"SAH!!"
Ucapan yang dilontarkan oleh semua orang di sana, membuat dua orang yang tidak saling mengenal akhirnya memiliki ikatan sebuah resmi pernikahan. Air mata Ruby mengalir dengan sangat deras, dirinya dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dikenalnya.
Bahkan Ruby tidak pernah sekalipun bertemu dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu, air mata itu mengalir sebagai tanda bahwa Ruby benar-benar kecewa akan keputusan kedua orang tuanya.
Ruby yang baru pulang dari menuntut ilmu, dihadapkan dengan sebuah kenyataan dimana kedua orang tuanya, menjodohkan dirinya dengan seorang pria yang tidak dikenal. Ruby menolak, sudah pasti wanita itu terus meminta untuk membatalkan semuanya namun, sikap keras kepala dan keegoisan Tara sang papa tidak bisa diganggu.
Sehingga Ruby harus merelakan masa depannya, dan menjadi seorang istri bagi seorang pria yang tidak dia kenal.
"Sudah dong nangisnya, ini makeup lo bakalan luntur," ucap Ara.
Saat ini di dalam kamar hanya ada Ara dan Diandra sepupu Ruby yang masih SMA, anak perempuan itu ditugaskan oleh kedua orang tua Ruby untuk mengawasinya, karena memang sebelumnya Ruby ingin kabur dari rumah.
"Kak Ruby nggak capek, nangis terus. Udah nikmati aja lagian, suaminya kak Ruby juga ganteng loh," sahut Diandra. Ruby yang mendengar hal itu hanya bisa menghela napasnya berat, mungkin orang lain hanya bisa menilai semuanya, bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya ini, baik untuk masa depannya.
Tapi mereka tidak pernah mengerti, bahwa ada perasaan yang tidak baik menerima paksaan seperti ini, dan Ruby adalah contohnya dirinya harus menerima semua yang terjadi.
Suara pintu dibuka terdengar, Ara segera mengelap air mata yang mengalir. Orang tersebut berjalan ke arah Ruby yang masih terdiam dan menundukkan kepalanya.
"Ayo kita kebawah, suami kamu sudah menunggu." Mendengar hal itu membuat Ruby mengangkat kepalanya dan sontak aja kedua mata mereka bertemu.
Zoya ibu dari Ruby segera memeluk anaknya dengan begitu erat, wanita yang terlihat sangat cantik meskipun usia sudah tidak mudah lagi itu, mengerti dengan perasaan sang anak sekarang.
Sebelum pernikahan ini terjadi, Zoya sudah lebih dulu berbicara dengan suaminya namun, sikap keras kepala Tara tidak ada yang bisa menandinginya.
"Kamu harus kuat, mama yakin semuanya akan indah. Kamu adalah putri kesayangan Mama, kamu pasti bisa melalui semuanya."
Setelah itu, Zoya mengecup dahi anaknya cukup lama, lalu mengajak Ruby untuk keluar dari dalam kamar. Dengan sangat pelan, Zoya menggandeng tangan sang anak berulang kali usapan lembut diberikan oleh Zoya kepada Ruby.
"Jangan menangis, Sayang. Lihat semua orang menatap ke arah kamu dengan penuh cinta dan senyuman tulus," bisik Zoya.
Ruby menoleh ke arah sang mama yang terlihat menahan sesak di dalam dadanya namun, tetap berusaha terlihat baik di depannya. Meskipun Zoya juga bisa merasakan bagaimana rasa sakitnya.
***
Semua orang sibuk berbincang satu dengan lainnya, berbeda pada Ruby yang hanya bisa diam menatap ke arah depan entah apa yang bisa dirinya lakukan sekarang.
Pria yang ada di samping Ruby, bahkan tidak mengeluarkan satu kalimat pun sejak tadi. Pria itu hanya diam dengan ekspresi wajah yang begitu datar, dan dingin berulang kali Ruby menarik napasnya panjang.
Dua orang pria datang menghampiri tempat duduk Ruby dan suaminya, salah satu dari orang tersebut adalah teman saat SMA. Pria baik yang selalu menjadi tempat curhat Ruby, meskipun keduanya sudah beda tempat kuliah.
"Selamat Angkasa, gue kira lo nggak bakalan nikah ternyata nikah juga," ucap Ibra. Pria yang menjadi suami Ruby bernama Angkasa Permana Putra Airlangga, seorang CEO dari perusahaan properti terbaik di Asia. Airlangga Group, merupakan perusahaan yang sangat besar.
Perusahaan yang tidak hanya memiliki 1 cabang setiap kota yang ada tapi sudah memiliki ratusan, bahkan karyawannya sudah mencapai ribuan orang.
"Selamat bro, semoga kamu bisa menyayangi istrimu dengan baik. Btw wanita yang ada di samping kamu, adalah teman SMA gue dulu," ujar Andra. Pria baik menurut Ruby, pria yang selalu menjadi teman terbaik sama seperti Ara.
Andra menatap berbeda ke arah Ruby, tatapan yang sedikit tidak disukai oleh Angkasa. Meskipun keduanya selain berteman tapi juga masih memiliki hubungan keluarga.
Andra dan Angkasa adalah sepupu yang sangat dekat, keduanya terlihat akur karena mampu menyembunyikan apa yang terjadi tapi orang lain tidak tahu, jika ada jarak dan tembok diantara keduanya.
"Oh ya Ruby, Angkasa ini adalah sepupu gue. Kalau dia macem-macem sama lo, langsung kasih tahu gue aja," ucap Andra.
Ruby hanya merespon dengan senyuman, tidak tahu harus merespon seperti apa yang jelas saat ini dirinya ingin segera pergi dari tempat ini, masuk ke dalam kamarnya.
Acara kali ini, hanya dirumah kedua orang Ruby karena ini merupakan syarat yang diajukan Ruby. Wanita itu memang menolak, tapi dirinya juga mengajukan syarat untuk tidak mempublikasikan hubungan ini, nyatanya bukan hanya Ruby yang menginginkan hal itu, tapi juga Angkasa melakukan hal yang sama.
"Kak Ruby sama Bang Angkasa dipanggil sama semuanya, katanya suruh kumpul di dalam," ucap Diandra.
Saat ini memang keduanya sedang berada di halaman belakang, tanpa menunggu banyak waktu keduanya segera beranjak dari tempat tersebut. Namun, kebaya yang digunakan oleh Ruby memiliki bentuk yang panjang. Sehingga membuat Ruby kesulitan untuk bergerak, Ruby menatap ke arah Angkasa yang berjalan lebih dulu.
Dirinya ingin memanggil suaminya itu, namun lidah Ruby keluh. Entahlah dirinya seperti tidak sanggup untuk memanggil Angkasa sekarang.
"Kalau butuh bantuan itu, bilang jangan hanya diam. Apalagi posisinya seperti ini."
Ruby segera menoleh ke arah samping, dimana saat ini ada Andra yang berdiri di dekatnya dengan senyuman yang sangat indah. Pria itu datang mendekat ke arah Ruby, saat melihat Ruby kesulitan berjalan karena gaunnya.
"Makasih Mas. Maaf sudah merepotkan," ucap Ruby.
Andra mendengar hal itu ingin tertawa, karena tidak biasanya Ruby bersikap demikian.
"Kita udah temenan lama, dan lo tiba-tiba manggil gue 'mas' gimana maksudnya ini," balas Andra.
Ruby menghela napasnya berat, "Gue bingung mau manggil apaan. Gue takut, saya panggil," balas Ruby.
Saat ini Ruby bingung harus memposisikan dirinya sebagai apa, apalagi ketika tahu bahwa Andra merupakan sepupu dari suaminya. Andra lalu menatap ke arah Ruby dengan senyuman yang begitu khas.
"Panggil gue seperti biasanya aja, toh lo dan gue udah jadi teman lama. Jangan karena lo menikah sama sepupu gue, kita jadi jaga jarak."
Ruby menganggukkan kepalanya, keduanya lalu berjalan menuju ke dalam ruangan. Angkasa yang berdiri tak jauh dari mereka berdua, terlihat tidak suka saat Andra menggenggam tangan Ruby karena membantunya berjalan.
Saat langkah kaki Ruby mendekat, Angkasa langsung menarik tangan sang istri cukup kuat, hingga membuat Ruby terkejut apalagi genggaman tangan Angkasa begitu kuat.
"Jangan jadi wanita murahan!!" bisik Angkasa.
###
Selamat membaca dan terima kasih.