Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349
Raja Ehren pergi ke kamarnya. Dia membuka lemari rahasia yang tersembunyi dibalik papan kayu. Surat Yudanta di simpan di dalam lemari rahasia itu. Raja segera mengambil surat itu. Ternyata, surat Yudanta juga terbuat dari kertas rasi bintang salju. Kertas yang sama dengan yang kertas baru ditemukan di danau Abbot.
Raja Ehren keluar dari kamarnya dengan pakaian warna kopi susu yang sederhana dan langsung berjalan menuju ke aula utama istana Amayuni. Dawn sudah menunggunya di sana. Mereka langsung bergegas keluar istana. Di luar pintu, dua kuda coklat menunggu mereka dengan gagahnya. Mereka langsung menaiki kuda tersebut dan pergi keluar istana.
Proses otopsi telah usai dan hari sudah sore. Kini jenazah Xavier sudah dijahit rapi dan dimasukkan ke dalam peti. Peti itu Jenderal Yoshi dan Raefal berdiri di samping peti Xavier. Datanglah seorang prajurit berseragam biru dongker ke ruangan tempat Jenderal Yoshi berdiri. Prajurit itu langsung memanggil Jenderal Yoshi dan memberikan salam padanya.
"Jenderal Yoshi, salute!" salam prajurit itu.
Jenderal Yoshi langsung menengok ke belakang seketika setelah mendengar panggilan itu. Ternyata itu adalah salah satu ketua tim yang memimpin pencarian Yudanta. Jenderal Yoshi segera membalas salamnya.
"Ada kabar apa?" tanya Jenderal Yoshi.
"Kami menemukan sebuah surat milik Yudanta. Ini dia suratnya", lapor prajurit itu.
Prajurit itu memberikan sebuah surat tanpa amplop yang dilipat rapi. Jenderal Yoshi segera membuka surat itu dan membaca isinya. Tiba-tiba raut wajah Jenderal berubah.
"Yudanta bunuh diri? Itu tidak mungkin. Ini sangat mustahil. Di mana kau menemukan ini?" tanya Jenderal Yoshi.
"Di danau Abbot", jawab prajurit itu.
"Baiklah. Sekarang hubungi tim penyelam dan minta mereka menyelam sore ini juga sebelum malam tiba. Minta juga tim lain untuk melakukan penyisiran di wilayah sekitar danau Abbot. Mulai dari area gazebo, istana, hingga area hutan. Fokus kita bukan hanya ke Yudanta, tapi juga ke barang atau jejak yang bisa menjadi petunjuk. Aku akan menyusul nanti", perintah Jenderal Yoshi sambil menyimpan kertas di sakunya.
Ketua tim langsung pergi setelah Jenderal Yoshi memberikan perintah. Dia langsung menemui tim penyelam di markas tim Akas. Dia juga berkoordinasi dengan kelompok yang lain untuk melakukan penyisiran di sekitar danau Abbot.
Jenderal Yoshi menitipkan jenazah Xavier pada Raefal di dalam ruang duka. Jenderal Yoshi segera pergi menemui Raja. Sebelum masuk ke istana Amayuni, beliau menyempatkan diri untuk menjenguk Dimas sebentar.
Sesampainya di dalam klinik, Jenderal Yoshi melihat Dimas tidur sendirian. Kasihan, Jenderal Yoshi menyelimuti Dimas. Ternyata Dimas malah terbangun.
"Jenderal!" panggil Dimas.
"Kau sendirian?" tanya Jenderal Yoshi.
"Bang Dawn pergi bersama Yang Mulia ke luar istana. Baru saja pergi", ucap Dimas.
"Sesore ini? Mau ke mana mereka? Padahal aku baru mau pergi menemui Yang Mulia", kata Jenderal Yoshi.
"Tidak apa-apa. Jenderal duduk dulu di sini sambil beristirahat. Sekaligus, ada yang ingin ku tanyakan", kata Dimas.
"Boleh. Silakan, mau tanya apa?" kata Jenderal Yoshi sambil duduk.
"Xavier sudah meninggal ya?" tanya Dimas.
Jenderal Yoshi terdiam. Beliau berpikir lama. Bagaimanapun juga, Dimas harus tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kamar itu mendadak sepi senyap.
"Diamnya anda sudah menjadi sebuah jawaban. Jadi, Xavier benar-benar sudah meninggal", ucap Dimas tiba-tiba.
"Ya, benar. Jenazah Xavier akan dimakamkan besok pagi. Kau mau menemuinya sekarang?" ajak Jenderal Yoshi.
"Ya", jawab Dimas singkat.
Kerajaan Gaharunu, Tahun 1349
Carl duduk di kursi panjang sambil memegang segelas minuman di dekat air mancur. Air mancur itu berada di tengah halaman rumput di atas bukit. Minuman itu dia teguk perlahan-lahan sambil menikmati pemandangan orang-orang yang bekerja yang ada di bawahnya. Carl duduk sambil mengangkat satu kaki ke atas paha kaki lainnya seperti orang yang duduk di warung makan.
Di bawah bukit, para pekerja berbaju lusuh dan bermandikan lumpur sedang sibuk mengangkat beberapa barang. Para pekerja sibuk memindahkan peti kayu dari gerobak ke suatu titik yang tak terlihat di sebelah kanan Carl. Dari atas bukit, para pekerja itu terlihat seperti semut yang jalan berbaris memanggul makanan. Penampilan mereka dan rasa sakit yang mereka rasakan bertolak belakang dengan Carl yang berpakaian bersih, rapi, dan hanya duduk mengawasi mereka dari atas.
Tiba-tiba terdengar suara daun dari belakang Carl. Carl langsung menoleh ke belakang, ternyata itu berasal dari Videsh. Di belakang Videsh ada sebuah kereta kuda. Melihat itu, Carl langsung berdiri. Videsh membukakan pintu kereta kuda itu dan seseorang keluar dari kereta kuda.
"Selamat datang, Yang Mulia! Selamat datang di Gaharunu!" sapa Carl.
Ternyata seseorang yang keluar dari kereta kuda tersebut adalah Raja Kepanu. Carl mengangguk dan menghampiri Raja Kepanu. Raja Kepanu terlihat lelah dan terganggu saat Carl mendekatinya.
"Anda tidak lelahkan, Yang Mulia?" sapa Carl.
"Tidak, tidak. Saya tidur di dalam kereta", jawab Raja Kepanu.
Carl tahu bahwa bahwa Raja Kepanu berbohong. Dia mempersilakan Raja Kepanu untuk duduk di kursi panjang dekat air mancur. Kemudian Carl duduk di kursi yang sama dengan Raja Kepanu dengan penuh percaya diri. Raja Kepanu tidak nyaman dengan sikap Carl sehingga dia bergeser sedikit menjauh dari Carl agar tidak terlalu mepet.
"Bagaimana? Kau puas dengan kinerja mereka?" tanya Raja Kepanu sambil memandangi pekerja di bawah bukit.
"Tentu saja. Semua yang gratis itu memuaskan", jawab Carl.
"Aku sudah memenuhi janjiku. Jadi sekarang, tolong penuhi janjimu!" kata Raja Kepanu.
"Janji yang mana, ya?" tanya Carl.
Raut Raja Kepanu berubah seketika. Dia kaget dan marah mendengar respon Carl. Dia terdiam. Hanya menatap tajam mata Carl. Keheningan mendadak muncul. Angin malam yang dingin membuat ketegangan semakin meningkat.
"Aku hanya bercanda. Anda tidak perlu semarah itu", kata Carl yang berusaha mencairkan ketegangan.
Carl adalah satu-satunya manusia yang berani berbicara informal kepada para raja dari 7 kerajaan. Entah hipnosis apa yang dilakukan Carl sehingga para raja tidak pernah marah pada Carl walaupun dia bersikap kurang ajar. Hanya Carl juga orang yang berani duduk sambil mengangkat satu kaki seperti orang yang makan di warung saat berbicara dengan raja.
"Kau tidak memanggilku jauh-jauh ke sini hanya untuk basa basi busuk seperti ini, kan?" sindir Raja Kepanu.
"Terima kasih sudah merawat aconit dengan sangat baik. Terima kasih juga sudah mengirimkan para budak untuk datang ke sini. Jadi, apa saja yang kau butuhkan?" ucap Carl.
"Sebentar lagi, musim dingin akan tiba. Laut biasanya membeku saat musim dingin. Jadi aku butuh 'jaket' dan 'igloo'. Kau tahu kan, apa yang ku maksud?" kata Raja Kepanu.
"Kau butuh pelindung?" tebak Carl.
"Betul sekali. Wilayahku diapit oleh dua kerajaan besar. Sulit untuk bernegosiasi dengan Eldamanu. Eldamanu masih menjadi teman musuhmu, kan? Mereka akan menutup semua jalur laut di sebelah barat. Sementara itu, Kerajaan Tirtanu juga sulit ditebak. Kadang jadi kawan, kadang jadi menyebalkan", curhat Raja Kepanu.
"Berapa banyak yang kau butuhkan?" tanya Carl.
"Bukalah terusan zeus tanpa sepengetahuan Tirtanu! Kami juga butuh emas, perak, dan temuan senjata terbarumu", kata Raja Kepanu.
"Ok. Bisa aku usahakan. Alvaro akan membukakan jalan untukmu. Untuk emas dan perak tidak gratis. Kau bisa memilih untuk mengembalikannya dalam jangka waktu setahun, dua tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun. Tapi aku tidak yakin bahwa kau masih bisa bertahan menjadi raja selama sepuluh tahun", kata Carl.
"Itulah mengapa aku bilang, kami butuh jaket dan igloo. Akan kukembalikan selama 5 tahun", ucap Raja Kepanu.
"Ok. Kalau begitu bunganya, 9 kali lipat. Akan meningkat menjadi 27 kali lipat jika kau terlambat membayar satu bulan saja", jawab Carl.
"Tidak apa-apa. Jika kau bisa membuka terusan zeus, aku bisa melunasi semuanya dalam waktu 2 tahun saja", ucap Raja Kepanu.
Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349
Raja Ehren dan Dawn tiba di Mahajana, tempat ratusan kapal terbaik di dunia dibuat. Hari sudah malam, namun suara gergaji kayu masih terdengar dari kejauhan. Dawn mengajak Raja Ehren untuk masuk lebih dalam, melewati beberapa gerbang dan pintu hingga sampailah mereka ke deretan kapal yang terapung di atas air laut. Mereka terus berjalan ke arah utara hingga menjauh dari deretan kapal dan memasuki deretan peti kayu raksasa.
"Ini deretan gudang stok makanan kita, kan?" tanya Raja Ehren.
"Benar. Ada yang perlu saya tunjukkan pada, Yang Mulia. Terkadang, apa yang terlihat itu tidak seperti kelihatannya", kata Dawn.