Jika pernikahan menyelesaikan semua masalah
Maka tidak boleh menjadikannya susah
***
Tiga bulan sebelum pernikahan Cleo Arabelle.
Kalimat "Kau harus menikah" terus terngiang di telinga Cleo, dia bergidik ngeri saat membayangkan orang tua dan keluarga besarnya memaksanya untuk menikah. Bagi pemegang konsep menikah sekali seumur hidup ini, dia sangat hati-hati dalam memilih pasangan. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur hanya karena beda prinsip. Dua contoh dari pernikahan Kakak sulung dan adik bungsunya, semua karam karena keegoisan masing-masing.
Orang tuanya juga sama, dari lima bersaudara ayahnya sudah menikah tiga kali, Kakak laki-laki dan perempuan yang tertua adalah anak dari isteri pertama ayahnya, lalu bercerai. Dia anak nomor tiga dari istri kedua sang Ayah. Ibunya meninggal saat dirinya berumur sepuluh tahun. Kemudian ayahnya kembali menikah, dan ternyata wanita itu adalah wanita simpanannya yang sudah memiliki anak laki-laki berumur lima tahun, setahun setelah pernikahan resminya dia kembali memiliki adik perempuan.
Cleo menjadi satu-satunya dikeluarga ini yang belum menikah. Sang Ayah khawatir tentang putrinya ini. Ibu sambungnya tidak begitu memedulikan karena merasa Cleo bukan merupakan bagian dari tanggung jawabnya, dan juga dia tidak terlalu suka dengan Cleo yang tahu dengan akal liciknya untuk menguasai semua harta ayahnya.
Tahun ini usianya memasuki tiga puluh lima tahun, bukan usia muda untuk seorang wanita yang masih belum memiliki keluarga, kekhawatiran ayahnya bukan hal tidak mendasar, dia hanya tidak ingin anaknya dicemooh oleh saudaranya yang lain. Dia juga memiliki penyesalan yang mendalam terhadap Ibunya Cleo.
"Kau harus menikah bagiamanapun caranya." Ayahnya berkata dengan penuh penekanan, dia sangat paham bahwa anaknya ini akan bergerak jika dia terus mendapatkan tekanan.
"Waktumu hanya tinggal tiga bulan, jika kau tidak menikah dalam waktu itu, keluar dari keluarga ini dan kau tidak akan mendapatkan sepeserpun dari semuanya." Ayahnya berkata dengan tegas.
Geram sekali kalau ingat ucapan laki-laki yang dipanggilnya dengan sebutan ayah ini. Bahkan dia tidak diperbolehkan lagi mengelola restoran dan juga bisnis lainnya dengan alasan dana yang dia peroleh dari bisnis itu adalah dana dari ayahnya. Sangat tidak masuk akal memang, tapi ucapan laki-laki ini tak terbantahkan, titahnya adalah absolut.
Dari kelima anaknya, Tuan Fernando Garza sebenarnya sangat sayang pada Cleo, walaupun dia mendidiknya dengan cara yang keras, dia percaya bahwa Cleo satu-satunya anak yang bisa dia andalkan kalau nantinya dia sudah tidak bisa melakukan apapun lagi atau bahkan sudah tidak ada. Dia juga tahu bahwa Cleo tidak suka dengan istrinya sekarang dan dia ternyata sudah mendapatkan fakta tentang keburukan sang istri, oleh sebab itulah dia harus membuat Cleo tahan banting sejak sekarang.
Cleo Arabelle, sangat kesal sekali setelah Tuan Fernando Garza memanggilnya dua minggu yang lalu, dia bahkan tidak habis pikir dengan ucapan ayahnya itu. Baginya mustahil mendapatkan pasangan sempurna dalam waktu sempit.
"Hei Arabelle, akhir-akhir ini aku melihatmu dengan mood yang tidak bersahabat. Ada masalah?" Tanya Vonnie, manager sekaligus sahabat Cleo saat wanita itu memandang kosong ke etalase tempat display kuenya dalam toko kuenya.
Cleo tidak menjawab dia hanya memajukan bibirnya sambil mengangguk tanpa melihat orang yang menegurnya, tapi dia tahu bahwa pemberi pertanyaan barusan adalah Ivonnie.
"Ceritakan masalahmu padaku dan jangan pernah ragu, sepertinya kau butuh orang lain untuk mendengarkan keluhanmu pada Tuan Garza yang pilih kasih itu." Vonnie merangkul sahabatnya sambil membawanya berjalan masuk ke dalam ruangan pimpinan milik Cleo.
Dikarenakan hari sudah malam dan pekerja sudah pulang hanya menyisakan mereka berdua, maka seharusnya sikap formal itu tidak terlalu diperlukan.
"Kau tahu Von, dia memberiku waktu hanya tiga bulan untuk menikah, jika aku tidak berhasil melakukan pernikahan maka aku akan dikeluarkan dari keluarga Garza." Dia terlihat kesal.
Vonnie mengerutkan keningnya dia sedikit tidak percaya bahwa ayah Cleo sekejam itu pada putrinya.
"Tapi kalau dikeluarkan dari keluarga itu bukannya kau akan sangat senang? Tidak ada lagi yang akan memata-matai semua pergerakanmu, maksudku Ibu sambung dan anak-anaknya itu."
"Aku akan sangat senang jika aku hanya akan dikeluarkan saja, masalahnya adalah saat keluar dari keluarga itu aku akan dimiskinkan olehnya." Cleo berkata dengan nada yang mulai meninggi.
Ivonnie makin ternga-nga, dia tidak habis pikir bahwa ayah Cleo benar-benar jahat.
"Bukankah restoran dan beberapa gerai makanan serta toko kue ini kau yang merintisnya dari awal?"
"Jangan lupa kucuran dana awal sebagai modal adalah darinya." Jawab Cleo lemah.
Ivonnie menarik nafas dalam lalu menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk.
"Artinya kau harus menikah, jika tidak maka semua usaha yang kau lakukan dengan membesarkan restauran, toko kue dan membuat gerai makanan ini akan menjadi sia-sia?" Ivonnie memastikan lagi duduk permasalahannya.
"Yeah, tapi kau harus tahu bahwa aku hanya menginginkan pernikahan yang seperti di negeri dongeng dan juga memiliki suami yang nantinya akan mencintaiku walaupun fisikku sudah tidak bagus lagi." Cleo terlihat sangat sedih sekarang ini.
"Aku tahu kau harus kemana." Vonnie menyeringai sepertinya dia akan memberikan solusi yang tepat dan akurat, Cleo memandangnya dengan tatapan menyelidik, apakah solusi yang diberikan Ivonnie nanti akan membuatnya beruntung.
"Kuharap solusimu bukan solusi yang gila." Cleo berkata penuh penekanan, dia tahu sekali kalau sahabatnya ini sering memberikan masukan yang tidak masuk akal.
"Tidak sayang. Kali ini suka tidak suka kuharap kau melakukannya." dia tersenyum penuh makna.
"Katakan saja dan jangan bertele-tele." Cleo penasaran dengan jalan keluar yang akan diberikan oleh Ivonnie.
"Sepupuku bulan kemarin baru saja menikah melalui biro jodoh dan pernikahan, apa kau mau memasukkan datamu kesana dan kita lihat apakah ada pria yang sesuai dengan keinginanmu itu. Semoga saja sebelum tiga bulan ada seseorang yang cocok denganmu. Bagaimana Cleo Arabelle?" Ivonnie berkata dengan penuh semangat.
Awalnya Cleo hanya mengerenyitkan dahinya, masih memikirkan apa yang baru saja dia dengar dari Ivonnie, apa benar-benar ada jasa seperti itu sekarang ini? Yang dia tahu adalah acara televisi kabel yang tidak sengaja dia tonton di hotel saat liburan ke Miami tahun belakang, dan itu juga kata orang-orang hanya acara settingan untuk menaikkan rating penonton.
"Apa benar-benar ada yang seperti itu?" Cleo tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Ivonnie mengangguk cepat, "sekarang sepupuku masih menikmati bulan madunya." dia menjelaskan.
"Apa sepupumu bahagia dengan pria itu? Apa pria itu tidak memanipulasi data pribadinya?" Cleo sangat ragu dengan hal ini.
Lawan bicaranya lalu menggeleng pasti memberikan kepercayaan yang besar atas ucapannya barusan.
"Keyakinanmu besar sekali, lalu kenapa kau tidak ikut juga memasukkan data dirimu ke sana agar mendapatkan pasangan yang kau idamkan." Cleo bertahan dengan pikirannya bahwa hal semacam ini hanya rekayasa belaka.
"Sudah kumasukkan tiga hari yang lalu." Senyumnya merekah sangat lebar.
Cleo sangat tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar, "Apa kau yakin itu bukan penipuan?"
"Yeah, karena mereka memiliki banyak tim yang sangat kompeten dibidangnya masing-masing, karena itulah harga yang harus kau bayar tidak sedikit." Ivonnie memberikan penjelasan.
"Mereka juga tidak sembarang menerima klien, karena setiap data calon klien yang masuk akan dilakukan verifikasi terlebih dahulu. Apa pekerjaanmu yang sesungguhnya, dimana tinggalmu, dan segala macam tentang kehidupanmu. Sepupuku bilang paling tidak sedikitnya mereka akan mewawancarai kliennya sebanyak dua kali atau lebih untuk menggali karakter klien dan mencarikan pasangan yang cocok dengan kriteria yang kliennya inginkan." Mendengarkan hal itu Cleo hanya mengangguk-angguk saja, akan menjadi pertimbangan usul dari sahabatnya ini.
Dia memang dipaksa untuk menikah, tapi dari hati yang terdalam dia memang ingin menikah, masalahnya adalah dia berkomitmen untuk menikah satu kali saja. Baginya pernikahan adalah hal yang sakral dan tidak boleh bermain-main didalamnya.
"Hei Belle, bagaimana? Apa kau mau mencobanya?" Ivonnie membuyarkan lamunan Cleo.
"Apa kau yakin ini akan sukses? Menikah dengan orang asing, apa tidak berbahaya?" Cleo berkata seakan dia bertanya pada diri sendiri.
"Seharusnya ini cara terakhir agar kau tidak tersingkir dari keluarga Garza dan bisa membuka semua kedok Ibu sambungmu yang busuk itu." Perkataan Ivonnie dibenarkan oleh Cleo, dia harus memberitahu ayahnya siapa sebenarnya wanita itu.
"Baiklah, katakan padaku apa saja syaratnya." Cleo membuat keputusan final, dia saat ini mungkin mengenyampingkan urusan lainnya, dia hanya ingin bertahan dikeluarga Garza, setidaknya sampai dia berhasil membuka kebusukan Ibu sambungnya itu.
"Aku akan memberikan contoh data pribadiku yang aku kirimkan pada mereka. Kegiatan contek menyontek ini bukan hanya ada saat kita sekolah, anggap saja sebagai referensi." Ivonnie berkata sambil terkekeh, tawanya itu terdengar bahagia sekali, dia bahkan tidak menyangka kalau Cleo memilih jalan seperti yang dia lakukan dalam pencarian pasangan hidup.
"Kirimkan saja padaku sekarang, sebelum pulang aku akan menyelesaikannya secepat kilat." Cleo berkata dengan penuh semangat.
Kemudian Ivonnie mengutak-atik gadgetnya lalu mengirimkan file itu ke email Cleo.
"Selesai. Kuberitahu padamu, kau tidak akan menyelesaikan ini dengan cepat. Kau harus cermat dalam mengisinya agar mendapatkan pria yang sesuai dengan keinginan dan juga kepribadianmu." Setelah mengatakan hal itu, Ivonnie bangkit dari kursinya sambil tersenyum.
"Kau mau pulang?" Pertanyaan Cleo barusa membuat langkah kaki Ivonnie terhenti.
"Kau pikir aku akan bersedia bermalam di kantor ini?" Dia melihat lawan bicaranya.
"Baiklah, hati-hati dijalan." Jawab Cleo tanpa melihat Ivonnie.
"Penggila kerja, sebaiknya malam ini kau jangan tidur di kantor, pulanglah ke rumah setidaknya tidur di kasur lebih empuk daripada di sofa dan kau bisa memikirkan apa saja yang harus kau tulis dalam data dirimu itu agar nantinya mendapatkan pria idamanmu." Ivonnie memberikan saran yang menusuk ke dalam hati Cleo.
Rumah baginya hanya tempat singgah belaka, apalagi sejak dia mulai kenal dengan dunia bisnis, dia asyik dengan kegiatannya sendiri hingga melupakan kenyamanan sebuah rumah.
"Terima kasih atas peringatannya, sebentar lagi aku akan pulang." Jawab Cleo sekenanya saja.
***