Baron Albert merasa curiga atas kebodohan sikap yang wanita itu telah tunjukkan, pasalnya dirinya telah berulang kali memperingatkan Alice untuk berhati-hati agar hari sepertti ini tak pernah terjadi. "Jangan mengalihkan pandanganmu ke pangeran atau memiliki motif yang lain kepadanya. Jika tidak, kau akan berakhir sama seperti Anne, dirimu akan diturunkan menjadi seorang pelayan kebersihan atau mungkin bisa saja langsung diusir dari rumah kediaman ini."
Anne mengira dia tidak bisa kembali ke sisi pangeran karena pekerjaan Alice yang selalu bagus selama tiga bulan terakhir. Jadi, dia memutuskan untuk menyabotase pekerjaan pelayan tersebut.
"Oh, Anne. Dia terlihat sangat percaya diri hari ini. Setiap kali aku melihatnya, jantungku berdebar-debar dan seluruh tubuhku juga ikut bergetar."
Itulah rutinitas harian para pelayan dalam memberi penghormatan kepada pangeran, setiap kali mereka berkumpul. Alice sama-sama merasa gembira begitu dia bertemu Anne awalnya, mereka bahkan sering menggosipkan satu sama lain tentang malam-malam panas yang dialami pangeran.
Bahkan cerita sederhana tentang pangeran begitu sering Alice bagikan dengan Anne. Dan hal tersebut membuatnya begitu cemburu, dia berpikir bahwa jika Alice diusir maka dirinya mungkin akan mendapatkan kembali posisinya. Oleh karena itu Anne memutuskan untuk melanjutkan apa yang telah direncanakan olehnya.
"Alice, aku memiliki perasaan ini sudah cukup lama, bukankah menurutmu cara pangeran terlihat sedikit berbeda padamu? Aku pikir diriku salah, tetapi sepertinya hal itu benar," ungkap Anne.
Mata Alice melotot dengan ucapan Anne. Wanita ini bertanya, "Apa menurutmu dia punya perasaan padaku?"
Anne merapat denganya, menghapus jarak, lalu ia menjawab, "Dia memandangmu sesekali ketika kau lewat."
Tentu saja, itu tidak terjadi, tetapi Anne sedikit mendorong Alice dengan memberikan motivasi untuk melakukan sesuatu yang seharusnya wanita itu tidak lakukan. Mendengar hal tersebut Alice jadi terpengaruh olehnya. "Benarkah? Apakah hal tersebut merupakan ide yang baik?"
Anne hampir mendengus pada pikiran sederhana milik Alice. Dirinya berkata "Alice, kamu juga merasakan hal itu. Ya tentu saja itu ide yang luar biasa. Aku bahkan merasa sangat iri padamu sekarang."
Setelah benar-benar terpesona oleh kata-kata Anne, Alice bertanya meminta saran dengan penuh semangat apa yang bisa dia lakukan, "Tapi kenapa pangeran tidak memberitahuku dengan pasti? Diriku siap untuk dipeluk oleh lengan besarnya kapan saja."
Seolah menabur bumbu agar semakin panas, Alice bertutur, "Alice, kamu sendiri mendengarkan saat Joseph menyebut bahwa pangeran tidak pernah memilih seorang wanita. Dia selalu membiarkan wanita yang bergerak aktif mencari kesempatan. Konyol bagi seorang bangsawan untuk mengatakan hal-hal seperti itu kepada wanita terlebih dahulu, terutama jika wanita itu adalah seorang pelayan."
Alice yang mendengarkan hal itu hanya mengangguk keras ketika dia kembali mengingat apa yang dikatakan Joseph padanya. "Ya itu betul. Pasti sulit baginya untuk menunjukkan hal itu padaku."
Alice yang salah paham menafsirkan hal tersebut sesuka hatinya, pikirannya tampak bolak-balik dengan panik, meminta pendapat Anne tentang apa yang harus dilakukan.
Anne dengan santainya berkata, "Apa yang harus kau lakukan adalah menunjukkan niatmu terlebih dahulu. Ini kesempatan yang bagus. Lagi pula sudah lebih dari tiga bulan hubungan mereka berlangsung."
Terdiam sebentar ia lalu melanjutkan kalimatnya, "Lady Maya telah melayani Yang Mulia selama tiga bulan. Sudah waktunya bagi pangeran untuk mengusirnya sebelum dia mulai mencari kekasih pengganti. Soalnya lama durasi wanita diizinkan masuk dan keluar rumah ini biasanya hanya sekitar dua hingga empat bulan. Jadi ini waktu yang tepat untuk menunjukkan hatimu."
"Apa yang seharusnya diriku katakan? Aku cinta kamu? Aku adalah milikmu seutuhnya?" tanya Alice dengan bingung.
"Jangan seperti itu! Kau juga harus mempertimbangkan kehormatan Yang Mulia. Akan sangat lucu jika dia menerima seorang pembantu karena membuat pengakuan seperti itu. Kau lebih baik melepaskan pakaianmu di hadapannya, lalu secara perlahan lari ke arahnya. Akan lebih aneh jika dia menolak tubuh polosmu, maka pasti dia akan menerimanya karena itu tidak bisa dihindari," tutur Anne dengan tegas.
Tergerak oleh ucapan yang sama sekali tak masuk akal itu, Alice malah memeluk Anne dan berterima kasih padanya.
"Anne, terima kasih banyak. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan ini. Saat diriku menjadi kekasih Yang Mulia, aku akan memintanya untuk menaikan pangkatmu lagi," ujar Alice.
***
Anne menunjukkan sikap seolah-olah dia ikut senang, tetapi sebenarnya dia tengah menertawakan Alice yang memeluk dirinya dengan bahagia. Membalas singkat, "Jangan lupa lakukan itu. Janjilah padaku."
Mengingat percakapan yang terjadi beberapa hari lalu, Anne sekali lagi tersenyum. Dia beranggapan bahwa Alice pasti sangat bodoh sehingga dia melepas pakaiannya di depan pangeran tanpa ragu-ragu. Ini membuatnya merasa lebih baik dan dia pikir hal itu akan mengubah kehidupannya dari pelayan menjadi pasangan tidur pangeran. Namun kini Anne menyadari bahwa Zophie yang dicap sebagai si wajah jelek sedang menatapnya.
"Aduh, aku benar-benar harus mengusir pelayan sialan itu dari sini," gumamnya.
Sehari setelah Zophie masuk ke dalam kediaman, perang dingin antara keduanya dimulai ketika Zophie menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Anne. Saat Zophie bisa mengambil hati Maya, perlakuan kepala pelayan pada wanita itu juga telah berubah.
Anne mulai bersikap kejam dan mengantisipasi langkahnya, tidak mampu menahan amarahnya. Dia membalas dendam dengan mengerjai Zophie saat meninggalkan air kotor dari lantai atas ketika dia turun ke bawah, menyembunyikan makan malam milik Zophie, menumpahkan air di tempat tidur, meletakkan sepatunya di seprai baru yang telah Zophie ganti, dan seterusnya.
Namun, anehnya Zophie belum mengadukan dirinya walau Anne telah melakukan cukup banyak gangguan kecil dan intimidasi pada wanita itu. Zophie tidak selalu menjawab, tapi hanya mengangkat bahunya sejenak.
Saat dia telah mengganti pakaian basahnya, memesan makanannya dari dapur, dan hingga harus tidur di lantai saat menemukan tempat tidurnya basah, Anne semakin membenci Zophie dari hari ke hari. Setelah menjadi pelayan pangeran lagi hari ini, Anne bertekad untuk mengusir wanita itu dengan segala cara, membuat kepala pelayan menendangnya.
"Kate, bagaimana caramu mengatur seorang pelayan?" Suara amarah pangeran tidak hanya sebatas keluhan yang pedas. Dia tidak akan melepaskan pelayan itu dengan mudah.
"Apa yang harus aku lakukan jika tidak memiliki pembantu khusus untuk melayaniku hari ini? Mengapa kau belum mempekerjakan seorang pelayan pengganti sekarang juga, padahal diriku sudah menyuruhmu untuk cepat dan merekrut seorang pengganti," sebut pangeran.
Albert benar-benar tak habis pikir. Dirinya bingung dalam menunjuk pelayan yang akan mengambil alih tugas kamar tidur pangeran malam ini. Kate juga merasa bingung memilih pengganti yang sesuai dengan karakteristik standar pangeran.
**To Be Continued**