Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bana Bakiyor

🇮🇩Shafa_Chairunnisa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.4k
Views
Synopsis
Lenca atau biasa dipanggil Eca, ia dikenal sebagai gadis yang ceria, periang dan agak sedikit pemalas. Namun dibalik senyum indahnya, ia memiliki trauma yang sangat dalam akan sebuah kehilangan. Lika liku kehidupan sebenarnya mulai ia rasakan ketika lulus dari pondok pesantren, kehidupan dunia luar yang sebenarnya juga dunia percintaan mulai menerpa dirinya. Eca mencintai seorang lelaki, namun cintanya tak berlangsung lama ketika bencana menimpa lelaki tersebut dan dinyatakan tewas, bayang bayang trauma di masa lalunya pun datang kembali. Zikri memiliki sifat dan karakter yang berbeda 180 derajat dari sahabatnya, Firman. Yap, Firman anak yang berakhlak baik, sopan, ramah dan memang kebanggaan para ustad karena pesona suara ngaji dan adzanya yang sudah tidak diragukan lagi tapi berifat dingin ke lawan jenis. Mereka berdua jatuh cinta kepada gadis yang sama namun dengan cara yang berbeda.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pintu Mulai Terbuka

Pintu mulai terbuka

Suara para santriawati mengahapal Al-Qur'an terdengar begitu merdu memenuhi setiap kamar santri, mereka solah olah tak ingin kalah dengan rasa kantuk yang sedari tadi selalu menghampiri. Namun berbeda dengan kamar Aisah 3 yang selalu berisik bukan dengan lantunan indah Al-Qur'an, namun suara Ressa dan Willa yang sedang membangunkan teman satu kamarnya, siapa lagi kalu bukan Lenca.

"Ca..bangun….liat udah jam 5..ayo takhfidz…Ca.."Kata Willa sebari mengguncang guncangkan tubuh malas Lenca.

"Ca..kamu pinter tapi kok susah amat sih bangun..bangun gak atau aku siram nih"Kata Resa dengan posisi tangan kanannya yang mulai memiringkan gayung.

"Hmmm..iya bentar, aku bangun..tunggu dulu ngapa?"

"Idiih..bangun aku gak mau dihukum ustadzah lagi..udah sekamar bertiga lagi.."

"Kamu bangun dong."Willa belum menyerah membangunkan Lenca…Hingga suara yang tak asing terdengar lagi pagi ini…

"Pasti kamar 3 Asiah paling berisik tiap pagi…hei Lenca bangun!..kamu belum takhfidz nanti habis waktu..ayok bangun…"

"Ehhh ustadzah maaf…iya Lenca bangun.."

"Sholat dulu kamu!"

"Saya lagi berhalangan ustadzah.." dengan senyum tanpa dosa andalanya.

"ok..kalau gitu kamu setor hapalan kamu pertama..ustadzah tunggu di depan kamar..ayok..ustadzah harus nerima setoran dari 3 kamar lainnya.."

"Iya ustadzah, Lenca mau ke wc dulu.."Kata Lenca sebari berjalan menuju kamar mandi yang ada diujung kamar.

"Kalian lain kali bangunin dia yang bener…janagan sampai ustadzah susulin kalian ke kamar lagi.."Tegur ustadzah.

"Iya maaf ustadzah,kami akan berusaha lebih baik."Jawab Resa.

"Kalau begitu ustdzah tunggu didepan , assalamualaikum."Pamit Nesya.

Dengan wajah sok polosnya Lenca keluar dari kamar mandi saat melihat kondisi aman..

"Fyuh..selamat, untung gak kena hukuman kaya kemarin.."Kata Lenca..namun tak ada respon dari kedua teman sekamarnya..

"Kalian jangan marah dong..maaf yah.."Kata Lenca sebari cengir cengir kuda.

"Hmmm…"Jawab Resa seadanya.

"Jangan gitu dong.. maafin aku…maaf yah.."Kata Lenca mulai sedikit memohon.

"Iyah."Jawab Willa judes.

"Idihh masih pada marah, yaudah kalau kalian gak mau maafin aku..aku nangis niih.."Kata Lenca sebari mulai memasang jurus andalanya…yah apa lagi kalau wajah memelas dengan mata seperti puppy eyes.

"Iya iya kita maafin, makanya berubah.."Kata Willa.

"Makanya jangan kebluk mulu..cape tau bangunin kamu.."

"Iya maaf deh Sa..La..jangan pada marah lagi ok.."

"Ok…tapi cepetan itu ustadzah udah ngeliatin dari arah pintu."Kata Willa sedikit berbisik.

"Ok..kalau gitu aku setoran hapalanku dulu yah.."Kata Lenca sebari berlalau dari kamar.

Lenca memang tak mendapat hukuman apapun tapi hapalan yang harus disetorkannya besok harus dua kali lipat dari hari ini..Hmm kalau dipikir-pikir itu sama aja deh hukuman..ehh kok jadi ngomingin hal ini sihhh…..

"Gimana udah setorannya..?"Kata Resa.

"Udahlah.."Dengan ringannya Lenca berucap.

"Gak dapet hukuman?"Tanya Resa heran.

"Gak..Cuma besok harus setoran dua kali lipat dari yang sekarang .."

"Dasar polos.,.heh itu namanya hukuman Ca.."Kata Willa sebari menepuk jidatnya.

"Udah yuk siap siap katanya udah ini mau ada kumpulan.."Kata Resa.

"Kumpulan..?Kumpulan apaan, ini kan hari Jum'at"Kata Lenca.

"Udalah yang penting kita siap siap dulu deh.."Ajak Willa kepada kedua temannya yang masih saja beradu mulut.

Matahari terus bergerak semakin ke barat, seolah olah ingin segera menemukan ujung dunia untuk disinari. Para awan seolah olah berlomba lari, saling kejar mengejar antara satu dengan yang lainnya. Para angin berusaha keras untuk mendorong para awan agar tak menghalangi langit yang ingin melihat suasana kehidupan yang ada dibawahnya.

"Kumpulan apa lagi sih. Kita juga tinggal 2 bulan lagi disini kok ada kumpulan khusus kelas 6 segala sih."Kata Willa.

"Jaga perkataamu, kita mau kumpulan sama wali kelas kita loh..jangan kaya gitu dosa."Balas Lenca.

"Stttttt..itu ustadzah Nesya udah datang jangan ngobrol lagi.."Tegur Resa.

Para santriawati kelas 6 mulai merasa aneh, ada apa pagi pagi gini kumpulan. Hati mereka mulai diliputi perasaan takut, cemas, bingung, semua perasaan campur aduk tak karuan. Ditambah lagi para dewan ustadzah dari bagian yang lain pun ikut hadir, perasaan mereka semakin kacau saat seseorang membawakan kardus berukuran sedang yang terlihat penuh dengan sesuatu yang terlarang. Nampak dari luar kardus terliahat beberapa kain berwarna cerah yang mereka kira itu adalah baju rajiaan. Ditambah lagi beberapa benda panjang berwarna merah yang mereka kira itu adalah hasil dari raziaan alat alat make up terlarang.

"Assalamualaikum para santriawati.."Kata Nesya memberi pembukaan untuk mengawali kegiatanya hari ini. Kegiatan dimulai dari pembukaan hingga waktu yang paling dinantikan adalah hal pokok dari kumpulan tersebut.

"Maksud ustadzah mengumpulkan kalian disini untuk memberi tahukan bahwa besok lusa ada kumpulan dengan bapak pimpinan untuk menyampaikan amanat sebelum pulang, nah kalian bantuin untuk menertibkan santri saat hari perpulangan besok-."Jeda Nesya beberapa detik. Sontak semua Santriawati kelas 6 membuang nafas lega..

"Kalian kira kita mau hukuman yah…tenang sekarang kita happy happy buat menyambut hari membahagiakan untuk ustadzah Bila ok. Kalian diminta bantuan untuk membuat souvenir untuk pernikahan ustadzah Bila minggu depan...."Kata Nesya panjang lebar memberikan intruksi. Akhirnya kumpulan pun selesai. Semua santriawati kelas 6 pun keluar dari aula. Lenca tak sadar sepasang mata elang milik seorang Ikhwan menatapnya dari kejauhan. Lelaki itu menyimpan rasa kepada Lenca sejak lama, namun sahabatnya lebih terang terangan bahwa rasa yang dia miliki itu serius walaupun sudah ditolak mentah mentah. Hanya dalam sujud disepertiga malam ia mampu manikungnya. Cinta dalam diamnya tetap ia susun rapih, memang ia mencintai teman seangkatanya walaupun lebih muda setahun dia dibanding dirinya.

"Woi..liatin siapa..?"Kata Zikri.

"Astagfirullah…ngagetin aja kerjaan antum. Anna lagi ngapalin hadits jadi gak fokus nih"

"Alah.. bohong antum..udah mendingan kita ke kantin yuk..lapar nih.."

"Ih apaan sih..ayok kita makan aja, kepo aja hobi antum."

Matanya sudah tak menangkap lagi sosok Lenca. Ia merasa tak cukup baik jika mendekatinya sekarang, ayat ayat Quran yang ada di dalam hatinya selalu menahan dirinya untuk melakukan hal hal yang diluar nalar dan dilarang agama. Sabar mungkin kata yang tepat untuknya kini.

Mata Lenca terasa begitu lelah hingga kini rasanya ingin beristirahat dengan tenang. Emang bisa, gak lah..setiap Lenca ingin tidur pasti si tukang jail Resa ngegganggu mulu. Bayangin gimana rasanya Lenca...aduuh mata ini ingin rasanya istirahat sejenak.

"RESA.....diem napa..aku ngantuk tau gak.."Kata Lenca dengan nada agak tinggi, melihat tingkah Resa yang tak ada hentinya.

"Hahahahhahahhahaahahhahahahh..."Tawa Resa puas melihat Lenca kesal akibat ulanya.

"Udah udah...lebih baik tidur dulu..nanti malam ada kumpulan persiapan pulang bulanan."Kata Willa.

Waktu terus berjalan, hingga tak terasa waktu kumpulan pun telah berlalu. Wajah bahagia nampak jelas di wajah setiap santri, baik dari akhwat ataupun ikhwat. Tak ada wajah sedih, kusam, muram yang terlukis diwajah seluruh santri serta seluruh dewan ustadzah, seolah olah sirna ditelan kebahagiaan. Untuk itu maka Lenca dan kedua teman kamarnya memilih untuk lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar sebari menunggu malam berlalu, seperti biasa mereka pasti akan melakukan hal hal yang akan membuat waktu terasa cepat berlalu.

"Sa..dimana kamu nyimpen wadahnya iiih.."Kata Lenca yang sedari tadi mengutak ngatik isi lemari Resa.

"Itu ada deket tempat minum aku yang warna hijau.."

"Mana ihhh.. aku udah cari. Tempat minum yang ini kan..tapi mana gak ada.."

"Issss....kalian berisik amat sih..cari apaan..aduh masker wajahku jadi mau pecah nih.."Kata Willa yang sedari tadi berdiam dikasurnya sebari berbaring dan membaca novel cinta kesukaanya.

"Ini riibet amat si Lenca, mau maskeran aja wadahnya harus pake yang aku.."Jawab Resa.

"Ya kan besok aku mau ketemu ayah.. yah pasti dong harus tampil cantik.."Kata Lenca..

"Oh kalian ngeributin wadah ini yaaahhh.."Kata Willa dengan wajah tanpa berdosa menyodorkan mangkuk kecil berwarna pink.

"Ngomong dong, jadi aku gak perlu ribut dulu sama Lenca.."

"Hmmmm, aku juga gak perlu obrak abrik lemari tuh anak.."Kata Resa.

"udahlah ok, aku minta maaf...yaudah nih ambil aku mau lanjut maskeran lagi." Kata Willa dan berbaring lagi dikasur kesayangannya.

"Hmmm."Kata Lenca sebari mengambil wadah tersebut dengan wajah kesal.

***