Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 43 - Bab43. Rumah Sakit

Chapter 43 - Bab43. Rumah Sakit

"Pakai handuk ini dulu ya," ucap suster yang memberikan handuk pada Mikayla.

Mikayla menerimanya dan berterimakasih, hujan kembali turun saat perkelahian Gavin dan Aljuna tadi, sehingga membuat seluruh pakaian Mikayla basah.

Mikayla memakai handuk itu untuk sedikit mengurangi dinginnya, sedangkan suster itu berlalu memasuki ruangan.

Mikayla duduk, malam telah larut tapi Mikayla belum bisa sampai ke rumah, Mikayla justru ke rumah sakit tanpa mengabari apa pun pada Nina.

Tangisnya terus saja ada tanpa bisa dihentikan, Mikayla tidak bisa menganggap semunya hal biasa, Gavin telah sangat keterlaluan.

Sesaat terdiam, pintu ruangan terbuka dan tanpak dokter yang keluar, Mikayla langsung bangkit dan bertanya keadaan Aljuna.

"Kamu keluarganya?"

"Bukan, saya teman sekolahnya, saya tidak tahu dimana keluarganya."

Dokter mengangguk, pantas saja sejak tadi tidak ada satu pun orang yang datang menyusul kesana.

"Ada apa, Dokter?"

"Ada sedikit retak di tengkorak kepalanya, dan itu membuat pasien sulit untuk sadar."

Mikayla menggeleng pelan, kalimat apa itu, kenapa buruk sekali terdengar di telinga Mikayla.

"Sebaiknya, kamu segera cari keluarganya dan kabari mereka."

"Iya, besok di sekolah saya tanyakan pada guru saja."

"Baiklah, kalau gitu saya permisi."

"Apa saya boleh masuk?"

"Silahkan saja."

"Terimakasih."

Dokter mengangguk dan berlalu meninggalkan Mikayla, Mikayla lantas masuk dan berpapasan dengan suster yang berjalan keluar.

"Permisi,"

Mikayla tersenyum dan mengangguk, suster itu keluar sedangkan Mikayla berjalan mendekati Aljuna di sana.

Kasihan sekali lelaki itu, terbaring tak sadarkan diri seperti itu, jika saja Mikayla lebih bisa untuk memisahkan mereka, keadaan pasti tidak akan seperti itu.

Air mata Mikayla kembali mengalir deras, apa benar jika Mikayla yang telah membuat mereka bermasalah.

Mikayla duduk dan terdiam menatap Aljuna, tangisnya terus saja ada meski telah berusaha dihentikan.

~Flasback~

Aljuna melepaskan Gavin setelah puas dengan pukulan berulangnya itu, Gavin begitu tak berdaya tergeletak di sana.

"Jangan pernah merasa paling benar diatas semuanya, kamu juga bersalah dalam hal ini, jadi tutup mulut mu itu!" bentak Aljuna.

Gavin tersenyum mendengar semua itu, Aljuna berbalik dan berjalan meninggalkan Gavin, bersamaan dengan itu hujan kembali turun dengan derasnya.

Mikayla menghalangi wajahnya dengan kedua tangannya di kening, Mikayla melihat Aljuna masih berjalan menghampirinya.

Di belakang sana, Gavin tampak bangkit dengan susah payah, lukanya pasti terasa perih karena terkena guyuran air hujan.

Dengan susah-susah Mikayla memperhatikan Gavin, lelaki itu meraih helm yang sejak tadi menggantung di motornya, tatapannya terarah pada Aljuna, sangat menakutkan.

Gavin berlari dan memukul kepala Aljuna dengan helm yang dibawanya.

"Aaa ...." jerit Mikayla bersamaan dengan tubuh Aljuna yang limbung.

"Brengasek, kamu memang bajingan!" bentak Gavin yang mengulang pukulannya.

Mikayla merasa semakin lemah melihat semua itu, tubuhnya bergetar tanpa bisa tertahan.

"Mati saja, pengecut seperti kamu tidak pantas untuk hidup!" bentak Gavin lagi.

Mikayla terjatuh bersamaan dengan ambruknya tubuh Aljuna, tubuh itu jatuh tepat di pangkuan Mikayla, tak ada lagi pergerakan dari Aljuna sekarang.

"Kak, Kakak." panggil Mikayla pelan seraya menepuk pipi Aljuna.

Tidak ada respon apa pun, Aljuna benar-benar tak sadarkan diri.

Gavin melemparkan helm tersebut ke arah mereka, untung saja Mikaya mengangkat kepala Aljuna sehingga tidak terkena lemparan itu.

Mikayla menoleh saat mendengar deru motor Gavin, lelaki itu pergi begitu saja setelah membuat Aljuna tak sadarkan diri.

"Kak, Kakak bangun."

Mikayla melihat sekitar, siapa yang akan membantunya sekarang, Mikayla tidak bisa mengangkat Aljuna sendiri.

"Kak, bangun .... tolong." teriak Mikayla.

Mikayla berusaha menyadarkan Aljuna, tapi tidak bisa, lelaki itu tetap diam dengan mata yang tertutup rapat.

"Tolong .... siapa pun tolong." teriak Mikayla lagi.

Beruntung ada mobil yang melaju di belakang sana, Mikayla mengangkat kedua tangannya untuk bisa menghentikan laju mobil tersebut.

"Tolong, tolong saya mohon, tolong."

Pemilik mobil itu turun dan menghampiri Mikayla.

"Kalian kenapa?" tanyanya.

"Tolong, teman saya dipukuli orang, tolong bantu bawa ke rumah sakit."

"Ya sudah, biar saya bantu."

Mikayla membiarkan orang tersebut membawa Aljuna ke mobilnya, Mikayla membawa kunci motor Aljuna, biarkan saja lagi pula motornya terparkir di pinggir jalan.

Mikayla berlari menyusul masuk ke dalam mobil, sekarang Mikayla hanya ingin agar cepat sampai ke rumah sakit.

~~~

"Bangun, Kak." ucap Mikayla.

"Apa yang harus aku katakan pada keluarga Kakak nantinya, ayo bangun."

Mikayla mengusap tangan Aljuna, dingin sekali tidak ada kehangatan sedikit pun juga.

"Bangun Kak, Kakak harus antar aku pulang, Kakak sudah buat Ibu sangat khawatir di rumah, ayo bangun Kak."

Mikayla menusap air matanya, semua adalah kebodohan Mikayla, Mikayla tidak bisa memisahkan mereka berdua.

***

Gavin memasuki kamarnya, ia duduk di lantai di samping tempat tidurnya, ia menatap kedua tangannya yang bergetar.

Apa yang telah dilakukannya tadi, kenapa bisa Gavin melakukan semua itu pada Aljuna.

"Arrgght ...." teriak Gavin prustasi.

"Bodoh, memang bodoh, lelaki bodoh." ucapnya memaki Aljuna.

"Kenapa lemah sekali, lemah." tambahnya.

Gavin menjambak rambutnya sendiri, tetesan cairan bening itu perlahan melintasi pipinya.

Gavin telah melakukan kejahatan, bagaimana keadaan Aljuna sekarang, apa Mikayla bisa mengurusnya di sana.

"Brengsek!" bentak Gavin yang kemudian bangkit.

Gavin mengacak semuanya, ia gila karena perbuatannya sendiri, Gavin menyesal telah melakukan semua itu pada Aljuna.

"Bagaimana keadaannya sekarang, apa dia sudah mati atau hanya menderita saja."

Gavin menggeleng, apa yang difikirkannya, bisa sekali Gavin berfikir demikian, apa sejahat itu Gavin yang sebenarnya.

Gavin mengusap wajahnya, menyesal sekali Gavin telah mengenal Aljuna dalam hidupnya, seharusnya mereka tidak pernah bertemu agar tidak akan ada perkelahian seperti itu.

"Aaa ...." teriak Gavin yang mengacak seisi kamarnya.

Gavin tidak akan bisa tenang setelah kejadian malam ini, entah apa yang akan terjadi esok lusa.

Gavin meraih ponselnya dan menghubungi Mikayla, hal itu justru membuat Gavin semakin prustasi karena ternyata ponsel Mikayla tidak bisa dihubungi.

"Kemana wanita ini, apa sengaja mematikan ponselnya."

Gavin terus saja mengulang panggilannya, tapi hasilnya tetap saja sama, tidak ada apa pun yang di dengarnya selain dari pada suara oeperatos di sana.

"Sss aahh ...."

Gavin melempar ponselnya asal, tak ada guna sama sekali ponsel Mikayla jika tidak bisa dihubungi, untuk apa memiliki ponsel jika tidak bisa ditanyai kabar atau tentang hal lainnya.

Gavin kembali keluar dari kamarnya dengan membawa kunci motornya, Gavin akan kembali ke tempat tadi untuk memastikan semuanya.

Mungkin saja Gavin bisa merasa sedikit lebih tenang, Mikayla tidak akan bisa mengurus Aljuna sendirian, tenaganya tidak akan cukup untuk mengangkat Aljuna.

Atau mungkin Mikayla juga turut pingsan karena perasaan paniknya melihat keadaan Aljuna.