Tahun 2006
Laila memungut sepatu yang bersandar di dinding teras dan mengeluarkan kaos kaki dari dalam sepatu tersebut lalu mengenakannya. Setelah selesai dia berdiri dan.. "Ahhhh ini adalah hari kelulusan kita, hari ini milik kita!" teriak Laila sembari mengambil tas berisi pilox dan dua spidol besar. Laila merasa optimis dengan dirinya dan kawan-kawannya akan lulus ujian.
Kring....kring....kring...
Ponsel type 3315 miliknya berbunyi, saat itu ponsel type 3315 adalah ponsel paling populer meskipun hanya pemberian dari kakak laki-lakinya yang bekerja di jawa barat namun benda itu sangat berarti. Laila memungut ponselnya dan menyapa "hei Nia, apa kamu sudah siap di hari kita semua?" kemudian Laila mendengarkan ucapan Nia secara seksama sembari melangkah dan pergi berlalu meninggalkan rumah. Dan saat itu rumah yang ditempati Laila sebagian masih batu bata belum disemen dan sebagiannya masih berupa kayu dan bambu. Banyak yang mengatakan rumah bagai kandang hewan. Tapi Laila tak pernah peduli.
Di sekolah
Mr. Indra, guru bahasa inggris favorit dan masih sangat muda disukai siswa siswinya lantaran tidak sombong dan humoris lagipula sangat loyal dengan nilai. Siapa si yang tidak kesengsem ganteng pula. "Mr. tumben pengumuman kelulusan di sekolah?" Mr. Indra guru ganteng tersebut tersenyum dan melontarkan jawaban singkat. Nia bertanya penasaran sembari memandangnya menunggu gurunya menjawab.
"Ada deh.."jawabnya sambil memiringkan kepalanya kepada Nia dan pergi berlalu membuat Nia kesal.
"Sial!!, mana dijawab gitu doang lagi! ihhhh" Nia menginjak-injak lantai depan kelas. Teman-teman Nia tertawa mengejek.
Laila berlari mendekati Nia dan kawan-kawan yang tengah asyik bersenda gurau. "Hei, hei, hei, selamat siang teman-temanku yang cantik, liat nih aku membawanyaaaa..." Laila menunjukkan pilox dan spidol besarnya tanpa mengeluarkannya dari dalam tas.
Pukul 10 pagi
Seluruh siswa dan siswi memasuki ruangan mereka masing-masing. Wali kelas memasuki ruangan sesuai tugas mereka dan membawa lembar pengumuman yang telah dilipat dan dimasukkan dalam amplop putih.
Laila mencolek Nia menggunakan penggaris. "Hei, kalo aku ngga lulus atau kamu ngga lulus bagaimana?" Laila tersenyum kemudian.
"Bagaimana kalo kita tanya Bojes?" Nia menyarankan melemparkan pertanyaan ke Bojes.
Laila menggerutu, "Itu si jangan ditanya! Dia pasti positif!."ujar Laila sembari menggerakkan penggarisnya ke kiri dan ke kanan.
Laila memberikan saran kembali pada Nia, "Atau kita kawin aja?" Laila dan Nia tertawa. Mr. Indra mendengar tawaan mereka. Mr. Indra adalah wali kelas mereka mendengar tawa liar siswinya kemudian memberi isyarat.
"Ehem... ehem...Attention please!" ucapnya mengingatkan. Nia yang tengah memiringkan tubuhnya kebelakang kembali menarik tubuhnya dan duduk dengan tegak begitupula dengan Laila.
Mr. Indra memberi nasihat panjang lebar mengenai siswi yang tidak lolos ujian agar tetap sabar dan tidak mengambil tindakan ceroboh yang membahayakan diri. "Bagi yang telah membawa spidol dan pilox agar disimpan saja dan tidak digunakan dengan mubah."ujar Mr. Indra.
Lima belas menit berlalu, giliran saatnya Mr. Indra membagikan amplop-amplop pengumuman tersebut sesuai nama yang tertera di pojok kanan dan melarang membuka sebelum aba-aba darinya.
Ketika mereka semua menerima sesuai nama mereka, barulah Mr. Indra memberi aba-aba berawal dari membuka lem amplop disusul membuka lembar yang mendebarkan seluruh siswa siswinya. "Amazing" teriak Mr. Indra bahagia melihat siswa siswinya `LulusĀ“ tanpa ada yang terlewat. Hampur semua murid melemparkan lembar pengumuman itu. Lebih mengejutkan, moment tersebut diabadikan menggunakan kamera vidio atau handycamp. Semua siswa melemparkan lembar pengumuman dengan berteriak bahagia.
"Hari ini milik kita semua..." dengan cepat Laila membuka tas dan mengambil pilox juga spidol besar berwarna biru dan merah. Tanpa peduli wali kelasnya masih berdiri membelakangi papan tulis hitam yang bedebu bekas kapur tulis. "Ayo kita rayakan" Laila, Nia, Bojes menari-nari sembari menyemprotkan pilox di baju putih abu-abu mereka. Bukan hanya Laila, Cahya, Eka, bahkan Ana juga Tofik pengurus osis pada masa itu turut membawa pilox dan spidol. Mereka menyemprot dan saling bertanda tangan di baju OSIS yang berwarna putih.
Mr. Indra mencoba mengendalikan suasana yang riuh di kelas itu namun sayang sekali dia tidak bisa karna murid-muridnya terlalu liar merayakan kelulusan tersebut. Mr. Indra memutuskan ikut bergabung di tengah kebahagiaan mereka.
"Mr., tanda tangan dong di baju kami!" pinta Tofik sembari membentangkan punggungnya. Tidak mau kalah, Laila, Nia dan Bojes turut serta menyodorkan punggung mereka pada guru sekaligus wali kelas tersayang mereka. "Ini akan jadi sangat terkenang" ujar Bojes.
Acara semprot pilox di baju putih abu-abu selesai di kelas dan luar kelas. Mereka diperbolehkan hanya di ruang lingkup sekolah tidak diizinkan menggunakan kendaraan bermotor secara liar dan membuat gaduh warga. Keputusan Mr. Indra turut serta dalam kegiatan corat-coret anak didiknya membuahkan hasil. Dia dipanggil oleh kepala sekolah dan diberi sangsi ringan. "Tapi itu semua sangat menyenangkan. Bahkan tidak setiap hari merayakan."gumam Mr. Indra sedikit bandel dengan kepala sekolahnya. Mungkin karna usia yang tergolong muda dan hatinya seolah menyatu dengan anak didiknya.