Aku hari ini ada janji dengan Evan, kita akan makan siang di restoran biasa yg kita sering kunjungi, Evan mengajakku makan siang sekaligus ada hal yg ingin ia bicarakan, sesampainya di Restoran kita memesan makan yg disukai Evan, Evan bilang aku harus makan makanan yg dia pesan.. Hmm sebenarnya aku kurang suka dengan cara dia yg seperti itu, tapi kan aku sayang sama dia, jadi aku harus nurutin semua perintah dia.
"Sayang ini aku ada hadiah buat kamu, tapi kamu harus tutup mata dulu"
"Hmm baiklah" Aku segera menutup mataku
"Oke sekarang buka matanya"
Aku membuka matanya, dan aku kaget yg dihadapan aku ada sebuah sendal hak berwarna hitam
"Ini hadiah buat aku Van?"
"Iya sayang,,kan kita udah 4 tahun setiap kita anniversary kan aku selalu kasih kamu hadiah"
"Makasi banyak ya Van aku suka hadiahnya"
(Evan mencium keningku)
"Sama sama sayang"
Evan selalu tau membahagiakan ku, aku sangat beruntung memiliki pacar yg baik seperti Evan
Setelah kami selesai makan kita bergegas untuk pulang..
"Van kamu antar aku kerumah papa ya soalnya tadi papa suruh aku kerumahnya dia."
"O iya sayang aku antar ketempat papa kamu ya, terus nanti pulang kamu telfon aku ya biar aku jemput pulang nya"
"Ah ga usah sayang aku bisa pulang sendiri"
"Ga boleh gitu nanti kamu digodain lagi sama cowok lain aku gamau"
"Iyaa nanti aku kabarin ya"
Sesampainya di rumah ayah, Evan berpamitan kepadaku
"Sayang aku pulang dulu ya, have fun disitu, ingat nanti kalo mau pulang call aku, aku jemput oke"
"Iya Van"
(Evan mencium keningku) setelah Evan pergi aku bergegas masuk kedalam rumah ayahku
Tok!! Tok!!
"Assalamualaikum yah"
"Waalaikumsalam " terdengar suara cewek yg menjawab salam ku dan membukakan pintu, dia adalah Cindy anak tiri papaku
"Eh ada Laura, anak kesayangan papa ups tapi sekarang aku sih yg jadi anak kesayangan papa" ledek Cindy
Iya aku sama Cindy dari kecil tidak pernah akur, kenapa aku diam saja ketika Cindy mengejek ku bukannya aku ga berani sama dia aku hanya tidak enak saja sama ayahku.
"Eh anak ayah sudah datang ayo sini masuk"
Aku bergegas masuk kedalam dan memeluk ayahku, aku selama ini berhubungan baik dengan ayahku meskipun dia sudah meninggalkan kami
"Tadi datang kesini diantar siapa?"
"Diantar Evan yah"
"Bukannya kalian tidak direstui ya sama mamanya Evan"
Tunggu kok Cindy tau ya kalau aku tidak direstui sama mamanya Evan.
"Kamu kok tau aku ga direstui"
"Kerena aku-"
Tiba-tiba ayah memanggil kita untuk makan bersama, dan aku belum tau apa jawaban Cindy
"Ayo anak anak papa kita makan bareng"
Aku duduk di samping adikku, adik tiri ku anak dari ayah dan Istri barunya itu, panggil saja Naura umurnya masih 7 tahun.
"Bagaimana keadaanmu dan Lauren apa kalian baik baik saja?" tanya ayag
"Alhamdulillah baik baik saja ko yah"
"Kuliah kamu gimana?"
"Alhamdulillah baik juga"
Lauren tidak bisa hadir saat ini karena ada kegiatan ekskul disekolah nya
"Ibumu kok masih ngejanda sih ga laku ya apa belum move-on dari papaku?" Cindy
Aku sontak kaget dan sakit hati mendengar pertanyaan Cindy
"Maksud kamu"
"Cindy kamu ini ngomong apa, gada sopan santunnya sama sekali" bentak ayah
"Eh denger ya cin ibuku fokus buat ngebesarin anak anaknya sendiri dan ngajarin sopan santun, lah kamu orangtua lengkap tapi omongannya kek orang yg gapernah di didik"
Aku segera bangkit dari kursi dan meninggalkan mereka.
"Ra tunggu ayah, maafin ayah ya gabisa ngedidik Cindy dengan baik"
"Gapapa ko yah aku tau ayah ga salah,hm yauda aku pulang dulu"
"Papa antar ya?"
"Gausa pa aku aku bisa pulang sendiri, mending ayah didik lagi tuh anakmu biar ga bikin orang sakit hati, aku pulang paa assalamualaikum "
"Waalaikumsalam, hati hati Ra"
Aku meninggalkan rumah ayahku, dan aku sengaja tidak menelfon Evan buat jemput aku, karena aku mau pergi ke suatu tempat, ya tempat yg aku sering kunjungi sendirian dalam keadaan senang maupun sedih tempat itu adalah Pantai Gwangalli, pantai itu sering aku kunjungi waktu aku masih kecil sekitar umur 8 tahunan, Rumaku ga jauh dengan pantai tersebut.. aku menangis dibibir pantai sambil melihat desiran ombak. Tiba tiba ada seorang pria yg menghampiri ku, pria yg tidak aku kenal, tinggi, wangi, gagah dan memakai kacamata hitam.
"Laut dan pantai tidak akan menghargai mereka yang terlalu gelisah, terlalu serakah, atau terlalu tidak sabar, apalagi wanita lemah yg menangis seperti mu"
Aku terdiam dan tidak menjawab omongan pria itu.
"Senja di pantai mengajarkan pada kita, bahwa kehidupan tak selalu berjalan dengan cemerlang dan bersinar." ucap pria itu
Tiba tiba pria itu meninggalkan ku.