Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 89 - EP. 089 - Jarak

Chapter 89 - EP. 089 - Jarak

Kerajaan Tirtanu, Tahun 1343

Dari kemarin hingga hari ini, Ehren tidak menemui Alatariel sama sekali. Jam kerja telah usai. Alatariel segera bergegas untuk kembali ke istana Okaru. Siapa tahu, dia bisa bertemu Ehren di kamarnya. Jika tidak bertemu Ehren di kamar. Dia bisa bertemu Ehren lagi saat makan malam keluarga.

Alatariel segera membuka pintu kamarnya. Alangkah kagetnya dia melihat kamarnya yang masih kosong. Alatariel segera masuk ke kamar dan memeriksa semua lemari. Baju-baju Ehren masih tertata rapi di sini.

"Putra Mahkota Ehren masih belum ke sini?" tanya Alatariel pada salah satu pelayannya.

"Putra Mahkota Ehren baru saja keluar. Beliau sempat datang ke kamar ini sebelum Anda memasuki istana Okaru," jawab pelayan.

"Oh… Ok… ya sudah kalau begitu. Sebentar lagi jam makan malam dan aku bisa bertemu putra mahkota di sana," kata Alatariel.

Beberapa saat kemudian, Alatariel sudah berada di depan pintu besar ruang makan. Dia mengambil napas panjang. Dia tidak sabar untuk bertemu Ehren dan bercerita tentang semua hal yang terjadi dalam satu hari ini. Namun, Alatariel juga takut jika kenyataan tak sesuai harapan. Alatariel berusaha memantapkan hatinya lalu mengetuk pintu itu tiga kali. Seketika, pintu besar tebuka dan memperlihatkan ruang makan yang ramai.

Alatariel melangkah perlahan melewati beberapa meja kosong dan beberapa anggota kerajaan yang lain. Pandangannya lurus ke arah meja besar di depannya. Meja dan kursi di ujung depan masih kosong. Di sini, perasaan Alatariel mulai tidak enak. Namun dia berusaha mengabaikan perasaan itu dan segera duduk di meja besar itu. Meja besar itu hanya boleh ditempati Raja, ratu, putra mahkota, dan putri mahkota.

Duduk dan terus menunggu, itulah yang dilakukan Alatariel. Untungnya tak lama setelah itu, Putra Mahkota Ehren datang. Alatariel sangat bahagia dan bersyukur masih bisa bertemu Ehren. Tanpa sadar, Alatariel berdiri untuk menyambut dan menyapa Ehren.

Begitu mendekat, Alatariel langsung membuka kedua tangannya untuk memeluk Ehren dan cium pipi kanan kirinya. Sayangnya, Ehren segera menangkis kedua tangan Alatariel. Lalu, Ehren segera duduk di kursinya. Alatariel sudah pasti kaget melihat tingkah Ehren lalu kembali duduk.

"Anda ke mana saja kemarin? Saya sangat merindukan Anda dari kemarin," ucap Alatariel.

"Aku sibuk," jawab Ehren singkat.

"Benarkah? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" ucap Alatariel.

Ehren diam saja, mengabaikan pertanyaan Alatariel. Kemudian, Raja Cedric tiba. Ehren dan Alatariel segera berdiri untuk menyambut kedatangannya. Kemudian, ritual makan malam di mulai.

Alatariel melirik ke arah jam pasir di pojok ruangan. Entah mengapa suasana malam hari ini terasa terlalu tenang dan hening. Raja Cedric tidak berbicara sama sekali saat makan. Ehren juga tidak berbicara sama sekali saat makan. Alatariel melihat ke arah meja depan. Di sana, Paman Alvaro, Selir Adeline, dan keluarga lainnya juga tidak ada yang berbicara sama sekali.

"Ada apa ini? Kenapa semuanya saling diam seperti ini? Apakah mereka akan memberi kejutan untukku di akhir sesi makan malam? Atau ingin memberi kejutan di tengah malam nanti?" batin Alatariel.

Alatariel melirik ke arah jam pasir di pojok ruangan di sampingnya. Dia merasa waktu seakan berhenti dan sesi makan malam terasa sangat lama. Mungkin ini disebabkan karena semua orang di ruang itu hanya diam dan fokus dengan makanan mereka masing-masing. Alatariel berusaha tetap tenang dengan suasana itu dan fokus menghabiskan makanannya.

Ternyata, tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Alatariel hingga sesi makan malam usai. Raja Cedric juga langsung keluar ruangan begitu makanannya habis. Ehren juga menyusul keluar ruangan setelah Raja Cedric. Semua orang di ruang makan keluar satu per satu. Kini tinggal Alatariel sendirian di ruangan itu.

"Perasaan aneh apa ini? Kenapa semua orang menghindariku?" ucap Alatariel.

Akhirnya, Alatariel menjadi orang yang terakhir keluar dari ruang makan. Satu persatu lorong dilalui oleh Alatariel. Semua orang yang dia temui di sepanjang jalan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak ada yang menyadari keberadaan Alatariel seakan di transparan. Beberapa saat kemudian, dia tiba di kamarnya di istana Amayuni.

"Kosong! Sudah kuduga!" batin Alatariel.

Kali ini, Alatariel tidak ingin menunggu Ehren. Dia langsung berganti baju, mencuci muka, dan bersiap tidur. Setelah semua ritual malamnya usai, Alatariel memandangi bintang di luar jendela yang menunjukkan pukul 09.00. Sebelum tidur, dia sempat melihat ke arah gantungan jubah putra mahkota yang masih kosong.

Di tengah tidur, Alatariel tiba-tiba merasa bahwa selimutnya tertarik. Hal itu membuatnya terbangun. Alatariel membuka mata dan langsung melihat Ehren yang baru berbaring di depannya.

"Anda baru datang?" tanya Alatariel.

"Aku capek. Aku langsung tidur saja. Besok aku harus bangun pagi-pagi," jawab Ehren.

"Ada kegiatan apa besok?" tanya Alatariel.

"Kalau kau membaca semua laporan dengan benar, kau tahu jawabannya. Udah ya, aku tidur sekarang!" gumam Ehren.

"Ok. Selamat tidur!" kata Alatariel.

Alatariel memberikan kecupan lembut di kening Ehren. Kemudian, dia duduk dan membenarkan posisi selimut agar suaminya tidak kedinginan. Alatariel kembali berbaring dan memejamkan mata. Sayangnya, suara daun yang bergesekan dan suara jangkrik masih terdengar jelas di telinganya. Suara-suara itu membuat Alatariel tak bisa tidur.

Alatariel memutuskan untuk bangun dan berdiri. Dia membuka jendela dan menikmati suasana malam di luar jendela. Dia juga memandangi bintang-bintang di langit yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

"Jadi dia benar-benar melupakan ulang tahunku? Jadi semua orang benar-benar melupakan hari ulang tahunku?" batin Alatariel sambil memandangi langit malam.

"Tapi yang kemarin pagi itu siapa ya? Sepertinya aku belum pernah melihat perempuan itu? Apa dia selir baru? Lalu kenapa dia diam saja?" pikir Alatariel sambil menoleh ke arah Ehren yang sedang tidur nyenyak.

"Baru kali ini aku lihat Ehren sedekat itu dengan wanita selain aku, ibu suri, dan selir Adeline. Apa ini yang dimaksud orang sebagai puber kedua? Oh… Mikir apa sih aku? Belum tentu dia selir. Bisa jadi dia rekan kerja barunya. Oh ya, sebentar lagi ada pertemuan tujuh kerajaan. Apa dia sedang sibuk mempersiapkan itu?" batin Alatariel.

Keesokan harinya, Alatariel dan Ehren sibuk bekerja seperti biasanya. Mereka sibuk mempersiapkan pertemuan tujuh kerajaan yang menjadi acara besar rutinan 4 tahun sekali. Pertemuan ini bukan hanya pertemuan politik untuk menyelesaikan konflik. Pertemuan ini juga menjadi panggung promosi untuk memenangkan tender penjualan kapal-kapal perang buatan Tirtanu.

Kesibukan Alatariel dan Ehren baru selesai setelah beberapa bulan dari pertemuan tujuh kerajaan. Kini, Ehren punya kesempatan untuk menyapa Alatariel dan mengajaknya bercerita tentang banyak hal. Karena semua telah kembali seperti semula, Alatariel memilih untuk tidak mempermasalahkan kejadian di hari ulang tahunnya.

Kerajaan Tirtanu, Awal Tahun 1344

Alatariel membuka matanya, di sampingnya ada Ehren yang masih tertidur pulas. Kamarnya masih gelap karena semua lentera di matikan. Alatariel segera bangun dan membuka jendela. Ternyata, fajar sudah menyingsing. Alatariel membangunkan suaminya karena sebentar lagi matahari terbit.

"Sayang bangun! Sudah pagi," ucap Alatariel sambil mengguncangkan tubuh Ehren.

"Suamiku, bangun! Hari ini ada pertemuan pagi, kan?" lanjut Alatariel.

"Putra Mahkota Ehren Enzi Alsaki, ayo banguuun..! Sudah pagiii…!" panggil Alatariel tepat di telinga Ehren.

Alatariel sudah membangunkan Ehren berkali-kali tapi Ehren masih belum bangun. Dia juga sudah mengguncangkan badan Ehren dengan kencang tapi suaminya masih belum bangun. Akhirnya, dia bangun sendiri dan meninggalkan Ehren sendirian di kamar.

Beberapa jam kemudian, cahaya mentari masuk dari jendela yang dibuka Alatariel saat fajar tadi. Cahaya itu membangunkan Ehren dan membuatnya tersadar. Bagitu matanya terbuka, dia kaget dan langsung duduk. Ehren melihat ke arah jendela, ternyata hari sudah siang. Tiba-tiba Alatariel datang dengan pakaiannya yang rapi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Ehren.

"Jam delapan," jawab Alatariel singkat

"HAH! Kenapa kau tidak membangunkanku? Gara-gara kau, aku jadi telat!" teriak Ehren.

"Lha, kok jadi salah saya! Saya sudah membangunkan Anda berkali-kali tadi. Tapi Anda masih belum bangun," jawab Alatariel.

"Meskipun begitu, harusnya kau lakukan apapun untuk membangunkanku. Kau boleh menyiramku dengan air atau lakukan apapun agar aku terbangun. Aku ada pertemuan pagi, hari ini!" teriak Ehren.