Waktu berlalu tanpa terasa. Sharena genap berusia sembilan belas tahun. Ia lulus dari sekolah menengah satu tahun lebih lambat karena pernah tinggal kelas selama setahun.
Hari ini, ia merayakan hari kelulusan sekaligus hari ulang tahunnya. Sharena mengajak kakaknya, Vlad, dan Yunda untuk makan malam di luar. Yunda adalah calon istri Nathaniel.
"Dia tidak akan datang."
"Kak …. Jangan gitu, dong. Vlad pasti datang, kok. Tadi siang, dia sudah berjanji untuk datang. Mungkin saja, dia terjebak macet," ucap Sharena dengan yakin.
Vlad melambaikan tangan kepada Sharena dari seberang jalan.
"Nah! Itu Vlad," ucap Sharena. Ia sengaja mengambil meja di dekat jendela agar lebih mudah melihat keluar.
Nathaniel keluar bersama Sharena untuk menjemput laki-laki itu.
"Kalau bukan demi kamu, Dek. Aku malas menyambut dia seperti ini," ujar Nathaniel.
Ia tidak membenci Vladimir, hanya sedikit kesal karena laki-laki itu tidak menyadari perasaan cinta Sharena. Adiknya dengan jelas memperlihatkan kasih sayang pada laki-laki itu, tapi Vlad selalu tertawa saat Nathaniel memberitahu bahwa adiknya mencintai Vlad. Laki-laki itu menganggap semua kata-kata Nathan sebagai candaan semata.
"Selamat malam. Maaf, aku terlambat karena ibu masuk rumah sakit lagi," ucap Vladimir.
Inilah salah satu alasan Nathan tidak bisa membenci laki-laki itu. Hidupnya di keluarga Rish sangat menyedihkan. Nathan merasakan kesedihan yang dialami laki-laki itu, meski ia tidak pernah mengalami hal seperti Vlad.
"Apa ibumu baik-baik saja?" tanya Nathan.
"Ya. Dia sudah mendapatkan perawatan dan sedang tidur saat aku pergi," jawab Vlad.
"Syukurlah. Ayo masuk," ucap Yunda.
Entah hanya ilusi Sharena atau memang calon kakak iparnya memang seperti dugaannya. Yunda terlihat sangat peduli kepada Vlad. Sikapnya terlalu berlebihan untuk sekedar menyapa.
Terkadang, Yunda menggandeng tangan Vladimir. Ia lebih banyak tertawa saat berada di dekat laki-laki itu, sedangkan sikapnya sangat dingin saat bersama Nathan. Sharena terus memperhatikan wanita itu sejak pertama kali dibawa ke rumah untuk diperkenalkan.
"Duduklah. Kami sudah memesan makanan lebih dulu. Kami harap, kamu menyukai menu makanannya."
"Tidak apa-apa, Kak. Terima kasih," jawab Vladimir sambil menepis tangan Yunda dari lengannya pelan-pelan. Vlad tidak enak hati melihat Nathan yang menatap mereka dengan tatapan penuh kecemburuan.
Malam itu, mereka tidak hanya makan malam. Nathan membawa mereka ke tempat karaoke. Mereka minum-minuman keras, bernyanyi, dan menikmati kegembiraan atas lulusnya Sharena dari SMA.
Yunda meminta izin menginap di rumah Nathan malam ini, karena ia tahu bahwa Vlad juga akan menginap di rumah itu setiap kali ia mabuk. Vlad bisa dipukuli ayahnya habis-habisan jika ketahuan mabuk. Di mata ayahnya, kehadiran Vlad adalah aib yang tidak pantas diketahui keberadaannya.
Ia diperlakukan sebagai pelayan bersama ibunya. Vladimir tidak peduli seperti apa pahitnya kehidupannya, asalkan ada sang ibu di sampingnya. Laki-laki itu tidak pernah sekalipun memanggil ayah pada tuan Nicole Rish.
***
"Kalian minum sangat banyak. Lihat betapa mabuknya kalian," gerutu Yunda.
Saat keluar dari mobil, ia justru memapah Vlad. Tunangannya adalah Nathan, tapi dia justru memapah laki-laki lain. Terlebih, ia melakukannya tepat di depan Sharena.
Darah gadis itu bergejolak. Marah, kesal, dan merasa terhina. Bagaimana bisa, orang yang akan menjadi istri dari kakaknya itu menyentuh laki-laki lain seperti ini?
Grep!
"Kakak seharusnya memapah kakakku, karena dia tunanganmu. Vlad, biar aku yang bantu pergi ke kamar," ujar Sharena dengan wajah merah padam. Jika saja ia tidak menghormati sang kakak, ia sangat ingin mengusir wanita itu sekarang juga.
Yunda menatap sinis ke arah Sharena yang sudah menghilang di belakang pintu. "Memangnya apa spesialnya kakakmu? Dia cuma manajer produksi. Berbeda dengan Vladimir yang akan mewarisi sebagian harta keluarga Rish." Yunda tidak tahu kalau Vlad hanya anak haram.
Nicole hanya memiliki dua putra. Robert Rish, putra pertama Nicole yang saat ini berusia dua puluh tiga tahun. Usia Robert sebaya dengan Nathan. Putra keduanya Vladimir Rish lahir dari rahim seorang pelayan yang bahkan tidak diperbolehkan untuk disebut namanya.
"Ayo, Sayang. Aku bantu kamu pergi ke kamar," ucap Yunda dengan dengan nada lembut seperti biasanya. Kepura-puraan yang sampai saat ini belum diketahui oleh Nathan.
Saat ia hendak masuk, Robert datang. Ia menanyakan keberadaan Vladimir. Wajah Robert yang sama tampannya dengan Vlad telah membuat Yunda terpukau.
"Halo! Kau mendengarku, Nona? Aku mencari adikku. Apa dia ada di dalam?" tanya Robert sambil menunjuk ke rumah Nathan.
Laki-laki yang memiliki bakat akting luar biasa. Dia bersikap seperti seorang kakak penyayang yang selalu mengkhawatirkan adiknya. Namun, di dalam hatinya seperti ladang ranjau yang ingin meledakkan tubuh Vladimir menjadi potongan-potongan kecil.
"Oh, maaf. Dia ada di dalam," jawab Yunda sambil tersenyum genit.
Sayang sekali, Nathan terlalu mabuk. Ia bahkan tidak tahu ada serigala kelaparan yang akan ikut masuk ke rumahnya. Robert menatap tubuh Yunda dan membulatkan bibirnya.
"Perfect, Nona," bisik Robert di telinga Yunda. Ia melangkah pergi sambil mencolek bokong gadis itu.
Berdesir darah Yunda saat tangan besar itu menjamah bokongnya. Hasratnya yang sejak tadi tertahan pun seolah semakin bergejolak bak air mendidih. Ia bergegas membawa Nathan masuk ke kamar dan membaringkannya di ranjang.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke rumahku?" hardik Sharena. Ia terkejut bukan main saat keluar dari kamar tamu dan melihat Robert berdiri di ruang tamunya.
"Ayolah, Sharena. Kamu berteman akrab dengan Vlad, tapi kamu selalu menolak pertemanan dariku," jawab Robert sambil tersenyum.
"Kamu tahu dengan jelas, apa yang membuatku enggan berteman denganmu. Pergi dari rumahku!" usir Sharena. Namun, laki-laki itu justru melangkah maju mendekati Sharena. "Mau apa kau? Menjauh dariku!"
Sharena berlari ke kamarnya, lalu mengunci pintu. Ia mendorong meja rias dan meja belajarnya untuk membantu menahan pintu. Gadis itu sangat ketakutan, karena Vlad dan Nathan sedang tertidur lelap dalam pengaruh alkohol. Tidak akan ada yang bisa menolongnya, jika Robert berbuat macam-macam.
"Sharena …. Ayolah. Aku hanya ingin berteman dan berbincang-bincang denganmu." Robert berdiri di depan pintu kamar Sharena.
Robert dikenal sebagai laki-laki mesum yang sering memaksa seorang gadis menyerahkan kesuciannya. Dengan mudahnya, ia membungkam para gadis itu dengan setumpuk uang. Robert sudah banyak mencicipi tubuh gadis-gadis belia, tapi ia tidak bisa melakukan itu pada Sharena.
Yunda keluar dari kamar Nathan. Ia menarik tangan Robert, mengisyaratkan laki-laki itu untuk pergi bersamanya diam-diam. Gadis yang sedang berhasrat itu membawa Robert ke garasi dan mereka pun bercinta tanpa status apa pun.
"Hei, kau sangat nakal. Aku bukan pacarmu atau tunanganmu. Apa kau tidak takut hamil kalau berhubungan badan denganku? Sekedar informasi, aku tidak suka memakai pengaman."
"Itu bagus. Aku ingin merasakan kenikmatan tanpa pengaman. Setiap kali aku bercinta dengan Nathan, dia selalu memakai pengaman."
"Bagaimana kalau kau hamil?"
"Itu urusan nanti. Aku sedang ingin sekali melakukannya." Yunda menyerang Robert terlebih dulu dengan kecupan-kecupan ganas.
Malam itu, diantara orang-orang yang tertidur, terdengar suara-suara lirih tertahan di garasi. Sepasang manusia berlainan jenis sedang bergumul penuh peluh di malam yang dingin. Bak kucing yang diberi ikan goreng, tentu saja Robert tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
*BERSAMBUNG*