Jam 11.00 malam, Travis berada di bandara tepatnya di kursi tunggu karena dia harus menunggu keberangkatan pesawat menuju New York sekitar 1 jam lagi. Pria itu terdiam jangan tertunduk dengan tatapan kosong karena yang ada di dalam pikirannya adalah masa-masa indah saat menjalin hubungan dengan Rachel. Dia tidak tahu apakah yang salah adalah dirinya sehingga tunangannya itu memilih untuk berselingkuh, atau memang tunangannya salah dan tidak pernah benar-benar mencintainya sehingga mau berselingkuh? Dia jadi merasa tidak sempurna, merasa bodoh dan belum pantas untuk dicintai, merasa harus banyak intropeksi diri sehingga bisa membuat pasangan nyaman dan tetap bertahan bersamanya.
Drett... drett ...
Travis merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang berdering. Dia melihat ada panggilan masuk dari Kimberly, kemudian menjawabnya.
"Hallo," ucapnya lemas.