Chereads / Become Immortal / Chapter 3 - BAB. 03 - AULA BUNGA PERSIK

Chapter 3 - BAB. 03 - AULA BUNGA PERSIK

Aula Bunga Persik.

"Hukuman macam apa yang mereka berikan ini? Aku hanya membakar setengah dari perpustakaan dan pak tua itu menyuruhku menyalin semua buku-buku tebal ini?!" batin Yu Zhouchen yang hanya terdiam sambil memandangi kuasnya ketika setumpuk buku berada di atas meja dan juga sekelilingnya sampai-sampai membuatnya nyaris tidak bisa bergerak.

Suasana semakin tegang karena di depannya sudah ada Fu Xingyun yang mengawasinya sejak tadi sekaligus memberikannya tatapan dingin seperti pemuda yang sedang mengawasi seseorang yang akan diberikan amnesti.

"Berhentilah menatapku! Aku ini bukan lukisan yang bisa dinikmati! Lagipula, jika aku berniat untuk kabur, harusnya sudah sejak tadi aku melakukannya." ucap Yu Zhouchen dengan asal sambil menggosok kuasnya di atas kertas buram.

Fu Xingyun masih menatapnya dengan dingin dan membuat suasana semakin menegang seperti di penjara bawah tanah. Padahal di luar ruangan ini ada begitu banyak pepohonan yang menambah kesejukan dan juga angin yang berhembus ringan. Tetapi, di dalam ruangan ini terasa sesak seperti tak ada ruang untuk bernafas. Beruntung saja tak ada satupun murid yang sedang berada di sana. Jika saja mereka berada di posisi Yu Zhouchen saat ini, mungkin mereka lebih memilih untuk tidak muncul lagi di hadapannya.

"Huh! Bosan!" batin Yu Zhouchen yang kembali menulisnya. Selama berjam-jam ia terus duduk di tempat yang sama dengan bakaran dupa yang selalu habis setiap satu jamnya. Sementara itu, Fu Xingyun terus memperhatikannya meskipun ia sedang membaca sebuah kertas yang terselip di balik sebuah buku.

Meskipun perhatiannya sedang teralihkan, tetap saja sorot matanya tetap tajam dan dingin. Rasanya tidak cocok dengan bola matanya yang berwarna coklat keemasan. Mungkin sebutan iblis berwajah manusia atau manusia berhati iblis sangat cocok untuknya. Haha! Mengapa Sekte ini mau mengangkat orang asing seperti dia untuk menjadi Guru besarnya? Apakah karena dia itu dingin dan tegas sehingga mereka berpikir kalau murid-muridnya juga akan tumbuh kuat dengan cepat? Dia bahkan belum memiliki seorangpun murid pribadi yang akan menggantikannya nanti.

Beberapa lilin dibakar di dalam aula setelah malam tiba. Angin dingin masuk dari sela-sela ruangan namun, tetap tidak bisa memadamkan lilin yang sedang menyala. Sudah melewati jam malam, Yu Zhouchen masih berhadapan dengan tumpukan buku yang ada di depannya lalu menyalinnya dengan penuh hati-hati.

"Aduh, mengantuk sekali. Harusnya aku sudah tidur sejak tadi." batin Yu Zhouchen yang langsung berhenti menulis karena perasaan ngantuknya yang tidak bisa dikondisikan. Ia bahkan nyaris menjatuhkan kepalanya berulang kali namun, ia tetap berusaha menahannya agar tetap tegak.

"Jangan tidur!" ucap Fu Xingyun yang langsung membangunkan Yu Zhouchen dengan tiba-tiba dan membuatnya terkejut. Kali ini, tatapannya mengarah pada Yu Zhouchen yang juga sedang menatapnya meskipun ia tidak yakin kalau ia belum tertidur.

Sedetik kemudian, terdengar suara dentuman cukup keras setelah kepala Yu Zhouchen benar-benar terjatuh di atas meja dan membuat tintanya berantakan ke seluruh meja. Fu Xingyun hanya bisa menatapnya dengan heran dan tak bisa berkata-kata. Ia meremas secarik kertas yang ada di tangannya dan mencoba berjalan mendekatinya.

Sekilas, ia memperhatikannya selama beberapa saat. Sebelumnya ia tidak pernah melihat Yu Zhouchen berada di dalam sektenya. Ia hanya pernah mendengar kalau setahun lalu, Qing Luyan menemukan anak ini kelaparan dan hampir diterkam oleh beberapa serigala liar. Dia kemudian membawanya ke kediaman para murid lalu meninggalkannya bersama dengan kakak seperguruannya. Tidak heran jika ia tidak pernah melihatnya di Sekte atau mungkin dia tidak begitu mempedulikan keberadaannya.

Tapi, apa yang membuat Qing Luyan menyelamatkan orang luar? Apakah karena dia berasal dari klan Yu yang sudah hancur sepuluh tahun lalu sehingga, ia bermaksud untuk membuat klan Yu bangkit kembali?

Fu Xingyun mencoba menyentuh kepala anak ini dengan perlahan. Lalu, saat ia baru saja menyentuhnya, muncul sesosok bayangan seorang wanita di ingatannya. Saat itu juga, ia pun segera melepasnya dan menatap Yu Zhouchen dengan serius.

"Apa itu tadi? Wanita dengan hanfu merah muda?" batin Fu Xingyun yang masih memikirkannya. Sebelumnya, ia tak pernah melihat siapa wanita yang ada di dalam ingatannya. Untuk sesaat ia merasa pusing dan langkahnya langsung bergerak menjauhi Yu Zhouchen yang masih tertidur.

Ia terdiam selama beberapa saat dan memperhatikan Yu Zhouchen dengan ekspresi seriusnya. Ia menggigit bibirnya karena kesal. Hanya dengan melihatnya, membuat sakit kepalanya semakin bertambah parah. "Mengapa tidak kau katakan saja dari mana asalmu? Apakah kau sengaja datang kemari untuk menghancurkan kami semua?" ucap Fu Xingyun sambil membuka sedikit sarung pedangnya.

Namun, ia tiba-tiba berhenti untuk sebuah alasan karena ia merasa tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya ia pun hanya bisa terdiam dan kemudian berjalan meninggalkan tempat tersebut.

Pagi harinya, Yu Zhouchen akhirnya terbangun saat matahari mulai menyoroti wajahnya. Awalnya ia tidak ingin beranjak dari posisinya saat ini. Namun, setelah ia mencium aroma tinta yang menyebar kemana-mana, ia langsung membuka matanya lebar-lebar dan ingat kalau saat ini ia sedang dihukum menyalin tumpukan buku.

"Bagaimana bisa aku menghancurkan pekerjaanku sendiri? Sia-sia aku menyalinnya kalau berakhir berantakan seperti ini." ucap Yu Zhouchen yang terlihat terkejut setelah seluruh tulisannya hancur berantakan karena tinta yang tumpah di atasnya. Bukan hanya kertasnya, sebagian wajahnya juga terlihat kotor saat tertidur.

"Rasanya aku ingin menyerah saja!" batin Yu Zhouchen yang terlihat putus asa. Ia kemudian mencoba menatap sekitar dan tak ada seorangpun yang berada di sana. Padahal ruangan ini sangat luas tetapi, para murid sangat jarang berkunjung kemari meskipun hanya untuk melintas di depannya saja.

"Seharusnya ini menjadi kesempatanku untuk kabur kan?" batin Yu Zhouchen yang langsung mengamati sekitar dan tetap saja tidak ada seorangpun yang akan berkunjung ke tempatnya.

Ia mencoba mengendap-endap di sisi ruangan sambil mengawasi keadaan sekitar. Lalu, saat ia hampir saja berhasil dan telah sampai di pintu keluar, langkahnya langsung menabrak sebuah dinding kokoh yang berjalan menghampirinya. Ia nyaris saja terjatuh dan langsung terdiam begitu ia mendapatkannya.

"Keras sekali! Rasanya aku seperti menabrak dinding es." gumam Yu Zhouchen sambil mengusap dahinya yang terbentur.

"Mencoba untuk melarikan diri padahal Guru besar menyuruhmu untuk tetap menyalinnya?" ucap seorang anak muda yang baru saja ditabrak olehnya.

Yu Zhouchen terkejut begitu ia mendengar suara ini. Ia langsung menatapnya dengan kedua matanya sendiri dan tampak jelas orang ini sedang menatapnya dengan dingin dan mengancam, mirip sekali dengan yang ditunjukkan oleh Fu Xingyun. Bola mata biru seperti ombak dan alis pedang yang selalu terlihat seperti seorang pemarah. Sebuah plat keluarga Qing menggantung pada sabuk pakaiannya.

Aaaa!

"Tidak! Tidak mungkin! Dia adalah Qing Zhen yang ramai dibicarakan itu?!"