yang bisa membuatnya memahami apa yang sebenarnya tengah dia alami.

Konsep kelahiran kembali memang sangat kental dengan kepercayaan masyarakat di sini tetapi pada dasarnya sangat jarang ada yang mengalaminya. Apalagi hidup dan seperti terlahir kembali dalam tubuh orang lain. Sesuatu yang sulit dijelaskan atau diterima oleh orang-orang disekelilingnya.

"Aku lupa sebagian hal tetapi ada juga yang aku ingat. Seperti namaku, aku masih mengingatnya dengan jelas, Mu Bao Yu. Usiaku 14 tahun, Ibu menamaiku Bao Yu karena dia berharap aku akan menjadi permata yang berharga di hati setiap orang yang mengenalku." Bao Yu berbicara dengan datar seperti tanpa ekspresi.

Tatapannya masih jauh menerawang, seperti tak bertepi. Separuh jiwanya masih belum menerima kondisinya saat ini, namun di sisi lain dia harus bisa berkompromi dengan situasi yang dihadapinya.

Mau tidak mau, sejak hari ini dia harus hidup sebagai Mu Bao Yu putri Lady Mu, tuan rumah Paviliun Lonceng Salju. Dia bukan lagi Wang Bao Yu putri Jenderal Wang. Dia harus bisa beradaptasi sebagai seorang nona muda dari kalangan tidak biasa dari sebuah wisma yang berada di pinggiran ibukota.

Sebuah identitas baru yang jauh berbeda dengan identitas lamanya. Sebagai nona muda dari manor seorang jenderal sekali pun itu hanya putri shu, tetap berbeda jauh dengan kehidupan nona muda sebuah wisma.

Paviliun Lonceng Salju bukanlah wisma sembarangan, bukan pula sekadar tempat menginap atau pun tempat hiburan. Setidaknya itu yang terngiang dalam ingatan Mu Bao Yu yang tersampaikan padanya.

"Jing! Namamu Jing bukan?" Akhirnya Bao Yu mengingat nama pelayan itu setelah cukup lama terhanyut dalam pikiran dan ingatan yang bak benang berkaitan di kepalanya. Satu demi satu kaitan benang itu harus diurainya agar dia bisa menjalani kelahirannya kembali ini dengan sepenuh hati.

"Ah syukurlah akhirnya Xiaojie ingat nama saya." Gadis pelayan itu tersenyum lega.

Dia segera menghidangkan bubur dan sup sarang burung untuk Bao Yu dan dengan telaten melayaninya. Bao Yu sambil menikmati sarapannya, dia mengawasi gerak-gerik Jing yang cekatan.

Sepertinya gadis itu sangat terlatih sebagai pelayan. Dia hampir melakukan pekerjaannya dengan sempurna. Tidak ada gerakan yang canggung atau gugup. Bahkan pelayar manor pun terkadang tidak setenang gadis itu.

"Jing setelah ini aku ingin berjalan-jalan berkeliling paviliun. Mungkin dengan begitu sakit kepalaku akan berkurang dan ingatanku akan pulih seperti sediakala." Bao Yu meletakkan sendoknya dan menyudahi sarapannya.

"Baiklah Xiaojie. Anda ingin ditemani atau sendirian saja?" Jing bertanya ragu-ragu.

"Bagaimana kebiasaanku sebelumnya?" Tanya Bao Yu serius.

"Xiaojie seorang yang penyendiri. Biasanya Anda akan berjalan-jalan di sekitar sini seorang diri. Berbeda jika hendak keluar dari paviliun sudah pasti Lady Mu akan meminta salah satu dari kami menjaga Anda." Terang Jing panjang lebar.

Bao Yu menganggukkan kepalanya mengerti. Dia bangkit dari kursi dan merapikan mantel tipis yang melapisi hanfunya. Jing dengan cekatan membantunya.

"Xiaojie, Anda tidak lupa jalan bukan?" Gadis itu kembali menatapnya dengan cemas.

"Semoga tidak Jing." Bao Yu tersenyum lemah dan keluar dari kamar diikuti Jing. Beberapa pelayan di depan kamarnya menyapanya dengan sopan.

"Xiaojie akan berjalan-jalan sebentar. Kalian selesaikan pekerjaan, dan siapkan makan siang untuknya begitu dia kembali!" Jing memberi perintah pada para pelayan.

Para pelayan itu mengangguk mengerti dan kembali bekerja sesuai tugas mereka masing-masing. Jing mengantarkan Bao Yu hingga pintu gerbang halamannya.

"Xiaojie, berhati-hatilah. Tubuh Anda belum pulih sepenuhnya, sebaiknya Anda berjalan-jalan di sekitar sini saja." Jing memperingatkannya sebelum menutup pintu gerbang kembali.

Wang Bao Yu mengangguk dan mulai menyusuri jalan setapak beralas batu-bata yang ditata dengan rapi. Bunga lavender memagari jalan setapak hingga sejauh Bao Yu memandang.

Kini dia berada di sebuah taman yang nampaknya merupakan taman dalam sebuah bangunan utama di paviliun luas itu.

Bao Yu melangkah perlahan-lahan mengikuti jalan setapak tanpa tujuan yang pasti. Dia memilih untuk menyusun potongan-potongan ingatan yang bertebaran di otaknya dengan menyusuri paviliun karena hampir semua potongan-potongan ingatan itu merupakan ingatan milik Mu Bao Yu.

Ingatannya sebagai Wang Bao Yu masih tertanam kuat dalam dirinya karena sekarang jiwanyalah yang bertahan untuk hidup dalam raga Mu Bao Yu. Sedangkan ingatan Mu Bao Yu masih seperti potongan-potongan bak teka-teki yang harus diselesaikannya satu persatu.

Bao Yu sadar betul hal pertama yang bisa dilakukannya saat ini adalah bertahan hidup sebagai Mu Bao Yu. Setelah itu berhasil, sedikit demi sedikit dia akan berusaha untuk mencari tahu tentang tragedi yang menimpa keluarganya.

"Bao Yu, sekarang kau adalah Mu Bao Yu. Putri kesayangan Lady Mu, pemilik Paviliun Lonceng Salju. Meskipun bukan seorang nona muda dari keluarga berpengaruh, tidak akan ada yang berani menyentuhmu begitu saja," bisiknya dalam hati meyakinkan dan menguatkan dirinya sendiri.

Dengan mantap Bao Yu kembali meneruskan langkahnya. Menyusuri satu persatu tempat di sekeliling halaman yang terekam dalam ingatannya. Dia yakin dengan cara seperti ini, susunan potongan ingatan Mu Bao Yu perlahan-lahan akan kembali utuh.