Waktu menunjukkan pukul 13.45 siang hari. Entah karena efek dari obat atau suasana ruang keluarga saat ini, mata Lareina terasa berat. Perlahan tapi pasti, kedua mata yang sudah kehilangan cahayanya akibat terlalu lemas itu pun akhirnya tertutup.
.
.
.
Gadis itu membuka matanya perlahan. Sebuah cahaya yang menusuk matanya membuat ia memicingkan matanya. Pandangannya yang semula masih kabur, berangsur-angsur membaik dan memberikan sebuah pemandangan yang lebih jelas.
Ruangan dengan dekorasi yang didominasi dengan warna putih itu menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Ketika sepenuhnya sadar, gadis itu baru merasakan sakit disekujur tubuhnya. Gadis itu terkapar lemas di kasur yang tidak terlalu empuk, tetapi tidak juga keras itu.
"Dok! Anak saya sudah bangun, Dok!"