Chereads / The Beauty Wolf / Chapter 16 - Hukuman

Chapter 16 - Hukuman

"Apa kau mengindahkan apa yang sudah aku katakan?" ujar Damian membuka pembicaraan.

Hexa hanya diam saja. Ia tidak peduli dengan pria itu.

"Kalau begitu, aku tidak akan main-main. Bahkan aku bisa saja menyakiti Aileen dan juga keluarganya jika kau terus mendekati Aileen." Kembali Damian memberikan ancaman.

Kali ini Hexa marah, "Apa salah mereka sehingga kau akan menyakitinya?"

"Jika kau tidak ingin mereka terluka. Maka, jauhi Aileen."

Ancaman itu berhasil membuat Hexa berpikir dengan keras. Kemudian Damian pergi begitu saja. Meninggalkan Hexa seorang diri dengan perasaannya dilema yang ada di dalam hatinya. Sampai akhirnya, Hexa berencana untuk menjauhi Aileen. Sebab, ia tidak ingin gadis itu terluka karena perasaannya sendiri.

Hexa tidak bisa memaksakan kehendak yang tidak diinginkan oleh orang lain. Tidak berapa lama, terlihat Aileen menggeliat. Gadis itu baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terkejut ketika mendapati Hexa sudah berada di luar rumah.

"Hei, sedang apa kau di situ?" pekik Aileen seraya melambaikan tangannya.

Hexa tidak menjawab. Ia berjalan berlalu melewati Aileen dan masuk ke dalam kamar.

"Hexa, kenapa kau diam saja?" Aileen berusaha untuk mengejarnya. Tetapi tampak pria itu terburu-buru.

"Aneh sekali. Kenapa dengan Hexa? Apa yang sudah terjadi?"

Kini Aileen bertanya-tanya. Kemudian, Hexa keluar dari kamar. Ia membawa beberapa pakaian di tangannya. Aileen berhasil mencegahnya. Tetapi Hexa menundukkan kepala. Padahal Aileen mencoba untuk bertanya pada pria itu.

"Kau ini kenapa?" tanya Aileen.

"Tidak," balas Hexa singkat.

"Lalu, kenapa kau membawa pakaian? Kau akan pergi?"

"Aku akan pergi ke sungai untuk membasuh tubuh."

Aileen mengangguk paham, "Ya sudah, aku ikut."

"Tidak!" Hexa berkata dengan tegas.

Seketika Aileen tertegun. Untuk pertama kalinya Hexa berbicara dengan nada tinggi padanya. Lalu Hexa pergi meninggalkannya. Sementara itu Aileen masih berdiri kaku seraya menatap punggung pria itu sampai benar-benar hilang dari pandangannya.

"Aileen," panggil Jelena dari dapur.

Teriakan itu berhasil membuat lamunannya buyar. Aileen bergegas melangkahkan kakinya menuju dapur. Rupanya Jelena sedang menyiapkan makanan pagi hari itu. Menyadari ada yang janggal di wajah anaknya, Jelena mencoba untuk bertanya.

"Apa yang sudah terjadi?" tanya Jelena.

Aileen menggelengkan kepala, "Tidak, Bu. Aku hanya heran saja, kenapa Hexa mengabaikan perkataanku? Kira-kira apa yang membuatnya seperti itu ya, Bu?"

"Coba nanti kamu tanyakan pada Hexa. Mungkin saja dia sedang lelah. Atau kepalanya masih terasa sakit."

"Ibu benar. Nanti akan aku tanyakan pada Hexa."

"Ya sudah, panggilkan ayahmu. Kita makan sekarang."

Aileen mengerti dan memanggil Hector untuk makan bersama.

**

Di sungai.

Hexa sedang membasuh tubuhnya yang terasa lengket sekali. Terdapat beberapa pria lain yang juga sedang membersihkan tubuh masing-masing. Tetapi, tatapan mereka berbeda. Membuat Hexa menaruh rasa curiga. Namun, ia menepisnya dan kembali mengambil air serta mengusapkan pada wajahnya.

"Kenapa dengan mereka? Kenapa menatap ku seperti itu," ujar Hexa pelan.

Salah satu dari mereka mendekat. Matanya berubah warna menjadi merah. Hexa sempat menjauh. Namun pria itu terus mendekatinya. Tidak hanya itu, dia juga mendengus. Seperti orang aneh di mata Hexa. Karena takut, Hexa melangkahkan kaki untuk menjauhinya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Hexa bertanya dengan kebingungan.

"Ssttt… Lezat sekali," gumam manusia serigala yang sedang kelaparan.

"Lezat? Apa yang lezat? Aku tidak membawa makanan."

Suasana di sungai berubah menjadi mencekam. Yang semula terasa dingin, tetapi sekarang Hexa berkeringat. Sampai akhirnya, tiba-tiba Aileen sudah berada di dekatnya. Wanita itu menarik tangan pria aneh dan membawanya ke sisi lain. Hexa tertegun, tidak mengeluarkan ekspresi apa pun di wajahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan? Bodoh sekali!" Aileen berkata dengan emosi yang menyelimuti dirinya.

"Aileen, aku lapar sekali. Izinkan aku untuk menikmati darah segar dari manusia itu."

"Dasar bodoh!"

Plak…

Satu tamparan keras berhasil mendarat dengan sempurna. Pria itu merintih kesakitan. Walau menjelma sebagai seorang perempuan. Tetapi kekuatan Aileen sama dengan kekuatan seorang laki-laki. Tidak heran jika tamparan itu membuat siapa saja merasakan sakit.

"Akan aku laporkan pada Ayah tentang kelakukan bodohmu ini." Aileen melanjutkan ucapannya.

Yang semula menggebu, pria itu berubah memohon pada Aileen. "Aku mohon! Jangan laporkan pada ketua."

"Kau hampir saja membocorkan tentang identitas kita semua. Jadi, kau pantas menerima hukuman."

Perkataan Aileen tidak bisa dibantah. Pria itu harus menerima hukuman dari ketua mereka. Sudah pasti Hector tidak akan tinggal diam ketika ada yang melanggar peraturan yang sudah disepakati bersama. Setelah mengatakannya, Aileen menghampiri Hexa.

Tampak Hexa hanya berdiri. Tidak mengeluarkan ekspresi apa pun. Ketika Aileen mendekatinya, ia spontan mengalihkan pandangan ke tempat lain. Dan sekarang, Hexa sibuk dengan pakaian yang basah. Membuat Aileen kembali kebingungan.

"Hexa, kenapa kau diam seperti ini? Apa aku telah melakukan kesalahan?" ujarnya.

"Tidak. Sebaiknya kita saling menjauh saja. Aku tidak ingin membuat kamu dan keluargamu terluka."

Aileen sedikit menyernyitkan dahinya, "Kenapa bisa seperti itu?"

Tidak ada jawaban yang terlontar di mulut Hexa.

Setelah mengamatinya, Aileen mengerti. Ia seakan paham dengan sikap Hexa yang seperti ini. Sebab, dari kejauhan Aileen melihat sosok Damian yang tengah mengamati gerak gerik mereka berdua. Kepala Aileen mengangguk.

Bukannya menjauh, Aileen justru lebih dekat dengan Hexa. Pria itu sedang berada di tengah sungai. Sehingga Aileen harus berjalan agar bisa dekat dengannya. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba saja salah satu kaki Aileen tidak sengaja menginjak batu yang licin dan tergelincir.

Spontan membuat Hexa terkejut. Beruntung pria itu begitu tanggap. Sehingga ia bisa menyelamatkan Aileen yang hampir terjatuh. Alhasil, mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Kedua tangan Hexa melingkar indah di pinggang Aileen. Begitupun dengan Aileen, kedua tangannya telah melingkar di leher Hexa. Keduanya saling beradu pandang dalam jangka waktu yang lama.

"Kenapa dengan degub jantungku? Kenapa, semakin aku dekat dengannya, semakin aku jatuh hati?" gumam Aileen dalam hatinya.

Sementara itu, Hexa menenguk salivanya beberapa kali. Sejujurnya ia tidak bisa jika harus menjauhi Aileen. Tetapi, semua itu ia lakukan demi keselamatan Aileen dan juga keluarganya. Tidak mungkin bagi Hexa membuat mereka terluka. Padahal, Aileen dan keluarganya telah membantu Hexa selama ini. Semua orang yang ada di tempat itu bersorak menyaksikan keromantisan mereka berdua.

Sadar akan hal itu, bergegas Hexa melepaskannya. Tetapi ia tetap membantu Aileen agar tidak terjatuh ke sungai. Yang akan menyebabkan pakaiannya basah. Kejadian itu membuat keduanya canggung. Apalagi, Hexa semakin jatuh hati dengan kecantikan dari Aileen. Ia tetap berusaha untuk menjaga perasaannya. Sebab, tidak mungkin bagi Hexa untuk melanggar janjinya sendiri.

**

Petang hari.

Di tempat yang lapang. Dipenuhi dengan rumput hijau yang merata. Hector bersama dengan penghuni distrik lainnya tengah berkumpul. Salah satu dari mereka sedang beradu sengit dengan Hector. Mata mereka berubah menjadi merah. Tidak hanya itu, taringnya pun keluar dengan sempurna. Seperti siap untuk memangsa setiap sesuatu yang ada di hadapannya.

"Apa kau tidak mendengar perintah saya waktu itu?" pekik Hector.

"Maaf Tuan, tapi manusia itu begitu menggiurkan. Apa salah saya jika sebagai manusia serigala saya tergiur dengannya?"

Plak…

Hector melayangkan satu tamparan keras di wajahnya, "Itu salah besar! Kau sudah melanggar peraturan yang sudah saya buat. Jadi, sekarang saya akan memberikan hukuman padamu."

"Saya mohon Tuan! Jangan beri saya hukuman berat."

Wajah Hector tampak begitu serius sekali, "Selama 40 hari, kamu dilarang untuk memakan darah segar dari hewan ataupun manusia. Cukup makan sayuran saja."

"Tapi Tuan." Pria itu berusaha untuk memohon keringanan.

"Tidak ada toleransi!" balasnya dengan tegas.