Chereads / farm system to novel word / Chapter 229 - Bab 132

Chapter 229 - Bab 132

di dalam lingkaran api unggun, semua orang mulai menanyai tentang Aram, pria yg pingsan tadi sore.

karena setelah pertengkaran ku dengan phoena, phoena mulai memasak dengan wajah yg agak masam sambil terus melirik ku dengan kesal.

tiba tiba buku yg ada pada phoena memancarkan cahaya gelap ungu yg pekat, hal ini langsung membuat semua orang menjadi waspada.

dengan cepat saya muncul di belakang phoena sambil memeluknya, lalu mengeluarkan pedang Yamato untuk menyerap energi gelap tersebut.

di depan semua orang, terlihat energi gelap yg terpancar dari buku tersebut masuk ke dalam pedang ku dengan sangat cepat.

setelah beberapa saat, energi gelap itu akhirnya berhenti dan saya juga memasukan pedangku ke sarungnya.

saat semua berkahir buku itu juga jatuh ke tanah dan phoena mulai lemas di dalam pelukanku.

"oi oi, jangan pingsan sembarangan lagi, apa perlu aku cium lagi agar kamu bangun"

"aku tidak pingsan mmmm" kata phoena dengan lemah tapi tiba tiba aku langsung menciumnya.

hal ini membuat kaget semua orang, termasuk phoena.

lalu dengan cepat phoena langsung mendorong ku sambil berteriak dengan marah.

"kamu mencium ku tanpa ijin, kamu pria mesum, pria tercela" teriak phoena sambil menunjuk ku dengan marah

"ya ya setidaknya kamu masih bisa berteriak marah, berarti kamu baik baik saja" balasku dengan santai

"kamu kamu aaaggggrrr"

"tenang phoena, dia baru saja menyelamatkanmu, aku melihat pedangnya menyerap semua energi gelap yg terpancar dari buku itu" kata yuri sambil menenangkan phoena

"pedang apa yg kamu gunakan tadi" tanya bruckhardt dengan nada sombong

"Yamato, pedang yg mampu menyerap energi jahat dan negatif" jawabku dengan santai

"Nero bisakah..." saat Yuri hendak mengatakan sesuatu saya langsung memotong nya.

"aku tidak akan bergabung dengan kelompok mu, tapi aku akan mengikuti kelompok mu untuk bermain main sambil mengawasi wanita lemah ini agar tidak pingsan lagi, jika dia pingsan lagi aku akan langsung mencium nya" sambil menunjuk phoena yg sedang mengambil buku chain chronicle.

mendengar itu, phoena langsung menunjukan wajah kesal dengan berjalan dengan cepat ke arah ku dan bersiap untuk memukul ku.

tapi tiba tiba saya langsung menghilang dan muncul tidak jauh di belakang nya.

"OOO aku lupa mengatakan pada kalian, sebenarnya saya adalah penyihir yg fokus pada sihir ruang angkasa, ingin memukul ku bermimpi lah nona" kata ku dengan santai

"kamu, dasar pria bajingan, dasar pengecut, jika kamu berani jangan gunakan sihir mu" teriak phoena dengan marah

"maaf saya tidak memukul wanita lemah seperti mu, itu melanggar kode etik ku"

"aku bukan wanita lemah, jangan mmmmm" saat itu tiba tiba saya langsung muncul di depannya dan mencium nya dengan cepat sambil memeluk punggungnya.

"Nero kamu tidak bisa seperti itu" kata yuri dengan agak marah

"salah kan dia yg selalu berteriak" lalu saya langsung muncul di sebelah Yuri dengan memegang tangan nya yg hampir menghitam.

"biar aku hilangkan hal menjijikan ini dulu" lalu cahaya suci mulai memancar dari tanganku yg memegang tangan Yuri yg terkorosi oleh kekuatan gelap.

seketika energi gelap yg ada di tangannya mulai keluar dengan cepat dan Yuri mulai menunjukan wajah yg menahan rasa sakit.

"apa yg kamu lakukan pada kapten" teriak Cain

"tenang semuanya, dia sedang menyembuhkan ku" kata yuri dengan nada berat

setelah beberapa saat energi gelap tersebut akhirnya musnah dan Yuri mulai tersungkur ke tanah.

"terima kasih Nero" kata yuri dengan lemah

tapi saya hanya melambaikan tangan ku dan langsung menghilang di tempat dan muncul lagi tidak jauh dari sana.

saat itu saya tidur di tanah dengan santai sambil memandang bintang bintang di langit.

lalu saya mengeluarkan harmonika dan memainkan instrumen wild arms.

tiba tiba di atas langit saya melihat seperti ada sesuatu yg jatuh.

setelah memperhatikan lebih detail, ternyata itu adalah seorang wanita cantik dengan pakaian penyihir yg seksi dan dada yg montok sedang terjun bebas ke arah ku.

setelah semakin dekat dengan ku, suara teriakannya mulai terdengar di telinga semua orang.

"nerooooo Marie datang menemui muuuuuu"

"hedehhh" saat itu saya hanya bisa mengeluh

hal ini langsung membuat semua orang tersentak dan datang untuk mendekatiku.

saat itu Marie juga sudah hampir jatuh mengenai tubuh ku, tapi tiba tiba kecepatan jatuhnya mulai melambat dan jatuh dengan lembut di atas tubuh ku.

"yeeyyy Marie mendarat dengan tepat di tubuh Nero sayang ku" teriak Marie dengan gembira

"apa semua di sana sudah beres", tanya ku dengan santai

"tentu saja, berkat bantuan semua sister, he he he Marie merayu Bing er agar mengijinkan ku untuk bermain dengan mu dan dia mengijinkannya" kata Maria sambil memeluk ku dengan bahagia

"Nero siapa wanita ini" tanya Yuri yg baru datang dengan yg lainnya dengan wajah penasaran

"halo semuanya perkenalkan saya Mariella istri Nero ku tersayang" kata Marie dengan penuh semangat sambil melompat dari tubuh ku.

"jadi kamu sudah punya istri, dasar pria bajingan, kamu memang layak untuk di tampar" teriak phoena

"eeehh apa sayangku pernah di tampar oleh wanita lain, mana wanita sombong itu, berani beraninya menampar sayang ku" kata Marie dengan kesal

"apa kamu tidak marah dia merayu wanita lain" kata phoena dengan wajah heran

"kenapa harus marah, bukankah aku akan punya saudari lain untuk bermain bersama, sayangnya dia sudah menampar sayangku, jadi dia sudah tidak punya kesempatan lagi"

"kamu apa kamu tidak cemburu" kata phoena dengan tidak percaya

"kenapa harus cemburu, cinta sayang ku begitu besar, Bahkan Marie sendiri tidak cukup untuk menghabiskannya sendirian, jadi kenapa tidak di bagikan kepada wanita yg beruntung"

"kamu.."

"sudahlah jangan bising di malam hari, ayo kita istirahat, bukankah besok kita ada perjalanan" kataku yg masih tertidur di tanah dengan santai

"yeeyy tidur dengan sayang ku di alam terbuka, ini benar benar pengalaman baru" saat itu Marie langsung melompat ke pelukanku sambil memelukku dengan erat.

"kalian memang aagggg" kata phoena dengan kesal lalu berbalik pergi dan di ikuti dengan yg lainnya, saat itu Marina yg paling terakhir masih menatapku dengan mata rumit lalu mengikuti yg lainnya.