Chereads / Istri Rahasia Sang Mafia / Chapter 12 - Menikahlah Denganku...

Chapter 12 - Menikahlah Denganku...

Hari sudah sore. Elena keluar dari minimarket setelah menyelesaikan tugasnya hari ini. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya, membuang lelah setelah sibuk bekerja seharian.

Dari ujung jalan Elena melihat dua mobil hitam mendekat ke arahnya dan benar saja satu persatu mobil itu berhenti di samping Elena.

Dari mobil paling depan seseorang keluar kemudian membukakan pintu belakang. Elena masih diam tidak mengerti apa maksudnya. Terdengar bunyi kaca mobil diturunkan yang menarik perhatiannya. Dari dalam Elleard terlihat.

"Oh… Tuan pembeli bunga." Elena menunjuk Elleard.

"Masuklah, aku antar kau ke toko bunga," kata Elleard.

Elena terdiam.

"Aku tidak datang ke sana lagi, Tuan. Jika kau ingin membeli bunga, kau bisa langsung ke sana. Akan ada yang merangkaikannya untukmu," katanya kemudian.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita minum kopi?" ajak Elleard lagi. Sesaat Elena berpikir. Tidak ada salahnya menerima tawaran minum kopi lelaki ini. Ia selalu bersikap baik kepada Elena, membeli bunga-bunga yang dijualnya dan bahkan memmbrikan tip yang sangat besar, walaupun uangnya diambil Bibi Ursula.

"Baiklah, Tuan." Akhirnya Elena mengangguk. Ia terkejut melihat jendela mobil Elleard kembali naik. Elena mengira ia akan masuk ke mobil yang sama dengan Elleard. Ternyata ia salah.

Seorang lelaki berpakaian hitam keluar dan membukakan pintu mobil di depan untuk Elena.

Ah, ternyata ia tidak satu mobil dengan Elleard. Elena dipersilakan menaiki mobil yang ada di depan kendaraan yang ditumpangi Elleard. Sesaat Elena merasa aneh. Namun kemudian ia menepis pemikiran itu. Mungkin Elleard merasa tidak nyaman berbagi kendaraan dengan orang asing.

Ah, itu bukan urusannya. Setelah Elena masuk dan pintu ditutup, mobil kembali berjalan santai menuju sebuah kafe.

Pintu mobil Elena dibuka. Ia lalu turun dengan sungkan karena perlakuan para pengawal Elleard kepadanya begitu penuh hormat. Ia merasa seperti seorang nona besar.

Elleard dengan kursi rodanya sudah berjalan menuju Elena. Saat mereka berhadapan, Elena dan Elleard saling berbalas senyum. Mereka lalu beriringan masuk dalam kafe yang sudah dipesan hanya untuk keduanya tadi.

Elena tertegun melihat tidak ada seorang pengunjung pun di kafe ini. Ada tulisan besar-besar di jendela TUTUP. Apakah kafe ini memang tutup atau…

Pria ini sengaja menutupnya agar mereka berdua dapat menikmati minum kopi berdua secara privasi?

"Kau bisa memesan apa yang kau inginkan, Elena."

Ucapan Elleard membuat Elena terheran-heran. Bukankah keduanya belum berkenalan? Dari mana laki-laki ini tahu namanya?

"Maaf, aku sudah mencari tahu tentang dirimu," ujar Elleard lagi. "Aku tahu namamu Elena."

"Apa maksudmu?"

Elleard tersenyum tipis. "Sudahlah, kau belum makan, kan? Pilih menu apa saja yang kau suka."

Elena menggigit bibirnya. Ia memang lapar. Ah.. untuk apa ia memikirkan dari mana laki-laki ini tahu namanya? Kalau dia berniat jahat, tentu ia sudah dapat melakukannya dengan mudah ketika tadi Elena naik ke dalam mobilnya. Ia dapat menculik Elena dan membawanya ke tempat terpencil, tetapi ia tidak melakukannya.

Elena memutuskan untuk mempercayai laki-laki ini. Akhirnya Elena mengangguk dan tersenyum.

"Terima kasih," katanya.

Elena menuruti permintaan Elleard. Ia memesan beberapa jenis makanan sedangkan Elleard hanya minum secangkir espresso. Saat makanan dihidangkan, Elena yang kelaparan segera menikmati hidangan yang disajikan. Sudah lama sekali ia tidak makan makanan enak seperti ini.

Elleard terus mengawasi gadis itu makan, sambil menikmati espressonya. Elena hanya sesekali melihat ke arah Elleard sampai semua makanan habis dilahapnya.

Elleard tertawa kecil sampai memamerkan gigi rapinya ketika melihat Elena menghabiskan tiga jenis makanan yang dipesannya tadi. "Kemana semua makanan tadi? Badan sekecil ini, bisa menampung banyak makanan."

Elena tersenyum kikuk. "Aku… sudah lama tidak makan enak."

"Baguslah kau suka semuanya. Makanan apa yang kau tidak suka?" tanya Elleard. Di belakangnya, dua pengawal segera bersiap mengingat semua informasi penting yang mereka dengar dari pembicaraan ini.

Elleard ingin mengetahui segalanya tentang Elena, termasuk makanan apa saja yang ia suka dan tidak suka.

Ia baru mendapatkan informasi tentang latar belakang Elena dan keluarganya. Ia belum tahu makanan apa yang disukai gadis ini.

"Aku menyukai semua makanan, Tuan," kata Elena malu-malu.

"Panggil aku Elleard, Elena." Elleard mengambil serbet dan mengulurkannya ke arah Elena. Ia berkata, "Kemarilah!"

Elena bangun dan perlahan melangkah mendekati Elleard. Karena lelaki itu lumpuh Elena berlutut di samping Elleard.

Ia terkejut saat Elleard dengan lembut mengusap bibirnya perlahan dengan serbet tadi. Mata Elleard seakan menelusuri setiap garis wajah Elena saat ia melakukannya.

"Sudah, kau bisa kembali!" Perintah Elleard seolah kalimat hipnotis. Dengan patuh Elena bangun dan kembali duduk di kursinya.

"Gadis pintar," puji Elleard. Ia menaruh serbet di meja lalu menatap Elena dalam-dalam. Suaranya terdengar lembut namun tegas ketika ia bicara. "Elena."

"Iya, Tuan?" tanya Elena.

"Menikahlah denganku!"

Uhuk!

Kerongkongan Elena tiba-tiba terasa kering. Ia segera meminum satu gelas air dan batuk-batuk. "Jangan bercanda, Tuan."

Elleard menggeleng dengan senyuman penuh kuasa seakan semua hal yang ia ucapkan adalah perintah yang tidak terbantahkan.

"Jadi ini serius?" tanya Elena dengan mata bulatnya yang kemudian membesar. Ia benar-benar merasa terkejut.

Elleard merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah kotak bludru kecil berwarna biru. Ia lalu meletakkannya di meja. Elena benar-benar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat kotak beludru itu didorong Elleard ke arahnya,

Elena tidak berani melihat kotak itu. Ia memilih bangun dari duduknya.

Brak!

Karena gugup, Elena tidak sengaja menendang kursinya hingga terjatuh dan menimbulkan suara ribut.

"M-maaf… Tuan. Bukannya aku tidak menghormatimu, tetapi sepertinya kau salah orang atau salah lihat atau… entahlah apa yang salah? Tapi ini sangat salah."

"Tenanglah, Elena," kata Elleard tenan., "Duduk!"

Satu orang lelaki berbaju serba hitam dari belakang Elleard maju membenarkan kursi Elena. Setelah kekagetannya berkurang, Elena kembali duduk perlahan-lahan.

"Kau harus bernapas dulu dengan benar." Senyum Elleard kembali terlihat.

"Tuan harus berhenti tersenyum seperti itu," kata Elena. Senyuman Elleard baginya tampak seperti sihir misterius.

"Kenapa? Kau takut dengan senyumanku? Aku tidak akan menyakitimu, Elena. Aku akan memperlakukanmu dengan baik dan memastikan semua kebutuhanmu tercukupi dari sisi mana pun."

Elena tidak bisa berpikir jernih saat ini. Ia menggeleng-geleng sendiri. Rasanya ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa seorang lelaki yang begini tampan, kaya, dan sepertinya berkuasa, meminta Elena menikahinya?

Ah, Elena pasti sedang bermimpi. Apakah ia masih belum terbangun dari ranjang empuk di rumah di puncak bukit itu?

"Kau bisa melanjutkan kuliahmu, aku tidak akan mengurungmu dalam sangkar," lanjut Elleard lagi.

"Kuliah?" suara Elena terdengar sendu. Elleard menyebut-nyebut kuliah dan Elena segera teringat bahwa tabungannya sudah habis dan ia harus kembali menunda keinginannya untuk belajar di universitas.

"Aku bisa membiayai kuliahmu," kata Elleard. "Kau tidak usah kuatir."

Elena percaya bahwa jika sesuatu terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, biasanya pasti ada agenda terselubungnya.

"Maaf… aku.. aku tidak bisa menerimanya," kata Elena dengan suara lemah. Ia belum siap untuk menikah. Dan ia juga sama sekali tidak mengenal laki-laki di depannya ini.

Bagaimana bisa ia menghabiskan seumur hidupnya menjadi istri Elleard hanya karena ia dibantu untuk kuliah? Lagipula, sepertinya mereka berasal dari dunia yang sangat berbeda.

Bagaimana kalau Elleard punya maksud lain? Kalau ia bosan dengan Elena dan merasa pernikahan ini adalah kesalahan, apa yang dapat dilakukan Elena?

"Terima kasih atas tawarannya, tetapi aku tidak bisa menerimanya…" kata Elena dengan gugup. "Aku bisa menabung untuk membiayai kuliahku."

"Bagaimana dengan pemakaman orang tuamu? Aku bisa memberikan semua yang kau butuhkan tanpa terkecuali," Elleard sepertinya tidak terbiasa menerima jawaban tidak. Ia menatap Elena dalam-dalam. "Apa harga dirimu setinggi itu?"

"Kau melamarku seakan pernikahan adalah hal yang sangat mudah, Tuan," kata Elena. Ia bangun dari berjalan ke arah pintu kafe, bersiap untuk pergi.

Satu pengawal Elleard segera menahan Elena di depan pintu. "Master sedang bicara. Anda tidak boleh pergi," kata lelaki itu dengan suara datar.

Elena menoleh ke arah Elleard dan menatapnya dengan pandangan memohon.

Melihat Elena bersikeras hendak pergi, Elleard mengatupkan rahangnya.

"Biarkan dia pergi!" perintah Elleard. Pengawalnya mengangguk hormat lalu bergeser membiarkan Elena pergi.

***