Chereads / Terjerat Cinta Lokasi / Chapter 4 - Kecewa

Chapter 4 - Kecewa

Melihat Siska dengan gerimis diwajahnya sebenarnya Ahmad iba untuk hal itu, tapi dia berusaha untuk menepis semuanya karena dia sadar siapa dirinya. Ahmad hanya tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri dengan terlalu berharap pada Siska dan Ahmad juga tidak ingin mengecewakan Siska dengan memberikan harapan palsu.

Sejak saat itu Ahmad menjarak dari Siska, disetiap kegiatan dia berusaha tidak memberikan kesempatan pada dirinya untuk berdekatan bahkan hanya sekedar bersapa dengan Siska. Sebisanya Ahmad akan selalu menghindar ketika Siska berusaha untuk mendekatinya.

"maaf Sis, aku tidak bisa menemanimu untuk ke bale desa karena aku lagi ada urusan lain." Tolak Ahamad saat Siska mendekat dan meminta bantuannya untuk mengantarkannya ke bale desa, dia pun langsung pergi meninggalkan Siska begitu saja.

Siska pun nampak kecewa karena usahanya untuk bisa dekat kembali dengan Ahmad sia-sia. Siska berdecak kesal.

"Ish...ngeselin banget sih, orang masih ngomong malah main pergi-pergi aja." rutuk Siska, ada luka yang tak berdarah dirasanya.

Mita pun datang menghampiri Siska yang nampak sedih karena dicuekin sama Ahmad.

"Sis ngapain kamu di sini sendirian, buruan kita sudah hampir ketinggalan kan kita mau ke bale desa." Ucap Mita sambil menilik muka Siska yang semakin kecut

"sebenarnya kamu kenapa sih Sis, pagi-pagi gini kok udah manyun gini?" Selidik Mita penasaran

Siska memeluk Mita, tiba-tiba saja matanya berembun.

"Mit, kenapa sih kak Ahmad akhir-akhir ini menghindar terus dariku, dan kamu tahu gak Mit, kok ada yang sakit di sini Mit." Ungkap Siska sambil menunjuk ke arah dadanya.

Mita pun memeluk balik Siska dan berusaha untuk menghiburnya, dan disaat itu pula Reina datang dengan mengangkat kedua matanya bertanya penuh isyarat pada Mita yang masih berpelukan dengan Siska. Reina pun berusaha untuk ikut menghibur dan mencairkan suasana pagi yang masih membeku dengan balutan embun.

"ehm...cie pagi-pagi gini ada yang peluk-peluk tapi gak ngajak gue, ajakin gue juga dong biar asyik." Ucap Reina sambil berhambur memeluk Siska dan juga Mita.

"ish...apaan sih kamu Rei, datang-datang bikin rusuh, pengap tahu." Teriak Siska berusaha melepaskan diri dari pelukannya Reina.

Seketika suasana pun menjadi lebih baik, Siska sudah kembali tersenyum, dan ketiganya bergegas pergi untuk menyusul yang lain ke bale desa untuk mengikuti pertemuan dengan warga.

*

Sedangkan Ahmad dia terpaksa berbohong pada Siska, dia ternyata lebih dulu berada di bale desa dengan menggunakan jalan yang berbeda. Siska pun kecewa saat dari kejauhan melihat sosok Ahmad yang sedang membuka acara.

"ish dasar tadi katanya gak bisa nganterin aku ke sini, lah nyatanya dia sudah ada di sini duluan, kenapa harus pake acara berbohong segala sih." Desis Siska dengan kesal

"Lagian loe Sis ngapain sih ngarepin pemuda kampung kaya Ahmad, sudahlah Sis kaya gak ada lelaki lain aja sih." Sinis Reina ikut kesal

Mita menyikut lengan Reina, sambil.mengerjapkan matanya. Reina pun membalasnya dengan mencebikan mulutnya.

"Udah ah mending kita segera bergabung dengan teman yang lainnya yuu." Ungkap Mita mencoba mengalihkan pembicaraan.

*

Selepas acara selsai Siska dan Ahmad berpapasan, ada perasaan tidak enak pada Ahmad karena telah berbohong pada Siska tadi pagi. Ahmad pun berniat untuk meminta maaf, lalu meminta izin pada Mita dan Reina untuk berbicara berdua dengan Siska.

"Sis maafin aku, aku hanya..." kata-kata Ahmad terpotong oleh Siska

"Sudahlah kak Ahmad gak usah minta maaf, yang pasti aku kecewa, aku pikir kak Ahamad bukan seorang pembohong tapi ternyata, ah sudahlah, aku tidak akan mengganggumu lagi! Ucap Siska dengan sedikit terbata karena menahan sesak didada.

Siska pun meninggalkan Ahmad

Ahmad terdiam, dia tidak tahu harus berbuat apa, apa dia harus mengejar Siska dan meminta maaf kembali, atau dia biarkan Siska pergi dan tidak usah meminta maaf.

Batin Ahmad sedikit terkoyak sebagai lelaki, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, dia tidak ingin melihat Siska kecewa padanya, dia tidak ingin Siska membencinya. Tapi di lain sisi dia bimbang merasa tak berarti.

"Ah sudahlah memangnya siapa aku ini, jika memang dia tidak mau lagi bertemu denganku bukankah itu yang aku mau? dia menjauh dan..." Ahmad terdiam

"dan kenyataannya aku tidak ingin kamu kecewa, tidak ingin kamu marah dan benci padaku Sis." Ahmad membatin.

Dalam langkah yang gonti dia pun berusaha menjejak untuk sampai ke rumahnya. sesampainya di rumah Ahmad langsung masuk ke kamarnya dan duduk di kursi pavoritnya sambil menghadap jendela kamarnya menyaksikan alam yang begitu cerah.

Ahmad iri melihatnya,

"kenapa hatiku tidak secerah siang ini?" Gumam Ahamad entah bertanya pada siapa.

Duduk termenung seperti itu memberikan kesempatan untuk memotar memorinya pada satu pekan kebelakang saat pertama kali dia menatap bus yang berhenti di jalan depan kantor desa, dan itulah rombongan mahasiswa dari Jakarta. Saat itu Ahamd begitu semangat sehingga dia berbicara pada dirinya sendiri.

"Mereka adalah sasaran empukku, sasaran buatku untuk menambah ilmu. Mereka pasti banyak ilmunya secara mereka kan mahasiswa." Gumam Ahamad sambil tersenyum sendiri menunggu perintah dari pak RW.

Pak RW pun datang, meminta Ahmad untuk menyambut para tamu.

"Nak Ahamd, itu para tamu dari kota sudah tiba, bapak minta tolong sama kamu untuk menjemput mereka dan bawa ke kantor desa yah." Ungkap pak RW sambil menepuk pundak Ahamad

Ahamad pun tersenyum,

"Baik pak, dengan senang hati." Jawabnya mantap.

Ahamd pun segera bergegas menuju jalan raya untuk menjalankan tugas pertamanya. Mukanya berseri, meskipun dia lelaki kampung tapi wajahnya tidak dipungkiri memang rupawan. Tubuhnya pun cukup tinggi dan tegap.

Karena tubuhnya yang tinggi itu sehingga tidak akan ada yang mengira kalau usianya masih 21 tahun, dengan tubuh tinggi dan kebiasaannya bekerja keras Ahamad nampak seperti lelaki dewasa yang berusia 25 tahunan.

Sesampainya di jalan Raya, Ahamad berdiri menunggu para penumpangnya untuk keluar dari mobil bus. Sambil menunggu semua mahasiswa turun, Filza mendatangai orang-orang yang turun dari mobil fortuner, dengan menyapa hangat kedatangan mereka.

"Assalamu'alaikum bapak dan Ibu, maaf apakah ini dari rombongan mahasiswa Jakarta yang akan mengadakan KKN di desa kami desa Selalu Damai?" Tanya Ahamad dengan ramah.

Seorang bapak-bapak paruh baya pun membalas senyum Ahamad,

"Wah kebetulan, iya dek kami adalah rombongan yang dimaksud, perkenalkan saya Pak Zuki sebagai salah satu pembimbing mereka," Ungkap Pak Juki sambil memperkenalkan diri.

Ahamad pun menyambut tangan pak Zuki,

"Oh iya pak, saya Ahamad, saya yang nantinya akan memandu kakak-kakak mahasiswa ini untuk keliling sekitar desa sini pak, dan saya juga siap untuk membantu jika dibutuhkan." Jawab Ahmad dengan sopan.

Pak Zuki tersenyum lebar,

"Wah-wah kamu pemandunya yah, senang bisa berkenalan dengan kamu." Ungkap Pak Zuki.

Kemudian pak Zuki memberikan komando pada mahasiswanya,

"Ayo anak-anak segera turun, kita sudah ditunggu oleh warga." Teriak pak Zuki.

"Bagitu tuh caranya kalau sama mahasiswa, karena mereka kalau gak digituin akan santai." Ungkap Pak Zuki pada Ahamad.

Benar saja setelah mendengar teriakan pak Zuki dalam hitungan detik mereka sudah pada turun. Kemudian pak Zuki dan pembimbing yang lainnya memberikan intruksi untuk mengambil barang bawaannya di bagasi bus.

Para mahasiswa pun langsung sibuk mengambil barang-barangnya masing-masing. Mahasiswa laki-laki hanya menenteng satu koper kecil dan tas punggung mereka, sementara mahasiswa permpuan, mereka menenteng satu koper besar, Ransel dipunggungnya dan juga tas besar yang disimpen di atas koper mereka.

Ahamad terheran-heran saat melihat barang bawaan mahasiswa perempuan itu, dia geleng-geleng kepala.

"Ampun deh, banyak banget barangnya, itu mau KKN apa mau pindahan ya." Gumam Ahamad pelan.

Ahamad tidak tahu kalu gumamannya barusan terdengan oleh pak Zuki,

"Maklum lah nak Ahamad, namanya juga perempuan, barang bawaannya tidak bisa sedikit, mau sebentar mau lama sama saja banyak." Ungkap Pak Zuki sambil terkekekh

Ahamad merasa tidak enak, dan dia pun langsung minta maaf,

"Maaf pak, saya tidak bermaksud apa-apa." Ungkap Ahamad dengan halus.

*

Semua mahasiswa dan pembimbing mengikuti Ahamad berjalan menuju Kantor desa, karena para tamu masih capek, maka pertemuan di kantor desa akan diadakan setelah dzuhur. Yang menemui pak Kepala desa dan juga RW setempat hanyalah pembimbingnya saja.

Sementara para mahasiswa sambil menunggu diantar ke rumah warga, mereka berslaman dengan warga yang sudah datang ikut menyambut kedatangan rombongan mereka.

Ahamad pun mengantar 6 orang pembimbing termasuk pak Zuki untuk menemui kepala desa,

"Baik pak, sesuai dengan apa yang disampaikan bapak tadi, mari saya antar bapak dan ibu untuk menemui kepala desa, dan untuk para mahasiswanya mungkin bisa menunnggu sambil berkenalan dengan warga yang ada." Ungkap Ahamad mempersilahkan rombongan pembimbing untuk berjalan di depannya.

Setelah mengantar para pembimbing Ahamad kembali pada rombongan mahasiswa yang sedang menunggu di taman sebelah kantor desa. Ahamad memberitahukan siapa-siapa saja yang akan ikut bersama warga untuk dintempatkan di kampungnya sesuai catatan dari pembimbing mereka.

"Baik kakak-kakak mohon maaf minta waktunya sebentar, nanti kelompok kak Riko sebanyak 15 orang yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang laki-laki bisa ikut dengan Ibu Zahro istrinya ketua RW di kampung Suka Damai. Kemudian kelompok kak Firman sebanyak 15 orang juga yang terdiri dari 8 orang perempuan dan 7 laki-laki, bisa ikut Ibu muna Istrinya ketua Rw di kampung Suka Senyum." Ungkap Filza menjelaskan sembari memperkenalkan bu Muna dan bu Zahro.

Belum selsai Ahamad berbicara, tiba-tiba ada mahasiswa perempuan bertanya.

"Lalu kelompok kami di mana kak?" Tanyanya dengan memanggil Ahamad dengan sebutan kakak.

Ahamad tidak menolak dipanggil kakak oleh mahasiswa itu, anggap saja benar supaya nantinya dia tidak diremehkan kalau ketahuan dia masih 19 tahun, pikirnya.

Ahamad pun menoleh ke arah mahasiswa perempuan itu,

"Baik kak, sisanya  yaitu kelompok kak Yogi bisa ikut dengan saya, nanti saya yang akan mengantarkan kakak-kakak semua ke rumah yang akan kakak-kakak tinggali selama tinggal di sini. Oh iya nama kampung yang akan ditinggali kakak-kakak adalah kampung Suka Bagja." Ungkap Ahamad menjelaskan sekaligus mempersilahkan untuk bubar dan menuju ke kampung yang sudah disebutkan pada masing-masing kelompok.

Setelah pembagian kelompok Ahamad pun menjalankan tugasnya, yaitu mengantar mahasiswa perempuan ke rumah kakaknya Bu Aisah warga di kampung Suka Bagja.

"Baik kakak-kakak mahasiswa perempuan bisa tinggal di rumah kakaknya Bu Aisah, rumah ini sudah kosong sejak lama, tapi jangan khawatir karena bu Aisah tetap merawatnya sehingga kakak-Kakak bisa langsung istirahat." Ungkap Ahamad dengan Ramah.

"kami di sebelah mana?" Tanya mahasiswa laki-laki.

"Untuk kakak-kakak yang laki-laki nanti tinggal di rumah pak Rw, tinggal sebenatar lagi, jarak dari sini paling cuma 1 km," Ungkap Filza menjelaskan.

"haah...1 km cuma?, itu jauh dong kak, kenapa gak deketan aja sih tinggalnya sama yang cewek, biar gak susah nanti kalau mau koordinasi." Ucap salah satu dari mereka.

Ahamad tersenyum,

"mohon maaf kakak-kakak, aku hanya mengantarkan ke tempat yang sudah ditugaskan padaku saja, soal yang kakak sebutkan barusan aku tidak tahu, mungkin bisa kakak bicarakan nanti sama pembimbing kakak-kakak." Jawab Ahamad dengan sopan.