3
2
1
"Action!"
"Wahai para Dedemit-dedemit, Lelembut-lelembut, dan Jurig penunggu di sini!.
Saya datang bukan untuk menantang!"
"Tunjukkan eksistensi kalian melalui apapun itu!" Teriak si Omen bermonolog selaku host master di acara ini.
Klontang!
Kaleng-kaleng bekas yang sengaja ditaruh di sekitar tempat berjatuhan.
"Astaga kak Odit kak Odit. Kak Odit tolong kak Odit!" teriaknya ricuh.
"Ya ampun apa itu? Apa itu di sana?
Ada sosok tinggi berambut panjang Kumal kusut. Itu disana!
hiii seram sekali guys.!"
"Astaga! Kak Odit. Kak itu kak dia mau nyamperin kesini!"
Si Odit langsung mengarahkan kameranya ke tempat yang di tunjukkan.
Lantas ia menancapkan penyangga kamera, supaya dapat merekam sendiri. Sementara ia berlari lantas menemani si Omen untuk berkomunikasi dengan makhluk yang baru menampakkan wujud.
"Kak odit tolong kak!" Omen berteriak-teriak histeris. Menambah suasana kian parno.
Berharap konten yang sedang mereka buat memberikan efek kengerian kepada para viewer.
"Aaahhh berat guys, punggung gue berasa berat banget aahh"
Nafas si Omen tersengal-sengal memburu tak karuan.
Badan gemetaran bulu kuduk berdiri. Pundaknya terasa begitu berat.
Begitu ia semakin dekat dengan makhluk berbaju putih.
"Sumpah dada gue sakit banget, kayak ada yang ngehantam gitu sesak guys."
Omen mencengkram dada yang terasa sakit. Mungkin efek dari makhluk asing yang berada di sekitar.
Odit menghampiri Omen, menutup mata si omen dengan telapak tangan mulutnya sambil komat-kamit membaca mantra.
Beberapa saat kemudian.
Setelah tangan Odit terlepas, si Omen mulai bisa menguasai dirinya.
"Ok kak Odit, makasih kak Odit.
Guys untung ada kak Odit, penyelamat kita. Dada gue udah gak sesak lagi. Cuman masih agak berat aja di punggung." Sejenak berbicara ke arah kamera.
"Guys ini dia guys makhluk gaib yang sedang menampakkan wujudnya.
Ngeri banget gak sih guys hiii!"
"Ok kita langsung tanya-tanya dulu mumpung makhluknya masih disini."
"Heh makhluk gaib! Sebutkan siapa namamu?" Tanya Omen kepada makhluk gaib yang berada di sampingnya.
Makhluk berwujud seram dengan rambut panjang menjuntai ke tanah, nampak hanya diam tidak merespon ataupun menjawab pertanyaan dari mereka.
"Guys dia diem aja guys."
"Woyy! Sekali lagi saya tanya siapa kamu? Dari mana asalmu? Apa kau penunggu disini?"
Si mahkluk masih juga tidak merespon apapun dari pertanyaan itu.
Omen mulai kesal dengan setan di sebelahnya yang tidak memberikan respon apapun.
"Setannya budek kali guys, kita coba tanya ya sekali lagi."
"wahai makhluk dari entah berantah, siapa sebenarnya dirimu? Sebutkan siapa namamu?"
Setan itu tetap diam, seolah tak mendengar seruan dari si Omen.
Melihat kejadian itu Si Odit pun kesal.
"Ahh udah udah cut cut cut!" titah Odit menjeda syutingnya kali ini.
"Ah setan pea! Kenapa Lu diem bae? Capek gue ngomong dari tadi. Awas aja kalo di take dari awal!" Omen nampak kesal dengan pemeran hantu tidak sesuai dengan skenario yang telah ditentukan.
Mereka pun hendak memeriksa hasil rekamannya, sedangkan makhluk berbaju putih masih saja diam berdiri tak melakukan apapun.
"Gimana sih si Aldi? Jadi setan kok gak seru. Ngapain kek, teriak-teriak kek, narik-narik baju kek atau sekalian di cekek aja. Biar feelnya dapat." Odit bertambah kesal atas tindakan si Aldi sebagai setan yang gak seru.
"Bang bang sorry! Bang Odit sorry gue agak telat. Kita udah bisa mulai syutingnya kan? Hah huh" Tiba-tiba seorang pria menghampiri mereka, nafasnya tersengal-sengal sehabis berlari berharap tidak telat ikut syuting.
"Apaan sih lu Di! Barusan acting lu payah banget. Lu gak cocok jadi setan. Dahh lu cocoknya bagian bawain peralatan!" Bentak Omen yang masih kesal dengan acting payah si Aldi.
"Lah bang gue baru nyampe, ni nih rambutnya baru mau gue pasang." Aldi telah mengenakan pakaian putih yang sama persis dengan makhluk tadi ketika syuting, namun ia baru menunjukkan rambut gimbal panjang dari tas belum sempat dipasang.
"Eh jangan becanda lu! Mentang-mentang gak bisa syuting, ngomongnya malah ngawur!" Seru Omen badannya mulai merinding asli, tak seperti dibuat buat ketika syuting.
"Serius bang ini saya baru turun dari motor, mana lari pula biar cepat dimulai syutingnya. Yuk kita mulai aja bang syutingnya, saya sudah siap!"
Deg.
Omen dan Odit saling menatap merasakan getaran yang sama, Aldi sepertinya tidak pandai berbohong. Rasa takut, cemas dan parno menyeruak menyelimuti hati.
Keringat dingin mengucur dari dahi, Odit gemetaran memegang kamera yang sedang ia periksa.
"Coba liat Dit!" Titah Omen memberanikan diri, tanpa melihat ke belakang mereka menyaksikan tayangan ulang hasil syuting.
Dan.
Alangkah terkejutnya mereka tidak mendapati sosok setan yang di perankan Aldi tampil di layar. Kosong sama sekali sosok setan itu tidak tertangkap oleh kamera.
Odit menelan ludahnya sendiri masih gemetaran, mereka secara serempak memberanikan diri melihat ke belakang.
"Hiiiiii ! Hahahahahh hiii haaha haaa!"
Suara melengking nyaring terdengar memecah gelapnya malam.
Tentu saja itu berasal dari makhluk gaib sungguhan yang ikut syuting tadi.
"hwaaaaaa!" sontak saja mereka berteriak.
Odit dan Omen lari tunggang langgang, mendengar sosok putih itu mulai memberikan respon. Padahal ketika syuting mereka terus memaksanya agar merespon. Giliran merespon mereka lari terbirit-birit.
Baru kali ini mereka melakukan syuting konten horor, langsung di datangi oleh makhluk aslinya.
Sedangkan Aldi tak bergeming sedikitpun, meski ditinggalkan oleh dua rekannya. Menatap apa yang dilakukan makhluk gaib itu.
"hhhiiihhiii haahhaha hhhiiii hihihihi!"
Sepertinya makhluk itu mencoba menakuti Aldi yang masih saja berdiri, tidak seperti dua orang lainnya yang entah kemana.
Makhluk itu terbang dan hinggap di dahan sebuah pohon. Kembali mengeluarkan suara nyaringnya agar Aldi juga ketakutan.
"Hiii hiii hiiii, hahaha hiiihiiihii" Suara khas makhluk gaib berambut panjang berbaju putih, melayang-layang mengitari Aldi yang masih setia menyaksikannya.
Seperti tidak ada gunanya saja melakukan segala hal untuk menakuti anak yang berusia sekitar 18 tahun itu.
sudah melayang-layang di udara, hinggap di pohon melanjutkan nyanyiannya yang seram di dengar.
Hantu itu pun benar-benar sudah kehabisan akal, lantas ia pun mendarat di dekat Aldi yang masih tetap tenang berdiri.
Hantu itu merubah wajahnya seseram mungkin, lebih seram dari pertama kali menunjukkan wujudnya.
Wajah putih penuh sobekan mengucurkan darah.
"Haaaa! akan ku makan kau!" Ucapnya.
Aldi terus berdiri di sana bukan karena ia tidak takut, tapi mencoba bersikap tenang meski hatinya teramat takut. Ia tahu betul akan sifat hantu yang mengganggunya.
Jika ia lari maka hantu itu akan terus mengejar. Jika ia diam maka akan dikira pemberani oleh hantu itu. Dan akan berbalik Aldi yang akan di takuti oleh si hantu.
Benar saja ketika mulut si hantu menganga seperti hendak melahap si Aldi. Spontan Aldi membaca doa apapun yang ia bisa.
"Allohumma bariklana fima rizaqtana waqina adza bannar!"
Mendengar bacaan doa yang di panjatkan si Aldi, sontak membuat si hantu lari terbirit-birit.
"Mamah aku mau di makan manusia haaa!" Teriak si hantu.