"Raden Rara Dayana Bahuwirdja" tiba-tiba nama lengkap ku dikumandangkan dengan lengkap oleh seorang abdi dalam. Saat tiba pengumuman siapa gadis beruntung yang akan dinikahi oleh sang putra mahkota. jelas itu namaku. nama yang terlalu panjang sehingga sebenarnya tidak pernah kupakai lagi. hanya Dayana itu lah namaku.
"Seorang gantung siwur doro prabu"
Gelar yang aku sendiri tidak paham, hanya sesekali pernah ku dengar dari eyang putri, saat aku kecil dulu, nama yang membuat aku sadar bahwa aku dan Dewi tidak memiliki darah keturunan yang sama. gelar yang kadang membuat dewi terlalu sopan kepadaku, dan gelar yang kadang tidak kusukai.
"Atas restu Gusti Allah, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Maheswara Cayapata Wicaksana mendeklarasikan bahwasanya nama Rara yang disebutkan sebelumnya adalah calon Prameswari dengan selanjutnya mendapat gelar Kanjeng Gusti Raden Ayu Dayana Cayapata Wicaksana"
Aku membeku ditempatku berdiri, ada rasa tak percaya dengan apa yang kudengar. Sebagian memang tak ku mengerti tentang gelar-gelar itu, namun yang lebih tak kumengerti mengapa namaku dari tadi disebutkan, benarkah yang kudengar tadi, bahwa aku calon seorang prameswari.
"Selanjutnya kedokteran kesultanan akan melakukan pemeriksaan kesehatan dan kesiapan purnama, dan ditentukan tanggal pernikahan, sampai hari itu Kanjeng Gusti Raden Ayu akan tinggal di vaviliun barat, agar dekat dengan Gusti Kanjeng Ratu Barat untuk dilaksanakan pendidikan kesultanan dan Toto kromo"
Nafasku semakin berat. tidak ada yang bertanya tentang persetujuanku.
sekalipun ini bak mimpi yang pasti tidak mungkin aku tolak.
Tiba-tiba beberapa wanita pelayan menarik tanganku dan menyeret ketengah.
Tak lama lelaki gagah yang sebelumnya mengajak aku mengobrol mendekatiku, menarik jemari kiriku, menyematkan sebuah cincin dengan mata berlian yang berkilau di jari manisku.
Aku menatap dengan nanar.
"Prameswari ku..." Dia membungkuk dengan tetap memegang lembut jemariku.
Diakah sang pangeran???
semua bertepuk tangan dengan meriah, aku sedikit mengeluarkan air mata, tak percaya dengan ini semua. aku melirik eyang putri yang tengah mendorong kursi roda wanita tua yang begitu karismatik wanita tua itu doro putri.
eyang hanya memberi sedikit anggukan. aku membuang pandanganku kelantai...menarik lagi nafasku panjang-panjang.
aku tak percaya... tapi ini begitu nyata....
Cayapata, pria itu mencium tanganku.
seolah meyakinkan diriku bahwa ini nyata.
Pesta belum usai...
Beberapa orang berdansa di tengah aula.
Aku mengintip diluar aula, Kanjeng ratu dan eyang putri sudah disana menonton pertunjukan tari keraton. sementara doro putri sudah tidak lagi terlihat disana.
Ibu dan Dewi sudah mendapat tempat duduk kehormatan.
"Selamat ya..." Camelia tiba-tiba datang dan memelukku, mencium pipi kiri kananku
Dibelakang nya berdiri pria tampan dengan seragam khas militer, tampak gagah dan sedikit berumur.
"Perkenalkan, suamiku tersayang"
Pria itu mengulurkan tangan
"Adhinatha Patibrata"
Dia mengulurkan tangan.
"Dayana " sambutku.
Belakangan aku tau Camelia yang anggun adalah istri seorang kolonel, bahkan dengan keanggunannya ini, dia adalah ibu yang baik bagi putra dan putrinya.
Keluarga Suami Camelia adalah abdi kesultanan.
Camelia sendiri adalah teman kuliah Cayapata. Keduanya adalah kawan akrab.
"Saat aku bertugas di Irian Barat aku sering mendapatkan surat kaleng bahwa istriku ada main dengan Kanjeng Gusti" dia menyengir, meneguk kembali minuman ditangannya.
Camelia dan Cayapata tengah ngobrol berdua diseberang sana. Tampak akrab memang.
"Aku memberi tahumu mana tau rumor itu masih terdengar saat kalian sudah menikah"
Dia menatapku.
"Kau tidak cemburu" aku memastikan
Karena aku sendiri ganjil dengan kedekatan Camelia dan Cayapata. tatapan mereka tampak berbeda, namun aku begitu naif. Cayapata adalah lelaki pertama dalam hidupku.
Adhi menggeleng, sedikit terkekeh.
"Kemana otaku berani cemburu dengan orang yg bisa saja menikah dengan istriku dari dulu...kalau dia mau"
"Mereka sudah bersama saat dibelanda, lalu mengapa Camelia menikah dengan kolonel seperti ku jika dia bisa saja jadi calon Prameswari?" Adhi menatapku dalam-dalam
"Itu karena mereka seperti Saudara" senyumnya getir.
"Kenyataannya mereka bukan saudara bukan?" Aku terkekeh.
"Aku bahkan tak dapat menolak jika memang seorang Gusti menginginkan istriku" lagi-lagi dia tersenyum getir
"tapi hari ini Cayapata mengumumkan mu sebagai calon istrinya" dia menunduk melihatku lebih dalam.
Aku diam ditatap dalam oleh Adhinatha.
"Kau tau Dayana, sejak tadi dia mengatakan kepada semua orang bahwa dia tau akan menikahimu bahkan saat usiamu belum 10 tahun....dia hanya sedang menunggumu menamatkan sekolahmu saja"
Aku terkejut, sejak lama Cayapata menargetkan ku.
Tanpa aku tau.
apakah ini semua bukan campur tangan eyang putri.
Bahkan sebelum hari ini, memang hanya sekali itu aku bertemu dengan Cayapata. dia masih orang asing bagiku. tapi dia adalah masa depan yang cerah untukku, harapan indah yang kini begitu dekat dan nyata.
Aku kembali melirik calon suamiku.
Seorang yang deretan pertama penerus tahta kesultanan di era yang bergerak menuju modern. seorang kayaraya, tampan, karismatik....
Cayapata begitu gagah....begitu sempurna
Begitu matang dan aku masih 19 tahun.
Masih buta akan dunia ini, masih begitu naif memandang rasa suka, kekagumanku ini adalah cinta...
***
Aku memeluk Dewi, hari ini dia dan ibu harus kembali kerumah.
Hanya aku yang harus menjalani pendidikan kesultanan.
Saat mereka pergi...
Sepi mulai merasukiku....
Tata Krama kesultanan terasa sedikit mencekikku.
Apa aku bisa hidup diistana ini?
Apakah jiwa bebasku akan terbelenggu ditempat ini...
apakah aku akan bertahan....
setelah malam itu, aku sama sekali tak pernah bertemu sosok calon suamiku,,,
bahkan aku tak pernah melihat batang hidungnya, atau sekilas bayangannya.
dan yang membuatku lebih kesepian lagi, aku tak pernah bertemu eyang putriku.
bahkan saat kedokteran kesultanan memastikan tanggal pernikahan kami, sesaui dengan "purnamaku"....kalian tau apa itu "purnama"
ya masa suburku, belakangan bahwa aku baru tau, bahwa kami dinikahkan diwaktu yang tepat agar segera mendapat keturunan,,, that's it.....
***