Malam pergantian tahun atau yang biasa dikenal dengan sebutan malam tahun baru adalah malam yang identik dengan pesta kembang api. Ramainya bunyi kembang api yang dilepaskan ke langit, serta indahnya langit malam yang berhiaskan aneka bentuk kembang api menjadi jamuan indah yang dapat disaksikan.
Malam tahun baru tentunya adalah malam yang dinantikan oleh sebagian orang dengan berbagai tujuan. Contohnya adalah Acacia, mahasiswi dari Fakultas ekonomi dan bisnis, jurusan manajemen konsentrasi manajemen pemasaran. Acacia dan juga Bisma memilih merayakan tahun baru sekaligus ulang tahun sahabatnya, yaitu Karina. Mereka mengadakan pesta kecil-kecilan di sebuah cafe yang buka selama 24 jam.
Acacia bertemu dengan Bisma dan Karina sejak masa orientasi studi dan pengenalan kampus atau kegiatan awal bagi setiap peserta didik yang menempuh jenjang perguruan tinggi, yaitu ospek. Karena satu fakultas dan juga jurusan serta banyaknya tugas yang mereka kerjakan bersama, akhirnya mereka bertiga semakin dekat dan menjadi sahabat.
"Ngomong-ngomong ... aku enggak jadi putus dari Kenzo," ucap Acacia saat keheningan melanda setelah Karina meniup lilin dan memberikan sepotong kue kepadanya dan juga Bisma.
Spontan, pengakuan dari Acacia membuat raut wajah Bisma berubah datar serta tatapan matanya menjadi begitu sinis. Sedangkan Karina, wanita itu tanpa sadar menyugar rambutnya. Sampai-sampai rambut sebahu yang tadinya tertata rapih kini mulai teracak. Mereka berdua juga begitu yakin indra pendengarnya tidak rusak, karena dengan jelas menangkap maksud dari pembicaraan Acacia tadi.
Bisma menghela napasnya pelan dan menatap Acacia dengan sorot mata yang terpancar begitu lelah. "Gini, Ca. Kan kamu udah ngerasain momen mengerikan waktu lihat kebersamaan Kenzo sama Bella, jadi kenapa ngga putus aja? Kamu mau liat Kenzo selingkuh lagi?"
Acacia menilik raut wajah Bisma, senyumnya hilang digantikan rona serius saat mengetahui pendapat sahabatnya begitu di luar ekspektasi. "Kok gitu, sih?"
Mendengar ucapan Acacia, membuat dahinya gatal untuk mengerut sedemikian rupa. Bisma menunduk sembari menarik napas dalam-dalam, saat mendongak ia kembali meneliti wajah pucat gadis yang duduk kaku di depan mejanya. Meski sebenarnya Bisma ingin memaki Acacia yang seketika menjadi bodoh jika hal tersebut menyangkut tentang asmara, ia tetap tidak bisa melakukannya.
"Aca denger ... laki-laki kalau emang udah selingkuh, pasti brengsek. Intinya, jangan naruh kepercayaan lagi sama Kenzo. Kalian itu cuma tinggal putus. Gampang banget, 'kan? Jadi jangan mau dibodohi, Ca."
Jantung Acacia mendadak berdenyut nyeri, sembari memandangi Bisma dadanya terasa amat begitu sesak. Acacia tertunduk lesu, perkataan Bisma sudah berhasil mengusik ketenangannya. Matanya menatap kosong ke depan dengan kedua tangan yang terkepal di atas paha.
Acacia memejamkan matanya, napasnya terdengar berat di buru oleh memori yang tiba-tiba muncul dari serangkaian kata yang diucapkan Bisma. Tubuhnya mulai memanas ketika mengingat bahwa beberapa hari yang lalu kekasihnya berselingkuh dengan Bella, mahasiswi yang terkenal cantik di fakultasnya. Terlebih lagi, ia memergokinya dengan kedua mata kepalanya sendiri.
Acacia bergeming, sebenarnya ia sedikit menyesal memberikan Kenzo kesempatan kedua. Namun, semua kenangan yang telah mereka lakukan bersama serta awal pertemuan manis mereka yang membuat Acacia masih mau untuk bertahan.
"Terus gimana lagi, Bis? Aku udah terlanjur cinta banget sama Kenzo, emang salah kalau aku kasih kesempatan kedua? Menurut kalian aku pasti bodoh banget, 'kan?"
Hening, Karina maupun Bisma tak tahu harus berbicara apa. Mau dilihat dari sisi manapun juga, Acacia tetaplah salah. Kendati begitu, Karina dan Bisma tidak bisa diam saja mengetahui sahabatnya disakiti oleh laki-laki lain.
"Aca ... kamu ini udah gede, kamu bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Jadi saran aku, kamu pikirin lebih matang lagi keputusan kamu buat tetap bertahan sama Kenzo," ujar Karina sambil tersenyum tipis.
Acacia memanyunkan bibirnya seraya mengangguk pelan. "Iya sih, Kar ... kamu bener juga. Tapi aku bingung sumpah!" seru Acacia lalu menopang dagunya menggunakan satu tangan.
Sontak, Bisma memejamkan mata seraya memijat pelipisnya dengan gusar. Melihat Acacia kembali bingung atas permasalahannya asmaranya, membuat Bisma jadi jera sendiri. Bukan karena apa, hanya saja Bisma sangat menyayangkan sahabatnya ini jatuh cinta pada laki-laki yang kurang tepat.
Sebenarnya dari awal Bisma dan Karina menentang keras hubungan Acacia dengan Kenzo, tetapi Acacia adalah tipikal orang yang semakin di larang justru malah tertantang. Terlebih lagi, bagi Acacia Kenzo adalah cinta pertamanya. Oleh karena itu, Acacia susah sekali dinasehati.
"Aku dari awal udah wanti-wanti kamu, Ca. Kenzo itu anaknya enggak bener. Dia udah terkenal bad boy sejak SMA, bahkan pernah di skors karena ketahuan ngerokok sama tawuran. Terus ... Kenzo juga, aw!"
Bisma menjerit kesakitan karena Karina menginjak sepatunya dengan kuat. Mendesis perlahan, Bisma lalu melayangkan tatapan tajam pada Karina. Namun, Bisma justru merasa aneh oleh terpusatnya pandangan sang sahabat. Ia lalu mengikuti arah pandang ke depan, di mana ia bisa melihat Acacia menundukkan kepalanya.
Menelan ludahnya dengan kasar, Bisma jadi takut Acacia marah padanya. Saat Acacia mendongak, Bisma memegang pundak Karina sembari berdoa dalam hati agar Acacia tidak lepas kendali saat ini. Sejujurnya, Acacia ketika marah memang sedikit merepotkan.
"Ca?" panggil Bisma dengan hati-hati.
Acacia menoleh dramatis, ia menunjukan ekspresi seolah begitu tersakiti. "Tega kamu, Bis. Dari tadi mojokin aku terus, sampe aku ngga bisa jawab lagi!"
Tanpa disangka-sangka, Acacia melempar jaketnya hingga mengenai wajah Bisma, gadis itu lalu tertawa terbahak-bahak sebab bisa melihat Bisma menderita. Dalam diam, Bisma merapal makian dalam hati. Seharusnya ia sadar, bahwa Acacia memang sengaja mengerjainya.
Seusai tertawa, Acacia menatap Bisma dan Karina dengan tatapan teduh. "Thanks, emang cuma kalian berdua yang peduli sama aku. Aku benar-benar bersyukur sama Tuhan karena udah mempertemukanku dengan kalian."
Suasana menjadi haru karena perkataan Acacia, mereka bertiga lalu kembali mengobrol hingga membahas masalah yang tidak penting. Mendengar notifikasi pesan di ponselnya berbunyi, Acacia meminta ijin pada teman-temannya untuk membuka dan membaca pesan yang masuk.
Tangannya yang memegang ponsel gemetar, matanya seketika memanas. Ia menatap pesan di WhatsApp serta sebuah foto yang dikirim oleh nomer tidak dikenal dengan pupil mata yang berembun. Tubuh Acacia melemas menyadari bahwa kedua sosok di foto tersebut begitu ia kenal, dalam beberapa saat pun Acacia tak sanggup berbicara dan hanya menatapi ponsel dengan nanar.
"Kelab Malam Hera, di Jalan Flamboyan," gumam Acacia lirih saat membaca pesan di bawah foto.
Seisi hatinya terasa campur aduk, Acacia merasakan gejolak emosi yang sulit di definisikan. Antara rasa terkejut, kecewa, dan benci, semua melebur jadi satu. Sebuah foto yang menampilkan kemesraan Kenzo dengan wanita lain, berhasil mencabik perasaannya.
"Ini beneran kamu ... Ken?" tanya Acacia pelan dengan salah satu air mata yang jatuh membasahi pipi.