Radithya celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya. Ia menunggu sosok yang belum kunjung datang, meskipun dua puluh menit telah berlalu dari waktu janjian yang mereka sepakati. Pria itu mendengus kesal.
Lareina, Moezza, dan Radithya sedang berada di daerah Car Free Day atau CFD. Mereka berniat untuk menghabiskan minggu pagi dengan berlari pagi di trek lari yang berada dekat dengan daerah Car Free Day tersebut. Setelah berlari pagi, mereka dapat menikmati aneka kuliner yang terdapat di sepanjang jalan daerah Car Free Day.
"Ayo! Gue malu lari nih. Lama amat sih," protes Lareina sembari mengencangkan ikatan rambutnya dengan asal.
"Tunggu bentar, pacar lo sama temennya belom dateng," balas Radithya.
"Pacar?"
Dari kejauhan, Sean dan Dion melambaikan tangan mereka lalu berlari ke arah Lareina, Radithya, dan Moezza. "Woy!"
Lareina menatap tajam ke arah Radithya lalu menendang betis sepupu laki-lakinya ketika melihat sosok Sean yang dimaksud sebagai "pacar" oleh Radithya. "Pacar apaan sih, bacot."
Moezza terkekeh, sedangkan Radithya mengelus betisnya yang kesakitan. Sementara itu, Sean pun telah berdiri di samping Lareina.
"Sorry, telat. Si Dion siap-siapnya lama. Ayo lari!"
Lareina, Sean, Radithya, Moezza, dan Dion berlari mengitari trek lari dengan panjang 400 meter tersebut. Lareina sudah melatih fisiknya selama sebulan lebih ini dengan berlari mengelilingi kompleknya dua kali seminggu. Ia merasa fisiknya jauh lebih kuat dari pertama kali ia bertransformasi menjadi remaja berusia 17 tahun.
Setelah empat keliling, mereka berhenti dan beristirahat di lapangan rumput yang berada di tengah trek lari tersebut. Secara serempak, kelima remaja itu membuka botol minuman mereka dan segera meneguk air mineral yang mereka bawa.
"Dion, Sean?"
Kedua pria yang dipanggil menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Aradia lah yang memanggil mereka berdua. Tepat di sebelah Aradia, terdapat sosok Devin dengan baju training hitamnya.
Sean hanya tersenyum sopan membalas sapaan Aradia. Namun, wajahnya kembali datar ketika melihat ke arah Devin. Sementara Dion, pria itu bersemangat dengan kehadiran Aradia yang tidak ia sangka-sangka.
"Ara? Lo CFD-an juga? Eh, lo Devin, kan? Yang kemaren daftar buat masuk tim?" tanya Dion yang akhirnya menyadari kehadiran Devin setelah sibuk memperhatikan Aradia.
"Iya. Gue sama Devin tetanggaan, jadi sering ke CFD bareng. Lo berlima janjian dateng kesini?" tanya Aradia.
Moezza mengangguk dengan semangat. Mood gadis itu bertambah naik ketika melihat Devin. "Kita janjian buat lari bareng."
Devin tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun kepada Lareina sejak ia menghampiri gadis tersebut. Lareina hanya membalasnya dengan tatapan malas kemudian mengalihkan perhatiannya ke orang-orang yang sedang berlari di trek.
"Bosen deh kalo gue sama Ara doang berdua doang, boleh gabung sama lo pada gak?" tanya Devin yang akhirnya membuka suaranya.
"Boleh!" jawab Dion dan Moezza serempak.
Lareina, Sean, dan Radithya menghela nafas dan menggelengkan kepala secara bersamaan. Dion yang melihat mereka bertiga kek kembaran gitu ketawa. "Lo pada udah kayak kembar tiga aja bareng gitu geleng-geleng kepalanya."
Devin ikut terkekeh. Ia tahu bahwa Lareina dan Sean sepertinya kurang suka dengan keberadaannya, tetapi hal itu tidak mengurangi niatnya untuk bergabung bersama mereka.
"Boleh, kan?" tanya Aradia kembali memastikan.
Dion mendekatkan dirinya pada Sean, "Boleh ya bro. Please-please bantuin sahabat lo," bisik Dion.
Sean mengangguk malas lalu menoleh ke arah Lareina, "Boleh," balas Sean dengan berat hati.
Lareina mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Sean. Hari libur adalah satu-satunya hari dimana ia tidak perlu melihat wajah Devin. Namun, sepertinya hal itu hanya keinginananya belaka yang tidak bisa terwujud.
"Gue laper. Kita balik ke daerah CFDnya yuk buat cari makan," ajak Moezza yang disetujui oleh semua temannya.