Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Putri Salju & Si Oni Penari

🇮🇩14_kaitou
11
Completed
--
NOT RATINGS
10.6k
Views
Synopsis
Si Oni Penari dan Putri Salju bertemu di luar Periode Waktu dan Tempat. Mereka pun bersama-sama melindungi tempat yang mereka berdua pijak di masa lalu, dan masa kini.
VIEW MORE

Chapter 1 - PROLOG

Hembusan angin pagi menggoyangkan beberapa dedaunan pohon.

Apa yang terjadi berikutnya mengingatkan Anak itu pada cerita buku yang di miliki teman masa kecilnya.

Suara langkah kaki berbunyi di tengah Hutan Pinus,

DUKDUK.

Menunjukan sosok Anak laki-laki yang berjalan di balik pepohonan. Umurnya baru mencapai enam belas tahun bulan ini. Anak itu bertopeng Oni, berjalan melewati semak-semak. Menapaki jalan musim semi dengan earphone yang terpasang pada kedua telinga. Berambut hitam, sedikit panjang, walau agak melingkar. Dia melihat buku dengan kedua pupil matanya itu, biru terang, sebiru lautan di tengah hari. Dia memakai sweter jahitan putih, tanpa lengan. Berjalan sambil menutupi atas kepalanya dengan tudung sweter.

Anak itu memiliki kemampuan untuk memanggil Api. Tapi, api ini bukanlah api biasa. Api ini berada di atas piring putih raksasa, bergambar ikan pada tengahya. Wadah Api yang menyala bagaikan laut, biru terang dengan panasnya. Dan, yang satunya lagi, berwarna pekat seperti malam. Hitam yang menari-nari mengelilingi yang biru itu.

Namun sebelum paginya di mulai, ada sebuah kisah lain.

"Bukan Api miliku yang akan mencapaimu." Terengah-engah seorang Dewi menyeret tubuhnya. Dia berada dalam sebuah Kastil, di tengah ruangan gelap tanpa lampu. Tempat itu bagaikan taman bunga yang di cahayai benda-benda putih, seperti kunang-kunang. Menerangi sosok seorang Dewi berambut hitam, berkimono sama dengan warna rambutnya itu. Bercorak bunga di seluruh kain, berparas cantik seperti mawar merah yang di selimuti dengan pakaian serba hitam.

Sang Dewi melirik Pria di tengah kegelapan malam itu. Jarak mereka sekitar 50meter, dan dalam sekejap mata. Orang itu berdiri di atas tubuhnya, menginjak sisi kanan rusuk seperti tanah,

KRK! Rusuknya patah.

"Brahm-a—."Sang Dewi mengigil saat mengucapkan nama itu. Dia menoleh kepada Pria berkain putih, berwajah tampan, bertanduk dua. Pria itu menoleh ke bawah, "Sakuya." Dia membalas. Tanpa emosi pada ekpresinya, dia merasakan genggaman kain di bawah kaki yang, semakin melemah, dan melemah. "Putriku yang cantik. Otsuna-yo—." Dewi itu menggumam, lalu menarik napasnya secara perlahan. Setelah itu, dia pun mati, mengheningkan seluruh ruangan itu. Tergeletak di bawah lantai dengan kedua mata terbuka. Tapi dari balik pandangan itu, hanya kekosongan belaka. Bahkan saat seorang Pria lain memasuki ruangan, "Sakuya-sama!!" Teriaknya dengan wajah penuh keringat. Seketika dia terhenti. Kedua langkahnya seperti di hadang oleh pagar tak terlihat. Dia diam sambil melihat Pria itu, Brahma. Isi kepalanya membuatnya ragu, merinding ketakutan dengan aura dari pria di depannya. Dia yang berwibawa seorang Raja, memiliki sesuatu yang terang dan gelap. Akan tetapi, sebuah suara memecahkan apa-pun yang Pria itu rasakan.Seorang Anak perempuan berlari tergesah-gesah mengucapkan satu kata,

"Ibu."