Kediaman Waksana
Bagas dan sang papa terlihat menikmati sarapan seperti biasanya, namun ada satu hal yang tak seperti biasanya. Pagi itu, Bagas yang biasanya banyak bicara dan tampak bersemangat, sama sekali tak bersuara, bahkan untuk memotong roti saja tak ada tenaga.
"Kamu baik-baik saja, Gas?" Tanya Adi memperhatikan putra semata wayangnya.
"Baik, Pa." Sahut Bagas dengan tenang namun penuh tenaga memotong pancake-nya.
Adi melihat sekali lagi sikap putranya dan menyudahi sarapannya. "Ikut Papa!" Perintah pria paruh baya itu mendorong kursi makannya hingga lantai berdecit.
Bagas menghela nafasnya berat, ingin sekali rasanya dia membanting piring yang ada di depannya. Dengan langkah gontai, Bagas mengikuti Adi nyaris tanpa ekspresi. "Duduk!" perintah Adi lagi.
"Berapa lama sejak kau kembali ke Indonesia?"
"Maksud Papa?" Bagas menaikkan sebelah alisnya.
"Hubunganmu dengan putri Nyonya Abigail, bagaimana? Apa ada perkembangan sejauh ini?" tanya Adi santai.
