Para pria yang mengenakan kaos hitam polos itu langsung melepaskan Greta dan tidak mengerumuninya lagi. Arjun mendekati Gre yang masih terduduk dilantai. Ia mengulurkan satu tangannya. Mencoba untuk membantu Gre berdiri.
"Ayo, berdiri." Suara baritonnya keluar. Mengajak Gre untuk berdiri dengan bantuan tangannya.
Sejenak Gre terdiam. Memerhatikan wajah Arjun yang terlihat sangat menyegarkan matanya Keduanya pun sempat saling tatap beberapa detik. Yang dipikiran Gre saat ini adalah ia tidak mengira bahwa seorang Arjun dilihat secara langsung bisa meneduhkan.
Gre langsung tersadar dari lamunannya ketika pria di depannya mengayunkan telapak tangannya tepat di hadapat wajah Gre. Gadis itu dengan cepat mengambil uluran tangan Arjun untuk berdiri.
"T-terimakasih, Pak. Maaf, aku sangat buru-buru jadi nggak sengaja nabrak bapak." Gre mengucapkan permintaan maafnya. Tentu saja itu hanya akting. Karena ia memang sengaja menabrak Arjun untuk mengetahui lebih jelas wajah targetnya ini.
Arjun mengangguk sambil tersenyum ramah ke arah Gre. "Nggak apa-apa."
"Saya duluan ya," imbuh Arjun kepada Gre dengan ramah. Senyumnya terlihat teduh. Mendadak hati Gre bergetar.
Langsung saja Gre mengangguk dengan cepat. "Baik, Pak. Silakan."
Pria yang mengenakan baju motif batik berwarna gelap itu kembali melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya diikuti oleh pria berkaos hitam.
***
"How was your day?" tanya Vinson melalui teleponnya. Pria itu selalu ingin tahu kabar dari Gre. Kalau pun tugasnya sudah selesai, ia ingin menyusul Gre ke Bali. Menemaninya dan menyediakan semua kebutuhan Gre.
Gre menekan tombol loudspeaker dan meletakkan ponsel genggamnya diatas nakas. Agar suara Vinson bisa terdengar meskipun ia sedang menyiapkan peralatan untuk menaklukkan Arjun.
"Not bad. Kamar gue sebelahan sama dia." Gre menjawab sekenanya. Ia masih sibuk memoles wajahnya dengan make up. Penampilannya malam ini harus bisa memikat hati Arjun.
"Bagus dong. Jadi, lo bisa terus mantau dia," kata Vinson.
"Ya. Tapi nggak mudah. Kamarnya dijaga dua orang cowok bersenjata. Dia kemana-mana dikawal. Lebay banget!" Gre mengatakan hal itu dengan wajah kesalnya. Kesal membayangkan calon presiden yang dijaga secara berlebihan.
"Wajar. Dia kan calon presiden. Banyak partai oposisi yang pasti nggak suka sama dia." Di seberang sana Vinson bersuara.
"Tapi sama aja lebay. Dia belum jadi presiden. Belum jadi apa-apa. Dia masih rakyat biasa," kata Gre. Menurutnya Arjun tidak pantas jika harus dikawal dengan cara seperti itu. Dimata Gre, setinggi apapun jabatannya tetaplah manusia biasa yang tidak perlu diagungkan.
"Kalau dikawal sampai segitunya, fix dia lemah! Itu berarti dia takut. Nggak mampu jaga dirinya sendiri!" Mata Gre menatap ke arah cermin dengan tatapan yang merendahkan. Sambil membayangkan Arjun. Pria yang barusan ia katakan lemah. Namun, tidak bisa dipungkiri juga ketampanan Arjun membuat hati Gre bergetar tidak karuan. Dari sekian banyak pria mapan dan tampan yang ia temui, baru ini Gre merasakan gejolak hati yang tak biasa. Yang belum pernah ia rasakan.
"Kenapa ya gue? Tiba-tiba kepikiran terus karena ketemu tadi di lorong hotel," ucap Gre dalam hatinya.
"Ah bodoamat. Greta! Ingat misi lo!" Gadis itu berusaha untuk mengalihkan pikirannya dan fokus pada rencana-rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa.
"Bagus dong. Kalau lo berpikir dia lemah, itu artinya lo pasti bisa taklukkan dia!" Vinson berkata. Berusaha menyemangati Gre.
"Sure!" Gre menjawab dengan percaya diri.
"Good luck, Gre. Walau gue nggak ada sama lo sekarang, tapi gue percaya lo bisa. Please hubungi gue kalau terjadi apapun." Vinson berpesan kepada Gre dengan serius. Nada suaranya terdengar sangat mencemaskan Gre.
Seperti biasa, Gre hanya menjawab dengan berdehem setiap kali Vinson menyemangatinya dengan kalimat yang hangat.
Tuttt! Suara sambungan telepon yang sengaja diputuskan oleh Gre.
Gadis itu mengenakan dress merah. Dengan rambut yang tergerai lurus, penampilannya sangat anggun malam ini. Ia membuka resleting yang berada didekat pinggang rampingnya, kemudian memasukkan sebuah pistol disana. Berjaga-jaga jika sesuatu buruk terjadi padanya.
Setelah direkrut menjadi anggota jaringan X, Gre sempat menjalani pelatihan militer selama bertahun-tahun. Belajar bela diri, menembak, mengelabui musuh, dan hal-hal yang biasa dilakukan pria. Ajaib, Gre menguasai semuanya. Shadow memberinya apresiasi besar sebagai satu-satunya perempuan di jaringan X. Jaringan gelap yang terkenal sangat kuat.
Jaringan ini berdiri bertahun-tahun dibawah pimpinan Shadow, si pria misterius yang selalu mengenakan topeng. Ia melakukan segalanya, kejahatan tersembunyi. Seorang mafia, gembong narkoba, tapi Shadow paling benci dengan pejabat yang mengkhianati negaranya.
Drrtt!
Ponsel rahasia Gre bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari mata-mata yang diutus Shadow untuk mencari informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh Arjun. Gre membuka pesan tersebut. Tanpa ekspresi, kakinya melangkah keluar kamar setelah selesai membaca pesan.
***
Grey Restaurant, Lantai 5.
Gre menaiki lift menuju lantai 5. Ada sebuah pertemuan disana. Pertemuan Arjun dengan salah satu kolega pentingnya. Namun, Gre dikabarkan jika Arjun hanya pergi seorang diri. Tidak dikawal oleh beberapa pengawal sebelumnya.
"Syukurlah. Aku jadi bisa leluasa untuk membuat perangkap untukmu," ujar Gre dalam hatinya sambil membayangkan wajah Arjun.
Tingg! Lift berbunyi, menandakan bahwa Gre telah sampai dilantai 5. Suasananya lengang. Lampu redup menambah suasana semakin senyap. Gre berjalan. Sangking lengangnya, suara high heels yang ia kenakan bisa terdengar.
Gre heran. "Restaurant bintang lima, tapi sepi. Kok bisa?" Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Bola matanya melihat ke setiap sudut ruangan mencari Arjun. Tapi, ia tidak melihat siapapun disini.
Tiba-tiba, alunan musik biola yang beradu dengan melodi piano berbunyi. Terdengar indah. Tubuh Gre sempat berputar, memeriksa dengan detail siapa saja yang ada disekitarnya. Sebab, lampu diruangan itu sangat redup, bahkan Gre tidak dapat melihat apapun. Hanya sinar merah yang tidak terang.
"Sial! Kayaknya dia salah kasih aku informasi!" ujar Gre dalam hatinya. Ia mengira jika mata-mata Shadow salah memberikannya informasi. Karna pada kenyataannya tidak ada Arjun disini. Bahkan tidak ada seorangpun.
Gre membalikkan badannya, ia berniat untuk kembali turun ke lantai dasar. Namun, suara langkah kaki dibelakangnya membuat ia berhenti berjalan. Greta terdiam. Ia bersiap-siap memegang resleting dipinggangnya untuk mengeluarkan pistol jika orang dibelakangnya menyerang.
Suara langkah kaki itu semakin mendekati Gre. Sementara itu, suara alunan musik yang indah tadi berhenti mendadak. Semakin menyisakan tanda tanya besar dibenak Gre. Wajah Gre panik. Napasnya memburu tidak karuan. Bulir air dingin membasahi tangannya.
"Will you marry me?" Terdengar suara berat pria. Sontak Gre langsung membalikkan badannya kebelakang. Ada seorang pria sedang berlutut dihadapannya sambil membuka kotak cincin dengan permata yang indah.
Greta terkejut, karena pria itu adalah Arjun.