"Jika memang mendesak, biar aku saja yang akan .mengambil bagian tugas tersebut. Tenang saja," ungkapnya.
Dia telah mencoba merekrut lebih banyak pelayan, tetapi tidak mudah baginya untuk mencari pelayan pribadi untuk sang pangeran. Posisi itu untuk mempersyaratkan seorang wanita yang tak banyak bicara, sebab dia akan menonton dan mendengarkan kehidupan malam seorang bangsawan tersebut.
Selain itu, ada kemungkinan seorang pelayan juga dihasut oleh musuh pihak politik sang pangeran sehingga bisa saja masuk dengan cara dipekerjakan. Jadi, itulah yang membuat segalanya terasa sangat sulit saat ini.
Kate secara tiba-tiba kembali nyeletuk, "Mengapa kita tidak menempatkan Anne kembali pada pekerjaan semulanya sebagai pelayan kamar sang pangeran lagi?"
Albert yang mendengarkan hal itu lantas menggelengkan kepalanya karena pendapat sang kepala pelayan yang dianggap olehnya akan makin menambah runyam masalah. Pria itu membalas, "Pangeran tidak akan membiarkan seseorang yang sudah tidak dia sukai berada kembali disekitarnya. Jadi, jangan bicara omong kosong."
"Kalau begitu kita tidak punya opsi lain, maka aku yang akan terpaksa benar-benar harus ambil bagian itu," gumam sang kepala pelayan.
Kate hanya mendengar buah bibir yang sering dicicipi oleh para pelayan tentang majikannya. Namun, sebenarnya dia tidak terlalu ambil pusing, hanya saja dia tidak pernah tahu detail mengenai kehidupan rahasia sang pangeran sedangkan dia malah akan menyaksikan dan mendengarkan semuanya secara langsung. Dirinya lantas gugup dan berkata dengan bingung, "Apakah itu mungkin?"
Albert memicingkan pandangan pada kalimat yang diutarakan oleh pikiran kepala pelayan Kate. Pria itu berpikir bahwa Keluarga Baroness menjunjung tinggi adat istiadat, mereka juga orang-orang yang berbudi luhur. Tapi, menempatkan Kate di posisi itu tampaknya bukanlah sebuah pilihan yang tepat.
Ketika melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Albert, Kate hanya bisa menghela nafas. Dia berpikir bahwa dirinya mungkin harus menyaksikan aksi pergulatan dari sang pangeran di usianya yang sudah tua.
Pada saat dia melirik dengan enggan ke tangga tempat dimana Alice menghilang setelah pelayan itu panik dengan berlari. Di sana dirinya melihat pelayan lain yang bertubuh gemuk. Kate menatap dengan hati-hati, mencari sesuatu yang berbeda di antara para pelayan yang mungkin menunggu kabar baik.
"Yang Mulia tidak terlalu peduli dengan penampilan seorang pelayannya, bukan?" sahut Kate.
"Mengapa? Apakah kamu memiliki seorang kandidat yang cocok?" tanya Albert.
"Iya ada. Seorang gadis membawa surat rekomendasi dari Marquis Parveen beberapa bulan yang lalu dan sepertinya dia adalah pekerja yang baik dan tulus," jawab Kate dengan jelas.
Tidak seperti kesan buruk saat pertama kali, Pelayan yang satu itu tidak terpengaruh oleh ledekan dari para pelayan lain terhadapnya. Gadis itu tetap melakukan pekerjaannya sendiri dengan diam tanpa mengobrol sekalipun.
Kepala pelayan sangat menghargai kinerja Zophie dan berpikir ini kesempatan bagus untuknya. Daripada dirinya yang harus menjadi pelayan kamar pangeran atau pelayan lain yang mungkin akan kembali tergoda oleh gelora panas sang pangeran, Kate berpendapat bahwa sosok seperti Zophie pasti akan jauh lebih baik.
"Apakah dia seorang pelayan yang kredibel? Mereka tidak akan melakukan hal seperti itu jika mereka tidak dapat kita percayai?" tanya Albert memastikan segalanya sesuai.
Karena pelayan pengganti yang dipilih dengan cepat tetapi tidak tepat maka hal itu berakhir dalam satu insiden lainnya. Albert mengatakan bahwa semuanya tidak akan berguna.
Kate menjawab dengan cepat, melihat Albert bergumam tanpa tujuan, "Yah, kita tidak punya banyak waktu lagi, jadi aku akan membawanya masuk dan segera melatihnya untuk menjadi pelayan pengganti. Isla, bawa dan persiapkan Zophie sekarang juga."
Setelah memerintahkan pelayan yang menunggu di sampingnya, Kate menunggu kedatangan Zophie dengan tidak sabaran. Di satu sisi pilihan yang dibuatnya juga tidak menjamin, tapi waktu telah mendesak mereka dan hanya pelayan seperti Zophie yang bisa direkomendasikan olehnya. Sosok yang giat bekerja, tak peduli pada situasi dan keadaan dirinya tetap menunjukkan sikap profesional.
"Sapa dia. Ini tuan Albert, kepala pelayan pribadi Yang Mulia Lucius," perintah Kate.
Wajah Baron Albert langsung memerah saat Zophie menyapanya dengan kepala goyang seperti biasanya. Pria itu lantas menegur dirinya, "Kau sama sekali tidak memiliki pendidikan formal tentang etika yah."
Zophie sedikit kesal saat dipanggil dan dikritisi tentang sikapnya. Dia memberontak ketika seseorang meremehkannya seperti ini. Meskipun dia tidak diajari etika yang benar sejak dia masih muda, Zophie berusaha bersabar dan menyapanya lagi, seolah-olah mengingat kenangan lamanya sewaktu masih berada dalam kehidupan bangsawan karena dia tahu sedikit tentang itu.
Albert kembali berbicara, "Untunglah, aku pikir kau menguasai hal dasar-dasar. Kau hanya perlu melatihnya sedikit lagi dan banyak belajar untuk memperbaiki segalanya."
Kate yang sama sekali tidak ingin melihat kehidupan pribadi sang pangeran yang dianggapnya memalukan, kini merasa puas. Baron Albert mengangguk dengan enggan sembari berkata, "Meskipun penampilannya cukup mengganggu diriku, kita tidak punya banyak pilihan saat ini. Jadi, mari kita tempatkan saja dia pada pekerjaannya itu. Sebelum kita pergi untuk menyapa Yang Mulia, aku harus melakukan tinjauan singkat terlebih dahulu. Ayo pergi ke kantorku."
Kata-kata Baron Albert menyilaukan wajah Zophie. Pikirannya kembali terdengar, "Yang mulia? Tidak mungkin! Apakah itu artinya Pangeran Lucius Artorius? Apa yang sedang dibicarakan kepala pelayan ini?"
Ketika kepala pelayan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Zophie, menyuruhnya terus bergegas dan melangkah ke depan, Kate terus mendorong Zophie yang terlihat kaku untuk melangkah maju.
"Kau pasti terkejut mendengar kabar baik secara tiba-tiba. Hidupmu akan sangat nyaman jika kau menjadi pelayan khusus Yang Mulia tanpa membuat kesalahan," bisik Kate.
"Oh, tidak… aku, uh, sebentar," balas Zophie dengan begitu gugup.
Saat dia didorong ke dalam ruangan kepala pelayan di lantai pertama oleh Kate, Zophie entah bagaimana mencoba untuk mengatakan tidak. Tetapi dia sangat terkejut sehingga dia bahkan tidak bisa mengatakan hal yang tepat, seolah kemampuannya untuk berbicara tiba-tiba menjadi lumpuh.
Dia merasa begitu takut untuk bertemu pria itu. Sayang sekali keadaan yang ada tidak mendukung dirinya sama sekali.
Sang kepala pelayan berujar, "Ya, aku tahu apa yang kau maksud. Kau pasti sangat bahagia. Dirimu bahkan akan mendapat bayaran dua kali lebih banyak untuk melakukan pekerjaan mudah yang tidak sebanding dengan pembantu lainnya."
Kate memasuki kantor kepala pelayan dengan penuh kasih sayang menyentuh punggung Zophie yang masih mencoba mengatakan sesuatu dan tergagap, "Gajinya dua kali lebih banyak?"
Meskipun dia ingin mengatakan tidak, tetapi kata yang tepat itu tidak keluar, banyak kalimat yang terasa kusut di kepalanya. Tetapi ketika dia mendengar tentang persoalan gaji, dirinya langsung tersandung.
**To Be Continued**