Chereads / Matahari Di Tengah Malam / Chapter 2 - Bab 2.Di antar Ke Panti Asuhan

Chapter 2 - Bab 2.Di antar Ke Panti Asuhan

"Tunggu abang ya dedek. Abang sekolah dulu, jangan menangis ya, " ucap Gilang lalu menyesap wajah bayi itu dalam, Pagi itu sebelum ia betangkat sekolah. Kemudian Gilang kembali berlari masuk kedalam mobil.

Jam delapan, Nyonya Bramastio berangkat ke toko perlengkapan bayi untuk membeli perlengkapan bayi tersebut. Baik pakaian maupun susu diperlengkapi oleh Nyonya Bramastio.

Hari ini, Nyonya Bramastio libur kerja. Nyonya Bramastio telah meminta izin kepada pimpinannya untuk tidak masuk kerja. Nyonya Brastio menceritakan kejadian di rumahnya pagi ini kepada atasannya itu, untuk memuluskan jalannya mendapatkan ijin tidak masuk kerja.

Setelah selesai, Nyonya Bramastio langsung ke sekolah Gilang untuk menjemput Gilang pulang dari sekolah. Kesempatan libur kali ini, dipergunakan Nyonya Bramastio untuk memberikan perhatian kepada Gilang, anaknya.

"Horeee, Mami yang jemput, " teriak Gilang kegirangan, tatkala mendapati yang menjemputnya adalah Maminya. Tidak seperti biasanya, Supir yang selalu mengantar jemputnya.

"Dedek bayiku mana Mi? " tanya Gilang antusias, setelah ia masuk ke dalam mobil.

"Tidur dirumah, " jawab Nyonya Bramastio.

"Cepat Mi, aku mau main dengan dedek bayi, " pinta Gilang kepada Nyonya Bramastio.

Nyonya Bramastio hanya bisa tersenyum melihat tingkah anaknya itu.

Setelah Nyonya Bramastio memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya, secepat kilat Gilang membuka pintu lalu melompat dari mobil, kemudian berlari masuk kadalam rumah.

"Hati -hati nak, " teriak Nyonya Bramastio yang terkejut dengan aksi Gilang tersebut.

Gilang tidak memperdulikan teriakan Maminya. Dia terus berlari hingga kedalam kamar tamu. Sejenak Gilang berhenti mendapati bayi tersebut sedang tertidur lelap.

Perlahan Gilang mendekati bayi itu hingga ke sisi tempat tidur. Dengan hati-hati Gilang menarik satu tangan bayi itu lalu menyesapnya dengan dalam, hingga beberapa saat.

Nyonya Bramastio memperhatikan aksi Gilang tersebut. Ada rasa tidak tega di dalam hatinya untuk menyerahkan bayi itu ke Panti asuhan, bila melihat kebahagiaan anak semata wayangnya, yang terpancar dengan nyata.

"Kita harus mengantarkan dedek bayi ini,ke Panti asuhan, " ucap Nyonya Bramastio kepada Gilang.

"Siapa Mi? Maminya ya? " tanya Gilang tidak mengerti dengan arti Panti asuhan.

"Iya, disana ada orangtuanya, tapi Gilang diperbolehkan ko' main kesana, asal sekolah Gilang rajin dan juga PR nya selesai, "tutur Nyonya Bramastio.

Pertanyaan Gilang ini menjadi ide cemerlang bagi Nyonya Bramastio. Yang tadinya, Nyonya Bramastio bingung mencari alasan kepada Gilang untuk menyerahkan bayi itu ke panti Asuhan.

"Jadi kita hanya pinjam ya Mi? "tanya Gilang lagi.

"Betul, jadi kita harus mengembalikannya, "jawab Nyonya Bramastio.

" Kalau gitu, kita pulangkan saja. Tapi bilangin sama maminya, kalau Gilang boleh main dengan dedek bayinya. Ya ,Mi? "ucap Gilang dengan wajah yang tampak memohon.

"Iya, nanti Mami bilangin, " ucap Nyonya Bramastio yang lalu mengangkat Bayi tersebut dari tempat tidur.

"Kalau gitu, kamu ganti baju gih, biar kita berangkat, " ucap Nyonya Bramastio.

Gilang pun langsung bergerak dengan cepat mengikuti Bibi Kotimah yang sudah menunggunya sedari tadi di kamar tamu tersebut.

Setelah semuanya beres, supirpun mengantarkan Nyonya Bramastio dan Gilang kepanti Asuhan untuk menyerahkan bayi tersebut kesana.

"Pak, kalau Gilang minta datang ke panti, Bapak antarkan ya, kapanpun dia mau, " pinta Nyonya Bramastio kepada supir yang mengantar jemput Gilang kesekolah.

"Baik Bu, " jawab sang supir.

Pihak Panti asuhan terkejut melihat kedatangan Nyonya Brastio kali ini, yang membawa dua serta anak-anak.

"Assalamualsikum Ibu..., " sapa Nyonya Bramastio kepada pemilik Panti Asuhan itu.

"Walaikumsalam.Tumben bawa anak Bu? "

"Maaf Bu. Saya kesini mau mengantarkan bayi ini. Tadi pagi, seseorang meletakkannya di depan pintu rumah kami, " tutur Nyonya Bramastio. Nyonya Bramastio dengan sengaja mengajak pimpinan panti,menjauh dari Gilang. Supaya anak itu tidak mendengar pembicaraan mereka. Nyonya Bramastiopun menceritakan kejadian tadi pagi dan mengutarakan niatnya yang akan menitipkan bayi itu di Panti Asuhan yang di pimpin oleh Ibu Zubaedah itu.

"Astaqhfirullahaladjim! " seru Ibu Panti.

"Kalau ini,anak saya Gilang. Katanya dia mau ikut ngantar bayi ini, "

"Ohhh, ini Gilang anak Ibu? Gantengnyaaa, " puji Ibu Panti melihat ketampanan pada wajah Gilang.

Akhirnya, Bayi tersebutpun di serahkan ke Panti asuhan oleh Nyonya Bramastio.Hal itu sudah hasil kesepakatan Nyonya Bramastio dan Tuan Bramastio, pagi tadi. Nyonya Bramastio memperlengkapi semua keperluan bayi tersebut.

Pada kenyataannya, keluarga Bramastio adalah penyumbang Donatur tetap di Panti asuhan itu. Nyonya Bramastio pun meminta Izin kepada pengurus Panti asuhan, supaya mengizinkan Gilang apabila datang menjenguk bayi itu kapanpun Gilang mau.

Dengan senang hati, pengurus Panti itu menyetujui permintaan Nyonya Bramastio.

Gilang menangis memberontak ketika Nyonya Bramastio mengajaknya pulang kerumah.

"Mami pulang saja, saya mau disini sama dedek bayi, " teriaknya terus menerus.

"Besok Gilang, boleh datang kemari lagi sepulang sekolah, Pak Mun akan mengantarkanmu kemari, " ucap Nyonya Bramastio berusaha membujuk Gilang.

"Gilang gak mau, pokonya Gilang mau sama dedek bayi," jawab Gilang kepada Maminya dengan tegas.

Nyonya Bramastio pun pusing melihat tingkah anaknya tersebut. Dia kehabisan akal untuk membujuk Gilang supaya bersedia meninggalkan tempat itu.

"Biarkan saya membujuknya sebentar Bu, " ucap kepala Panti.

Nyonya Bramastio pun bergerak kepinggir, memberi ruang kepada kepala Panti untuk membujuk Gilang.

"Begini saja, Ibu akan memperbolehkan Gilang bermain dengan dedek bayi sebentar lagi. Tapi setelah itu Gilang harus bersedia pulang kerumah,supaya Ibu mengijinkan Gilang bermain dengan dedek bayi besok, gimana? " tanya Kepala panti.

Gilang terdiam berusaha mencerna perkataan si Ibu tersebut.

"Kalau Gilang tidak mau pulang, besok Ibu tidak mengijinkan Gilang bermain dengan dedek bayi. Pilih mana? disini? tapi tidak boleh lagi datang kemari, atau pulang? tapi besok-besok Gilang boleh bermain dengan dedek bayi setiap hari, " ucap kepala Panti memberi pilihan.

"Pulang, tapi besok boleh ya Bu main dengan dedek bayi? " ucap Gilang dengan pasti.

Gilang memang mempunyai otak yang sangat cemerlang.Di umurnya yang ke tiga tahun, Gilang sudah pandai membaca dan menjumlahkan penjumlahan ringan.

Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya, akhirnya, Gilangpun bersedia naik kedalam mobil.

"Bu, Ibu betulan kan, akan memperbolehkan Gilang melihat dedek bayi ini besok?" tanya Gilang kepada Ibu pemilik Panti, ketika Nyonya Bramastio mengajak Gilang untuk pulang.

"Betul Nak Gilang. Asal, nsk Gilanh nurut sama maminya, " ucap Ibu Zubaedah.

"Janji ya bu? " ucap Gilang kembali ingin memastikan langkahnya untuk ke esokan harinya.

"Iya, janji, " ucap Kepala Panti sambil menjulurkan jari kelingkingnya kepada Gilang sebagai simbol janji telah di buat.

Dengan cepat, Gilang menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Ibu Zubaedah.

Setelah itu, tanpa di minta, Gilang langsung keluar dari ruangan itu, dan berjalan kearah parkiran mobil. Mereka pun meninggalkan Panti Asuhan itu, dengan aksi Gilang yang selalu menatap kebelakang, seakan tidak rela meninggalkan bayi itu, disana.