Matanya masih terlihat nanar, memandang ke arah Naya yang terlihat semakin ketakutan, nampaknya pria itu tidak akan memaafkan kesalahan Naya.
Pria tampan dengan potongan rambut tegak namun terlihat ganas itu bernama Andrean Varro Martadinata, ia salah satu anak dari pengusaha kaya raya yang sangat terkenal di kota itu.
Namun sepertinya Naya tidak mengetahui kalau sekarang ia sedang berhadapan dengan siapa.
"Mau lari kemana Nona?"
Berani kabur maka kau akan menerima akibatnya!" Andrean mencoba memberi peringatan agar Naya tidak lari dari perbuatannya.
"Sekali lagi saya minta maaf Mas, tadi beneran saya lagi kebelet, Mas mau tanggung jawab kalau saya sampai berak di sini?" celoteh Naya masih membela diri meskipun sebenarnya ia sedikit takut.
"Masih berani mengelak kamu ya? kamu tau siapa saya, hah?!" Kali ini Andrean sedikit mengeraskan suaranya.
"Apa kamu tau berapa harga handphone saya ini?"
Andrean bertanya sambil menunjukkan ponsel di tangannya yang sudah retak, sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Andrean untuk membeli ponsel, bahkan terkadang ia membeli ponsel layaknya seperti membeli kerupuk, hanya sebentar digunakan, bila sudah bosan maka ia pun akan mengganti dengan tipe yang baru lagi, Andrean sengaja untuk sekedar menakut-nakuti Naya, karena masih kesal dengan tingkah Naya yang sudah mengabaikannya tadi.
Selama ini belum ada seorang wanita yang berani menentangnya, mengingat ia memiliki wajah yang sangat tampan dan juga kaya. Namun tidak dengan Naya yang terlihat biasa saja.
"Kamu harus ganti rugi!" bentak Andrean lagi ke arah Naya.
"Apa? Ganti rugi? Saya gak salah dengar, eh Mas jangan pikir saya ini bodoh ya, ponsel anda itu cuma tergores layarnya aja, tinggal beli di emperan jalan juga banyak yang jual!" Naya menjawab dengan sedikit berceloteh.
"Beli di emperan jalan katamu?
Kamu ngeremehin saya?
Kamu belum tau sedang berhadapan dengan siapa?"
Tantang Andrean menatap ke arah Naya sambil menaikkan sebelah alisnya penuh curiga, sebab selama ini belum ada wanita muda yang tidak mengenalinya.
"Hellow, peduli amat anda itu siapa, lagian gak ada untungnya juga buat saya untuk tau siapa anda." Naya menjawab dengan santainya, hingga membuat Andrean semakin marah.
"Ganti rugi, sekarang juga atau kamu—" Belum sempat Andrean melanjutkan kalimatnya Naya langsung memotong.
"Atau apa? Anda mengancam saya?
Ini masalah sepele, jadi jangan coba-coba menipu saya dengan alasan untuk ganti rugi, karena saya tau ponsel anda itu tidak ada masalah, itu buktinya masih hidup kan, layarnya juga masih bagus, apanya yang rusak?"
Naya tak mau kalah dengan balik bertanya sambil mengomel panjang lebar, mirip seperti ibu-ibu yang sedang menagih uang sewa kontrakan yang belum dibayar.
"Pokoknya ganti rugi!" Teriak Andrean lagi.
"Sangat kekanak-kanakan," ujar Naya menyindir Andrean sambil menggelengkan kepalanya.
"Berani kamu bilang saya kekanak-kanakkan? Kamu akan menyesal jika tau siapa saya!"
Ancam Andrean lagi yang kini terlihat semakin marah.
"Tidak akan!" Naya menjawab dengan cepat, sadar akan pria yang ada di depannya kini bersikap angkuh dan sangat kekanakkan.
"Ini buat ganti rugi ponsel anda." Naya melempar sejumlah uang ke arah Andrean sambil melangkahkan kakinya dengan cepat untuk segera pergi dari sana, bagi Naya keributan ini hanya membuang waktunya saja, toh ia masih punya urusan lain yang belum selesai.
Terlihat Andrean masih berusaha untuk mencegat Naya, namun niat itu ia urungkan mengingat di sana adalah tempat umum, ia takut akan menjadi gosip nantinya, apa lagi Andrean adalah pewaris tunggal dari keluarga Martadinata.
Orang tuanya selalu mengingatkan agar ia berhati-hati dalam bersikap di depan umum, ini demi menjaga nama baik keluarga dan juga perusahaan.
Andrean sedikit tersenyum saat menghitung jumlah uang yang dilempar Naya tadi, bukan karena jumlah uangnya yang banyak, namun uang yang di lempar Naya tadi kurang dari seratus ribu, sungguh uang yang tak ada nilainya bagi Andrean.
"Dasar wanita kere," gumam Andrean lagi sambil terus tertawa, entah mau diapakan dengan uang itu, mungkin akan ia buang ke dalam tong sampah.
Masih di tempat yang sama, Naya terlihat sangat kesal karena pria yang di janjikan Milea tidak kunjung tiba, bukan saja kesal karena tidak jadi bertemu, namun ia lebih kesal lagi karena harus bertemu dengan laki-laki angkuh dan sombong seperti tadi, kalau saja ia tidak datang hari ini keributan itu tidak akan terjadi, dan insiden di parkiran juga tidak akan terjadi.
"Parkiran mobil." Naya langsung teringat dengan mobil yang sudah ia tabrak tadi, ia pun segera berlari menuju parkiran, ia berniat untuk minta maaf dan siap ganti rugi biaya kerusakan, ia pun segera berlari menuju parkiran, setibanya di sana betapa kagetnya ia setelah melihat laki-laki yang berdiri di parkiran itu adalah orang yang baru saja mengajaknya ribut.
Naya sedikit bersembunyi di balik salah satu kendaraan di sana, matanya terlihat fokus memandang ke arah mobilnya yang masih terparkir tepat berada di belakang pria itu.
"Dia lagi, ngapain dia di sini?" Naya bergumam penuh curiga.
"Apa jangan-jangan itu orang masih nyariin gue," Naya terlihat cemas, baginya urusan dengan laki-laki itu sudah selesai, tapi mengapa pria itu masih terlihat sangat marah, bahkan melebihi kemarahannya tadi.
"Mati gue... Oh my god!" Bisik Naya
seraya menutup mulut dengan kedua tangannya.
Saat mengetahui kalau mobil yang ia tabrak tadi adalah milik Andrean.
Laki-laki yang sudah mengajaknya ribut hanya karena hal sepele pada saat di depan toilet tadi, Naya tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika Andrean sampai tahu kalau dia yang telah membuat mobilnya penyok dan lecet.
Padahal Naya sudah berniat untuk minta maaf dan ganti rugi kepada pemilik mobil, tapi setelah mengetahui pemilik mobil itu adalah Andrean, membuat nyali Naya menjadi ciut, ia tak memiliki keberanian untuk berterus terang kalau dia lah penyebab penyoknya mobil Andrean.
"Ya Tuhan tolonglah hamba mu ini," lagi-lagi Naya berbisik sambil terus melihat ke arah mobilnya.
"Maaf mbak, ada yang bisa saya bantu?" Tiba-tiba salah seorang satpam datang menghampiri Naya dan berhasil mengagetkan Naya, mungkin satpam itu merasa curiga karena Naya dari tadi terus bersembunyi di balik mobil.
"Gak pak, ini jepitan rambut saya tadi jatuh, haha." Naya menjawab sekenanya, jangan sampai satpam itu menaruh curiga padanya.
"Security!"
Terdengar suara teriakan Andrean hingga membuat satpam yang sedang berbicara dengan Naya tadi berlari, sedangkan Naya masih berada di tempatnya, entah apa yang ada dipikirkannya sekarang, andai saja pemilik mobil itu bukanlah Andrean pasti dia sudah berani untuk menghampiri dan minta maaf.
Dengan masih terlihat panik dan bingung Naya berusaha untuk mengintip dari belakang mobil yang masih terparkir di sana, terdengar sangat keras suara Andrean yang sedang marah, untung suasana di parkiran masih terlihat sepi.
Naya jadi berfikir selain suka marah-marah, Andrean juga pria yang tak punya rasa malu, mau di depan umum atau sepi tak menutup kemungkinan baginya untuk mengomel.
"CCTV."
Naya berbisik pelan, tubuhnya seketika tersentak saat mendengar kata CCTV.
"Apa mungkin mereka akan memeriksa CCTV?" ucap Naya pelan, wajahnya semakin terlihat panik, kali ini entah apa yang akan terjadi padanya.